Misoginis merupakan istilah untuk orang yang memiliki kebencian atau rasa tidak suka terhadap wanita secara ekstrem. Perilakunya sendiri disebut dengan misogini. Hampir sebagian besar pelaku misogini adalah pria, tetapi ada juga wanita yang memiliki perilaku ini.
Misoginis berasal dari kata miso yang artinya benci dan gyne yang berarti wanita. Jadi, misoginis dapat diartikan sebagai rasa benci terhadap wanita.
Perilaku ini sering dikaitkan dengan hak istimewa pria, adat patriarki, dan diskriminasi gender. Pada kasus tertentu, misoginis bahkan bisa meningkatkan risiko terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual terhadap wanita.
Perilaku misogini sering kali disamakan dengan ginofobia. Padahal, keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Ginofobia adalah fobia atau rasa takut yang sangat berlebihan terhadap wanita, sehingga penderitanya akan panik atau sangat cemas ketika berhadapan dengan wanita. Sementara itu, misoginis adalah rasa benci yang sangat ekstrem terhadap wanita tanpa disertai rasa takut.
Faktor Penyebab Seseorang Menjadi Misoginis
Ada banyak kemungkinan mengapa seseorang bisa memiliki pandangan yang buruk terhadap wanita sehingga terbentuk sikap misoginis. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat membuat seseorang menjadi sangat membenci wanita:
Trauma masa kecil
Sikap misogini bisa terbentuk sejak kecil. Seseorang bisa menjadi misoginis apabila ia pernah mengalami trauma atau perlakuan yang buruk dari wanita semasa ia kanak-kanak.
Sebagai contoh, seorang misoginis mungkin pernah menjadi korban kekerasan oleh ibu atau pengasuhnya, pernah mengalami perundungan oleh saudara atau teman perempuan, atau dihukum oleh guru wanita yang galak.
Selain itu, trauma atau pengalaman buruk saat dewasa pun bisa membuat seseorang menjadi misoginis, misalnya pernah menjalani hubungan asmara yang tidak sehat dengan seorang wanita. Pria yang memiliki fobia terhadap wanita cantik atau venustraphobia juga dapat membenci lawan jenisnya.
Pola asuh yang salah
Perilaku misogini juga kerap dikaitkan dengan pola asuh yang salah. Sebagai contoh, seorang anak laki-laki berisiko menjadi misoginis di kemudian hari bila ia mendapat pola asuh yang keras, sedangkan saudara perempuannya mendapat perlakuan istimewa dari orang tuanya.
Sikap tersebut bisa diawali dari rasa iri, kemudian bertambah parah hingga menjadi misogini. Oleh karena itu, untuk mencegah perilaku misogini, orang tua perlu memperlakukan anak-anaknya dengan setara dan adil tanpa memandang jenis kelamin.
Pola pikir maskulinitas toksik (toxic masculinity)
Pola pikir yang salah tentang maskulinitas disebut sebagai maskulinitas toksik (toxic masculinity). Kondisi ini juga sering disebut sebagai salah satu penyebab pria menjadi misoginis.
Anggapan bahwa pria tidak boleh menangis, pria selalu lebih kuat dan tangguh daripada wanita, atau wanita merupakan objek seksual merupakan beberapa bentuk dari toxic masculinity.
Terbentuknya pola pikir tersebut bisa membuat sebagian pria menjadi tidak bisa menerima bahwa ada wanita yang lebih sukses daripada dirinya, sehingga muncul rasa benci terhadap wanita. Sikap ini biasanya lahir dari budaya patriarki yang kuat di dalam masyarakat atau keluarga.
Ciri-Ciri Pria Misoginis
Tidak semua laki-laki menunjukkan bahwa dirinya seorang misoginis. Ada pria yang terlihat sopan dan baik terhadap teman wanitanya, tetapi sebenarnya ia memiliki perilaku misogini.
Berikut ini adalah beberapa ciri pria atau wanita yang merupakan seorang misoginis:
1. Memperlakukan wanita secara berbeda
Seorang misoginis akan bersikap baik, ramah, dan bersahabat dengan sesama pria, tetapi bersikap sebaliknya kepada wanita. Ia kerap berbicara kasar, berperilaku sinis, dan sering merendahkan.
Misoginis tidak akan merasa bersalah setelah mengolok-olok, mengintimidasi secara fisik maupun emosional, atau bahkan melakukan pelecehan terhadap wanita, baik di lingkungan sosial atau dalam hubungan personal.
2. Merasa tidak ingin tersaingi
Pria yang berperilaku misogini biasanya sangat kompetitif terhadap wanita dan tidak mau atau sulit menerima bila ada rekan atau teman wanitanya lebih sukses daripada dirinya. Baginya, wanita tidak boleh lebih baik daripada pria dalam hal apa pun.
3. Berperilaku egois dan suka mengatur
Seorang misoginis meyakini bahwa posisinya sebagai pria bersifat superior dan berada jauh di atas wanita. Sifat ini membuat mereka sulit berkompromi dan cenderung otoriter dalam suatu hubungan.
Dalam hubungan asmara atau pernikahan, pria yang berperilaku misogini biasanya hanya akan lebih mementingkan diri sendiri, tidak memedulikan pendapat maupun keinginan pasangannya, serta selalu menganggap pasangannya lemah dan salah. Seorang misoginis juga bisa saja bersifat posesif terhadap pasangannya.
4. Menyalahkan wanita
Pria misoginis sering kali menyalahkan wanita atas segala sesuatu, baik dalam hubungan maupun kehidupan mereka. Mulai dari hal kecil, misalnya alasan ia terlambat ke kantor, hingga hal-hal yang lebih besar, seperti alasan mengapa ia tidak kunjung mendapatkan promosi di kantor. Padahal, hal tersebut bukanlah kesalahan wanita.
Oleh karena itu, wanita yang hidup bersama pria misoginis sering kali harus terus-menerus minta maaf untuk sesuatu yang tidak dilakukannya.
Anda mungkin bertanya-tanya, bisakah pria misoginis menjalin hubungan romantis? Jawabannya adalah bisa.
Seorang misoginis dapat menjalin hubungan, bahkan menikah, karena mereka tetaplah manusia yang memiliki kebutuhan fisik dan emosional. Hingga saat ini, perilaku misoginis juga tidak digolongkan sebagai gangguan mental.
Biasanya, wanita yang menjalin asmara atau menikah dengan pria misoginis akan lebih berisiko untuk terjebak dalam hubungan yang tidak sehat (toxic relationship).
Apabila saat ini Anda tengah menjalani hubungan dengan seorang misoginis dan merasa sangat tertekan, cobalah berkonsultasi dengan psikolog mengenai masalah Anda. Jangan ragu untuk melapor kepada pihak berwajib bila Anda mengalami tindak pelecehan atau kekerasan akibat perilaku misogini.