Nekrosis adalah kematiaan baik sel maupun jaringan dalam tubuh manusia. Jaringan tubuh yang mati tidak dapat kembali seperti semula. Mengenali nekrosis akan membantu mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat, sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah.
Nekrosis terjadi ketika sel atau jaringan tubuh tidak mendapatkan pasokan darah dan oksigen. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi, cedera, lingkungan yang ekstrim, hingga kondisi medis tertentu yang menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan, sehingga membuatnya tidak bisa berfungsi dengan normal.
Jenis-Jenis Nekrosis
Ketika sel-sel dalam tubuh mati, jaringan akan membentuk pola dan tampilan yang berbeda sesuai dengan penyebab dan lokasi terjadinya nekrosis. Berikut ini adalah jenis-jenis nekrosis:
1. Nekrosis gangren
Nekrosis gangren biasanya terjadi pada penderita diabetes yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke kaki. Tak hanya pada kaki, nekrosis gangren juga bisa memengaruhi sel pada lengan dan jari yang akan tampak menghitam dan mulai membusuk.
2. Nekrosis koagulatif
Nekrosis koagulatif terjadi karena kurangnya suplai darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan nekrosis koagulatif adalah serangan jantung.
Saat serangan jantung terjadi, aliran darah ke jantung menjadi tersumbat dan bisa menyebabkan kerusakan jantung permanen, bahkan kematian, jika tidak segera ditangani.
3. Nekrosis likuifaktif
Nekrosis likuifaktif adalah jenis nekrosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus. Ketika nekrosis jenis ini terjadi, sel yang telah mati akan hancur dan menghasilkan cairan kental berwarna kekuningan seperti nanah.
4. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak merupakan kerusakan pada jaringan lemak yang mengakibatkan lemak mencair dan bercampur dengan kalsium yang berwarna putih seperti kapur. Pankreatitis dan cedera payudara adalah kondisi yang paling sering menimbulkan rusaknya jaringan lemak.
5. Nekrosis kaseosa
Nekrosis kaseosa digambarkan seperti keju karena sel-sel yang mati terlihat berwarna putih dan bertekstur lembut. Jenis nekrosis ini terjadi pada penderita tuberkulosis.
6. Nekrosis fibrinoid
Nekrosis fibrinoid terjadi ketika penyakit autoimun atau infeksi merusak pembuluh darah, sehingga protein plasma (fibrin) bocor dan keluar dari dinding pembuluh darah. Jenis nekrosis ini ditandai dengan sel-sel mati yang terlihat berwarna merah muda dan tidak berbentuk.
Penyebab Nekrosis
Nekrosis terjadi ketika suplai darah ke jaringan terganggu, sehingga menyebabkan jaringan tersebut menjadi rusak atau mati. Terganggunya suplai darah ini bisa disebabkan oleh gumpalan darah maupun cedera pada pembuluh darah, senyawa kimia beracun, infeksi, hingga kondisi medis tertentu, termasuk lupus dan anemia sel sabit.
Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya nekrosis, yaitu:
- Pertambahan usia
- Konsumsi alkohol berlebih
- Memiliki luka terbuka, terlebih yang terinfeksi
- Menggunakan kortikosteroid dalam jangka panjang
- Menderita kondisi medis tertentu, seperti diabetes, gagal ginjal kronis, dan HIV
Gejala Nekrosis
Gejala nekrosis bervariasi tergantung di bagian tubuh mana kondisi tersebut terjadi. Jika terjadi di ginjal, berikut ini beberapa gejala nekrosisi yang muncul:
- Sakit pinggang atau punggung bawah
- Urin berdarah, keruh, atau gelap
- Nyeri saat buang air kecil
- Sering buang air kecil, terutama di malam hari
Jika nekrosis berasal dari infeksi luka, berikut ini adalah gejala yang umumnya muncul:
- Keringat berlebih
- Demam tinggi hingga mengigil
- Jantung berdebar
- Kulit melepuh
- Bunyi gemertak di bawah kulit ketika ditekan
- Mati rasa, nyeri, dan panas di sekitar luka
- Luka mengeluarkan cairan keabu-abuan dan berbau tidak sedap
- Sulit konsentrasi
Penanganan Nekrosis
Tujuan penanganan nekrosis adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut. Penanganan yang diberikan tidaklah sama karena perlu disesuaikan dengan keparahan dan penyebab nekrosis.
Untuk mencegah nekrosis akibat luka yang terinfeksi, dokter akan meresepkan antibiotik. Hal ini bertujuan untuk mengobati infeksi sekaligus mencegah terjadinya kerusakan jaringan lebih lanjut.
Namun, jika luka yang dialami tak kunjung membaik, hingga menyebabkan terjadinya kematian jaringan atau nekrosis. Dokter perlu melakukan debridemen, yaitu prosedur pengangatkan jaringan yang mati untuk membantu proses penyembuhan luka.
Nekrosis yang tidak segera diobati bisa memburuk dan kemungkinan menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih parah. Makin cepat penanganan diberikan, makin banyak pula jaringan yang dapat diselamatkan.
Jika Anda mengalami gejala nekrosis atau memiliki kondisi medis yang meningkatkan risiko terjadinya nekrosis, jangan ragu untuk memeriksan diri ke dokter. Dengan begitu, pencegahan dan penanganan dapat diberikan secepatnya sebelum terjadi kerusakan jaringan yang fatal.