Malnutrisi pada anak adalah kondisi ketika anak tidak mendapatkan asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya. Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele karena bisa berdampak pada kondisi kesehatan anak secara umum dan proses tumbuh kembangnya.
1000 hari pertama kehidupan anak merupakan periode emas bagi tumbuh kembangnya. Pada periode ini, anak membutuhkan asupan nutrisi yang memadai untuk mengoptimalkan pertumbuhannya.
Malnutrisi atau disebut juga ketidakseimbangan gizi terjadi ketika anak tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang dalam jangka waktu lama. Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu kurang gizi (undernutrition) dan kelebihan gizi (overnutrition).
Keduanya perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada anak, misalnya anak sering infeksi karena imunitas tubuh yang lemah, gangguan tumbuh kembang, diabetes, dan hipertensi.
Kondisi ketidakseimbangan gizi juga diketahui menjadi penyebab kematian 300.000 anak balita setiap tahunnya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Penyebab Malnutrisi pada Anak
Malnutrisi pada anak umumnya terjadi ketika anak kekurangan atau justru kelebihan asupan gizi. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab anak mengalami kondisi kurang gizi, yaitu:
- Kurangnya pengetahuan orang tua tentang kebutuhan gizi anak
- Kurangnya akses pangan yang cukup dan terjangkau
- Faktor sosial dan ekonomi, misalnya kemiskinan, bencana alam, atau perang
- Kebersihan lingkungan atau sanitasi yang buruk
- Gangguan kesehatan tertentu, seperti penyakit Crohn, disfagia atau sulit menelan, penyakit celiac, kanker, dan HIV/AIDS
- Infeksi, seperti diare, TB, pneumonia, atau cacingan yang sering kambuh atau berulang
- Kelainan bawaan lahir, misalnya penyakit jantung bawaan
- Gangguan mental, seperti depresi dan gangguan makan
- Kekurangan yodium saat anak masih di dalam kandungan (hipotiroid kongenital)
Tak hanya berbagai hal di atas, ada juga kondisi lain yang bisa membuat anak lebih berisiko mengalami ketidakseimbangan gizi, misalnya kebiasaan memilih makan atau susah makan (picky eating).
Dampak Malnutrisi pada Anak
Selain berbagai gangguan kesehatan pada anak yang telah disebutkan sebelumnya, ketidaseimbangan gizi pada anak juga dapat memicu stunting atau kondisi tubuh pendek.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita, termasuk pertumbuhan fisik, organ tubuh, dan otak, akibat kekurangan gizi dalam waktu lama sehingga tubuhnya lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Bila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi stunting yang dialami anak pada 1000 hari pertama kehidupannya akan semakin sulit disembuhkan dan meningkatkan risiko anak mengalami obesitas serta penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes saat ia dewasa kelak.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai 24,4% dan obesitas sekitar 11% pada anak usia 5–12 tahun.
Cara Mengatasi Ketidakseimbangan Gizi atau Malnutrisi pada Anak
Malnutrisi pada anak bisa diatasi dengan berbagai cara, di antaranya:
1. Memberikan ASI eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif memiliki manfaat yang sangat penting untuk mencegah dan membantu mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak. Beberapa riset mengungkapkan bahwa anak yang diberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dan status gizi yang lebih baik.
Hal tersebut karena ASI mengandung berbagai nutrisi dan antibodi yang berperan penting untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak.
2. Memenuhi asupan nutrisi dalam jumlah seimbang
Memenuhi kebutuhan nutrisi merupakan langkah utama pencegahan dan penanganan ketidakseimbangan gizi pada anak. Asupan nutrisi juga berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak.
Untuk anak berusia 6–24 bulan, pemberian makanan tambahan sebagai pendamping ASI atau MPASI sudah diperbolehkan.
Oleh karena itu, saat anak sudah berusia 6 bulan dan siap mendapatkan makanan padat, ia bisa diberikan makanan yang mengandung beragam nutrisi, seperti karbohidrat, protein, vitamin, lemak, serat, dan mineral.
Aneka nutrisi tersebut bisa diperoleh dari berbagai jenis makanan bergizi, seperti:
- Biji-bijian
- Telur
- Ikan dan daging
- Kacang-kacangan
- Buah dan sayuran
- Susu dan produk olahannya, termasuk keju dan yoghurt
3. Memberikan suplemen
Pemberian suplemen nutrisi, misalnya suplemen vitamin dan zat besi, bisa menjadi salah satu upaya untuk mencegah dan menangani ketidakseimbangan gizi pada anak.
Beberapa jenis suplemen yang dapat diberikan kepada anak adalah suplemen dengan kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E, vitamin K, serta mineral tertentu, seperti asam folat dan zinc.
Namun, sebelum memberikan suplemen nutrisi tersebut kepada Si Kecil, ada baiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter lebih dahulu, ya. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan dosis dan jenis suplemen yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Si Kecil.
4. Memenuhi kebutuhan yodium
Ibu hamil yang kekurangan gizi diketahui lebih berisiko untuk melahirkan anak yang kekurangan gizi pula. Oleh karena itu, selama masa kehamilan, ibu hamil perlu mencukupi asupan nutrisi dalam jumlah yang seimbang. Salah satu asupan gizi yang penting untuk dipenuhi adalah yodium.
Yodium adalah mineral yang termasuk dalam mikronutrien atau jenis nutrisi yang dibutuhkan hanya dalam jumlah sedikit. Meski demikian, manfaat yodium begitu penting bagi kesehatan ibu dan janin serta proses tumbuh kembang janin.
Hidangan yang diperkaya atau dilengkapi dengan fortifikasi yodium dapat meningkatkan status nutrisi ibu hamil. Selain itu, yodium juga berperan penting untuk mendukung proses tumbuh kembang anak, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, serta proses metabolismenya.
Bila kekurangan yodium, anak berisiko mengalami masalah tumbuh kembang, seperti bertubuh pendek, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang rendah, dan mengalami gangguan kesehatan, seperti hipotiroidisme dan gondok.
5. Mengatasi kondisi medis tertentu
Pada kasus yang berat, malnutrisi pada anak umumnya perlu ditangani dengan terapi gizi dari dokter. Untuk mencukupi asupan gizi anak yang mengalami malnutrisi atau anak yang susah makan karena kesulitan menelan, dokter dapat memberikan asupan gizi lewat selang yang dipasang dari hidung menuju lambung (NGT).
Melalui selang ini, dokter dapat memberikan susu, air minum, atau bubur untuk memenuhi kebutuhan kalori, cairan, dan nutrisi anak. Selain itu, dokter juga bisa memberikan asupan nutrisi melalui cairan infus (nutrisi parenteral) jika memang diperlukan.
Untuk mencegah malnutrisi pada anak, orang tua sebaiknya memilih bahan makanan yang bergizi, mudah didapat dan harganya terjangkau, praktis diberikan, dan mengandung yodium. Makanan tersebut juga penting untuk mencukupi asupan gizi anak sehari-hari.
Itulah berbagai informasi penting seputar penyebab ketidakseimbangan gizi pada anak dan langkah pengobatannya. Untuk memastikan status gizi anak normal, jangan lupa juga untuk rutin melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak, ya.
Jika Si Kecil menunjukkan tanda-tanda atau gejala malnutrisi pada anak, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk memeriksakan kondisi Si Kecil. Setelah itu, dokter dapat memberikan penanganan yang sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami Si Kecil.