Bunda dan Ayah termasuk orang tua yang tidak memberi banyak aturan dan jarang mendisiplinkan anak? Jika iya, maka pola asuh yang demikian bisa dikategorikan sebagai pola asuh permisif. Pertanyaannya, apakah pola asuh yang seperti itu benar-benar baik untuk tumbuh kembang Si Kecil?
Pola asuh permisif atau permissive parenting merupakan kebalikan dari pola asuh helikopter. Pola asuh permisif kerap dikenal dengan pola asuh yang memanjakan, karena ditandai dengan kebebasan dan keterbukaan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya.
Orang tua yang permisif berusaha untuk membesarkan anaknya dengan cara yang tidak otoriter, sehingga mereka jarang menetapkan aturan dan eskpektasi yang jelas kepada anak.
Karakteristik Pola Asuh Permisif
Berikut ini adalah beberapa karakteristik orang tua yang menerapkan pola asuh permisif:
- Tidak banyak menetapkan aturan atau standar perilaku untuk anak
- Tidak memberi tanggung jawab yang jelas untuk anak
- Tidak konsisten terhadap aturan yang dibuat
- Jarang mendisiplinkan atau memberi konsekuensi pada anak
- Percaya kepada anak untuk membuat keputusan besar, padahal keputusan ini perlu dipertimbangkan juga oleh orang tua
- Kerap memberi hadiah atau uang agar anak berperilaku dengan baik
- Lebih terlihat seperti teman daripada orang tua
- Tidak membatasi waktu bermain anak, termasuk screen time untuk bermain gadget atau game online
Dampak Pola Asuh Permisif bagi Anak
Meski tujuan orang tua baik dan ingin memberikan kasih sayang sepenuhnya pada anak, penerapan pola asuh permisif nyatanya berisiko memberikan dampak yang kurang baik bagi tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak, lho.
Berikut ini adalah beberapa dampak yang kurang baik dari pola asuh permisif bagi anak:
1. Prestasi akademik rendah
Ada riset yang menyebutkan bahwa pola asuh permisif berisiko membuat prestasi akademik anak rendah. Pasalnya, orang tua yang permisif jarang menerapkan target dan umumnya tidak memiliki ekspektasi apa pun terhadap anaknya.
Nah, hal ini kemudian bisa membuat anak kurang memiliki motivasi dan daya juang untuk mencapai nilai yang baik atau mungkin berbagai cita-cita dalam hidupnya.
2. Sulit mengambil keputusan
Orang tua yang mengasuh anak-anaknya secara permisif umumnya akan kurang ikut campur atau jarang memberi masukan dalam banyak hal yang perlu diputuskan oleh anak. Mereka cenderung akan membiarkan anak mengambil keputusan dan memecahkan masalahnya sendiri.
Padahal, anak-anak tetap membutuhkan peran orang tua ketika sedang menghadapi masalah atau harus membuat keputusan. Jika terjadi secara terus-menerus, hal ini dapat mengakibatkan anak memiliki keterampilan sosial yang buruk.
3. Sulit mengelola stres
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif juga umumnya akan kesulitan mengelola stres. Ini karena mereka tidak terbiasa untuk mengendalikan emosinya dengan baik, terutama saat dihadapkan pada situasi di mana mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Penelitian menyatakan, anak yang tidak terbiasa mengelola stresnya dengan baik lebih berisiko berkembang menjadi pribadi yang kurang berempati, sulit bergaul, dan memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang kurang sehat ketika dewasa, seperti sering minum minuman beralkohol atau menggunakan obat-obatan terlarang.
4. Sulit mengatur waktu atau kebiasaan
Karena tidak terbiasa dengan adanya aturan dan kedisiplinan, anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif juga biasanya memiliki kesulitan untuk mengatur waktu dan kebiasaannya sendiri. Hal ini bisa membuat mereka menghabiskan waktu terlalu banyak untuk bermain dan sedikit waktu untuk belajar.
Masalah ini bisa membuat prestasi akademik anak bermasalah dan mereka pun bisa sulit untuk terdidik dengan baik di sekolah.
Cara Mengubah Pola Asuh Permisif
Mengingat dampaknya yang kurang baik bagi tumbuh kembang anak, pola asuh permisif sebaiknya diganti dengan pola asuh lain, misalnya pola asuh otoritatif. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Bunda dan Ayah terapkan untuk mengubah pola asuh permisif menjadi pola asuh otoritatif:
- Buat aturan dasar di rumah untuk anak, misalnya terkait pekerjaan rumah tangga, jadwal tidur, atau jadwal bermain. Ini berguna untuk membuat anak mengerti bagaimana mereka harus berperilaku dan bertanggung jawab.
- Usahakan untuk tetap tegas dan konsisten terhadap aturan yang dibuat.
- Beri penjelasan kepada anak mengapa aturan yang Bunda dan Ayah buat perlu ia taati.
- Beri konsekuensi, berupa teguran atau hukuman ringan, bila anak melanggar aturan. Pastikan juga anak memahami mengapa konsekuensi tersebut diberikan kepadanya.
- Hargai setiap usaha yang anak lakukan untuk menaati aturan, misalnya dengan memberi pujian atau pelukan hangat.
Memanjakan anak sesekali memang boleh. Tetapi, jika terlalu sering atau sampai menerapkan pola asuh permisif, ini tidak baik untuk tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, jika selama ini Bunda dan Ayah sudah terbiasa menjalani pola asuh permisif, cobalah mengubah pola asuh ini menjadi lebih baik.
Namun, apabila Bunda dan Ayah menemukan kesulitan untuk mengubah pola asuh permisif, janganlah ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog terkait hal ini.