Post-sex blues ditandai dengan rasa sedih, cemas, atau bahkan kecewa setelah berhubungan seksual. Kondisi ini memang terdengar tidak wajar, tetapi dapat dialami oleh sebagian orang. Lantas, apa yang mendasari hal ini terjadi? Mari simak jawabannya dalam artikel berikut.
Tak hanya sebagai salah satu kebutuhan, hubungan intim juga menjadi aktivitas yang menyenangkan bersama pasangan. Berhubungan seks secara rutin juga dapat memberikan beragam manfaat, mulai dari mempererat ikatan emosional dengan pasangan hingga meningkatkan suasana hati.
Akan tetapi, sebagian orang bisa saja merasakan hal yang berbeda, bahkan suasana hati yang buruk setelah berhubungan seks dengan pasangan. Kondisi ini disebut juga post-sex blues atau postcoital dysphoria. Meski bersifat sementara, penanganan tetap perlu dilakukan, terlebih bila sampai mengganggu aktivitas.
Berbagai Gejala Post-Sex Blues
Gejala post-sex blues tidak hanya sebatas perasaan sedih. Ada pula gejala lain yang dapat muncul atau menyertai rasa sedih, di antaranya:
- Penyesalan
- Perasaan tidak berharga
- Frustrasi
- Agitasi
- Percaya diri menurun
- Marah
Selain itu, post-sex blues juga bisa memicu gejala fisik, antara lain sakit kepala, tremor, kelelahan, bahkan penurunan konsentrasi.
Beragam Penyebab Post-Sex Blues
Perlu diingat bahwa post-sex blues hanya berlaku bila hubungan intim terjadi atas persetujuan kedua belah pihak dan tidak mengacu pada aktivitas seksual yang dipaksakan atau kekerasan seksual.
Siapa pun dapat mengalami post-sex blues, baik pria maupun wanita. Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi kondisi ini diduga muncul akibat beberapa faktor, antara lain:
1. Perubahan kadar hormon
Perubahan kadar hormon bisa menjadi penyebab post-sex blues. Saat berhubungan intim, seseorang akan menerima rangsangan terus-menerus yang dapat meningkatkan kadar hormon serotonin. Hormon ini berperan dalam menjaga suasana hati.
Kadar hormon serotonin akan terus meningkat hingga mencapai orgasme. Setelah itu, rangsangan akan berhenti secara tiba-tiba dan kadar serotonin pun menurun drastis. Hal inilah yang bisa memicu perasaan negatif setelah berhubungan intim.
2. Depresi pascamelahirkan
Depresi pascamelahirkan erat kaitannya dengan perubahan kadar hormon yang terjadi setelah melahirkan, sehingga seseorang yang mengalaminya rentan terkena post-sex blues.
Tak hanya memengaruhi hubungan intim, depresi setelah melahirkan juga bisa membuat penderitanya sulit atau enggan merawat dirinya maupun sang bayi. Oleh karena itu, kondisi ini tidak bisa disepelekan dan sebaiknya ditangani oleh psikolog atau psikiater.
3. Rasa tidak nyaman atas tubuhnya sendiri
Malu dan rasa tidak percaya diri terhadap bagian tubuh tertentu juga dapat memicu seseorang merasa sedih setelah berhubungan intim. Pada kondisi ini, seseorang menjadi khawatir dan bertanya-tanya apakah pasangannya merasa puas dengan kondisi tubuhnya saat berhubungan intim.
4. Trauma masa kecil
Pelecehan seksual secara fisik maupun emosional di masa kecil dapat meningkatkan risiko terjadinya post-sex blues saat dewasa.
Seseorang yang mengalami hal ini kemungkinan akan mengingat traumanya di masa lalu saat maupun setelah berhubungan intim, bahkan ketika hubungan dilakukan berdasarkan persetujuan antara dirinya dan pasangan.
5. Orgasme tidak tercapai
Berbagai perasaan negatif setelah berhubungan intim juga bisa disebabkan oleh klimaks atau orgasme yang tidak tercapai. Hal ini dapat memicu seseorang gelisah, kecewa, rendah diri, maupun putus asa, karena merasa dirinya tidak menunjukkan performa seksual yang baik di hadapan pasangan.
6. Stres
Stres juga dapat memengaruhi kehidupan seksual, termasuk memicu post-sex blues. Seseorang mungkin saja menjadikan hubungan intim bersama pasangan sebagai pengalihan dari stres yang dialami.
Sebagai dampak dari stres yang belum ditangani dengan baik, seseorang bisa saja mengalami sejumlah perasaan dan emosi yang terpendam setelah berhubungan intim.
Cara Mengatasi Post-Sex Blues
Sebenarnya, perasaan sedih setelah berhubungan intim umum dialami oleh pasangan seksual. Kondisi ini bisa terjadi sesekali dalam kehidupan seseorang dan membaik seiring pemicu rasa sedih sudah teratasi.
Bagi banyak orang, menenangkan diri sering kali menjadi cara terbaik untuk mengatasinya. Langkah ini pun dapat Anda coba bila post-sex blues terjadi pada diri sendiri.
Anda bisa mencoba meditasi sebagai salah satu cara untuk menenangkan pikiran. Anda pun bisa mulai mengenal perasaan dan mencari akar masalah yang mungkin saja menjadi penyebabnya.
Bila Anda bingung harus mulai dari mana, ada beberapa pertanyaan yang bisa Anda coba tanyakan kepada diri sendiri, yaitu:
- Perasaan apa yang paling dominan Anda rasakan?
- Apakah ada sesuatu dari diri Anda yang memicu perasaan itu?
- Apakah ada sikap atau perilaku spesifik dari pasangan Anda yang memicu perasaan itu?
- Apakah Anda teringat peristiwa traumatis di masa lalu?
- Berapa kali kondisi ini terjadi setelah berhubungan seksual?
Ketika sudah merasa lebih tenang dan mengetahui dengan jelas pemicu post-sex blues yang dialami, Anda pun bisa mulai membicarakannya dengan pasangan. Bila penyebabnya adalah performa seks, baik pasangan atau diri Anda sendiri, cobalah bicarakan baik-baik untuk mendapatkan solusinya.
Topik mengenai post-sex blues bisa saja membuat Anda tidak nyaman membicarakannya dengan orang lain. Namun, jika kondisi ini terjadi secara berulang hingga mengganggu kehidupan seksual Anda dan pasangan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.