Proses pembekuan darah atau koagulasi merupakan mekanisme alami tubuh untuk menghentikan perdarahan saat terjadi luka atau cedera. Proses ini terbilang kompleks dan melibatkan berbagai elemen dalam darah.
Saat mengalami luka atau cedera, pembuluh darah dapat rusak dan menyebabkan perdarahan. Untuk menghentikan perdarahan tersebut, tubuh secara alami akan menjalankan mekanisme penyembuhan luka melalui proses pembekuan darah.
Ada beberapa fase penting dalam proses pembekuan darah, di antaranya adalah fase pembentukan sumbatan oleh platelet atau keping darah dan fase pembekuan darah.
Proses pembekuan darah merupakan proses yang kompleks, di mana darah membentuk gumpalan atau bekuan darah guna menutup dan memulihkan luka, serta menghentikan perdarahan.
Unsur-Unsur Proses Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah tidak akan terjadi tanpa peran dari beberapa “aktor”. Dalam hal ini, koagulasi melibatkan trombosit dan beberapa komponen faktor pembekuan. Berikut ini adalah penjelasannya:
Trombosit
Trombosit atau keping darah adalah elemen berbentuk cakram di dalam darah dan kerap digolongkan sebagai sel darah. Padahal, trombosit sebenarnya merupakan bagian dari sel-sel sumsum tulang yang disebut dengan megakaryocytes.
Trombosit berperan untuk membentuk bekuan darah guna memperlambat atau menghentikan perdarahan, serta mempercepat proses penyembuhan luka.
Faktor koagulasi (faktor pembekuan)
Faktor koagulasi merupakan sejumlah protein yang berperan penting dalam reaksi pembekuan darah. Berbagai protein ini sebagian besar diproduksi oleh organ hati. Berikut adalah faktor-faktor koagulasi dalam darah dan jaringan tubuh manusia yang diurutkan sesuai dengan urutan ditemukannya:
- Faktor I: Fibrinogen
- Faktor II: Protrombin
- Faktor III: Faktor jaringan
- Faktor IV: Kalsium
- Faktor V: Proakselerin
- Faktor VI : -
- Faktor VII: Prokonvertin
- Faktor VIII: Faktor Antihemofilik (AHF)
- Faktor IX: Faktor Plasma Thromboplastin Component (PTC)
- Faktor X: Faktor Stuart-Prower
- Faktor XI: Faktor Plasma Thromboplastin Antecedent (PTA)
- Faktor XII: Faktor Hageman
- Faktor XIII: Fibrinase
Proses Pembekuan Darah
Proses pembekuan darah melewati serangkaian interaksi yang kompleks. Berikut ini adalah proses pembekuan darah dari awal hingga akhir:
1. Trombosit membentuk sumbatan
Tahap pertama dari proses pembekuan darah adalah trombosit atau keping darah akan bereaksi ketika pembuluh darah rusak atau terdapat luka. Trombosit akan menempel pada dinding area tubuh yang luka dan bersama-sama membentuk sumbatan.
Sumbatan tersebut bertujuan untuk menutup jaringan kulit yang rusak, sehingga darah yang keluar pun dapat dihentikan. Trombosit juga dapat melepaskan bahan kimia untuk menarik lebih banyak trombosit dan sel-sel lain untuk melanjutkan proses koagulasi ke tahap berikutnya.
2. Pembentukan bekuan darah
Pada tahap selanjutnya, faktor-faktor pembekuan akan memberi sinyal satu sama lain untuk melakukan reaksi berantai yang cepat. Reaksi ini dikenal sebagai kaskade koagulasi.
Di akhir tahap ini, faktor koagulasi yang disebut trombin mengubah fibrinogen menjadi helai-helai fibrin. Fibrin bekerja dengan cara menempel pada trombosit untuk membuat jaring yang dapat memerangkap lebih banyak trombosit dan sel. Gumpalan atau bekuan pun menjadi lebih kuat dan lebih tahan lama.
3. Penghentian proses pembekuan darah
Setelah bekuan darah terbentuk dan perdarahan terkendali. Protein-protein lain akan menghentikan faktor pembekuan agar gumpalan tidak berlanjut lebih jauh dari yang diperlukan.
4. Tubuh perlahan-lahan membuang sumbatan
Ketika jaringan kulit yang rusak sembuh, sumbatan secara alami tidak diperlukan lagi. Helai fibrin pun akan hancur dan darah mengambil kembali trombosit dan sel-sel dari bekuan darah.
Kelainan Proses Pembekuan Darah
Tidak semua orang mengalami proses pembekuan darah yang normal. Kelainan dalam proses pembekuan darah dapat menyebabkan perdarahan berlebih. Kondisi ini dikenal juga dengan hemofilia, di mana terdapat kekurangan faktor koagulasi VIII atau IX. Pada penyakit ini, perdarahan yang terjadi sulit berhenti.
Selain itu, gangguan proses pembekuan darah juga dapat menyebabkan pembekuan darah berlangsung secara berlebihan sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah. Kondisi ini disebut juga darah kental.
Pembekuan darah juga bisa terbentuk walaupun tidak diperlukan, sehingga menyebabkan sumbatan yang mengganggu fungsi tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan beberapa kondisi medis yang berat, seperti serangan jantung, emboli paru, dan stroke.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya pembekuan darah yang abnormal, Anda dianjurkan untuk rajin berolahraga, tidak merokok, dan menerapkan pola hidup yang sehat.
Jika terdapat keluhan berupa mudah memar di kulit, perdarahan sulit berhenti saat terluka, sering mimisan, atau terdapat lebam pada persendian, kemungkinan proses pembekuan darah terganggu. Anda dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter jika mengalaminya agar dapat segera dilakukan penanganan.