Sensory overload terjadi ketika otak tidak mampu memproses informasi sensorik yang ditangkap oleh salah satu atau lebih pancaindra. Kondisi ini menyebabkan pancaindra seseorang menjadi terlalu terstimulasi, sehingga memicu rasa tidak nyaman, cemas, bahkan panik.
Siapa pun dapat mengalami sensory overload. Namun, kondisi ini umumnya terjadi pada anak-anak, terlebih yang menderita autisme, gangguan stres pascatrauma (PTSD), fibromyalgia, dan ADHD. Jika terjadi pada orang dewasa, kemungkinan gejala sensory overload sudah ada sejak kecil.
Informasi sensorik yang ditangkap pancaindra bisa beragam, mulai dari suara musik yang keras, ruang yang ramai, perubahan suhu atau cahaya yang drastis, kontak fisik yang tak terduga atau tak diinginkan, pakaian yang tidak nyaman, hingga bau menyengat.
Gejala Sensory Overload pada Orang Dewasa
Saat beberapa informasi sensorik bersaing, otak tidak mampu memproses semuanya secara bersamaan. Otak kemudian mengirimkan sinyal ke tubuh bahwa Anda perlu menjauh dari informasi sensorik yang diterima. Lalu, tubuh mengeluarkan gejala sensory overload sebagai respons terhadap sinyal dari otak.
Gejala sensory overload pada orang dewasa bisa berbeda-beda. Sebagian orang bisa saja hanya mengalami gejala ringan, tetapi sebagian lagi mungkin merasakan gejala yang lebih berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Ada pula penderita sensory overload yang mungkin hanya mengalami stimulasi berlebihan pada pendengaran, sedangkan penderita lainnya justru mengalami sensory overload secara visual.
Berikut ini adalah beberapa gejala sensory overload pada orang dewasa yang umum terjadi:
- Sulit untuk duduk diam
- Stres, takut, atau cemas
- Berusaha menutup pancaindra dari informasi snesorik
- Sulit untuk fokus
- Sering kali terlalu bersemangat dalam merespons sesuatu
- Memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi terhadap benda-benda yang mengenai kulitnya, seperti tekstur kain atau label pakaian
- Mudah marah
- Sulit tidur
- Mengalami serangan panik
- Suka memilih-milih makanan (picky eating)
Kondisi yang Terkait dengan Sensory Overload
Sensory overload pada orang dewasa umumnya terkait dengan beberapa kondisi neurologis dan psikiatri tertentu, seperti:
1. Autisme
Orang dengan autisme cenderung kewalahan terhadap informasi sensorik yang masuk ke otak sehingga menimbulkan gejala sensory overload. Penyebab pasti dari kondisi ini belum diketahui dan dibutuhkan terapi untuk mengatasi gejala yang muncul.
2. Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Contoh dari kondisi ini adalah veteran perang yang mengalami PTSD. Mereka mungkin akan lebih mudah mengalami sensory overload saat terstimulasi oleh kilatan cahaya atau suara petasan.
3. Gangguan kesemasan umum
Dalam situasi tertentu, penderita gangguan kecemasan umum dapat mengalami sensory overload. Misalnya, merasa lebih cemas dan kewalahan saat terjebak dalam stadion yang penuh sesak.
4. Attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD)
Penelitian menunjukkan bahwa penderita ADHD juga bisa mengalami sensory overload. Mereka biasanya sulit untuk fokus dan sering merasa cemas atau panik ketika dihadapkan dengan stimulasi berlebihan, seperti suara musik yang keras.
Selain beberapa kondisi di atas, sensory overload pada orang dewasa juga diketahui berkaitan dengan sindrom kelelahan kronis, multiple sclerosis, dan sindrom Tourette. Bahkan, seseorang bisa mengalami sensory overload tanpa harus memiliki kondisi seperti yang telah disebutkan di atas.
Cara Mengatasi Sensory Overload pada Orang Dewasa
Sejauh ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan sensory overload. Perawatan yang disarankan oleh dokter biasanya ditujukan untuk mengendalikan gejala sensory overload, yaitu:
- Melakukan terapi khusus untuk mengatasi kecemasan dan mengelola situasi sulit
- Mengonsumsi antidepresan dan obat untuk menangani gangguan kecemasan
- Beristirahat dan minum air yang cukup untuk meningkatkan fungsi otak
- Melakukan teknik meditasi, mindfulness, dan pernapasan saat kecemasan melanda
- Menghindari faktor pencetus sensory overload, seperti kebisingan, tempat yang terlalu ramai, bau yang terlalu menyengat, atau cahaya yang terlalu terang
Hidup dengan sensory overload mungkin membuat penderitanya merasa terisolasi. Dukungan dari orang terdekat amatlah penting agar mereka tidak merasa sendirian.
Jika Anda sering mengalami gejala sensory overload seperti yang sudah disebutkan di atas atau gejala tersebut berlangsung berlarut-larut, disarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang sesuai.