Subvarian Omicron BA.5 telah muncul dan mulai menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Versi baru varian Omicron penyebab COVID-19 ini diduga memiliki tingkat penularan yang lebih cepat daripada subvarian omicron sebelumnya.
Ada dua versi baru subvarian Omicron, yaitu BA.4 dan BA.5. Berdasarkan data awal, mutasi virus Corona pada subvarian ini membuat virus lebih mudah menular dan mampu melawan imunitas tubuh dengan lebih baik sehingga mudah membuat seseorang terinfeksi.
Fakta Seputar Subvarian Omicron BA.5
Subvarian Omicron BA.5 pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan pada awal tahun 2022 dan telah menjadi varian yang dominan di sana.
Laporan awal menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang terinfeksi subvarian ini mengalami gejala COVID-19 ringan dan mirip dengan gejala infeksi varian sebelumnya, seperti demam, batuk, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan hidung tersumbat.
Secara global, kasus COVID-19 yang terinfeksi subvarian Omicron BA.5 memang masih sedikit. Akan tetapi, sejak awal kemunculannya, subvarian Omicron ini telah terdeteksi setidaknya di 46 negara.
Kasus lonjakan infeksi sejauh ini masih tidak setinggi pada kasus COVID-19 varian Omicron sebelumnya. Namun, kehadiran subvarian Omicron BA.5 tetap berpotensi menyebabkan peningkatan jumlah kasus maupun rawat inap akibat COVID-19.
Tingkat Keparahan Penyakit dan Kemampuan Vaksin COVID-19 dalam Melawan Subvarian Omicron BA.5
Para peneliti masih terus menyelidiki karakteristik subvarian Omicron BA.5, termasuk tingkat penularan virus dan keparahan penyakit yang ditimbulkannya.
Berikut ini adalah beberapa data awal kasus infeksi subvarian omicron BA.5 yang berhasil dikumpulkan terkait tingkat keparahan penyakit dan kemampuan vaksin COVID-19:
- Infeksi subvarian Omicron BA.5 mampu melawan sel-sel imun dari orang yang tidak divaksinasi tetapi pernah terinfeksi virus Corona varian Omicron.
- Vaksinasi booster bisa memberikan perlindungan yang cukup terhadap subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada subvarian Omicron sebelumnya.
- Vaksin COVID-19 yang dikhususkan untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai subvarian Omicron, termasuk BA.4 dan BA.5, masih terus dikembangkan.
- Sejauh ini masih bisa disimpulkan bahwa belum ada perubahan tingkat keparahan penyakit yang signifikan bila dibandingkan dengan subvarian Omicron sebelumnya.
Perlu diketahui bahwa saat kasus COVID-19 varian Omicron pertama kali muncul, umumnya gejala yang ditimbulkan bersifat ringan, tetapi penularannya lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta.
Meski begitu, tingkat keparahan penyakit sebenarnya bisa dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk usia, riwayat vaksinasi, riwayat infeksi sebelumnya, riwayat penyakit kronis, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Saat ini, pemberian dosis vaksin COVID-19 secara lengkap dan dosis booster masih dinilai sangat efektif dalam menekan jumlah penderita dengan gejala berat yang memerlukan rawat inap akibat lonjakan kasus infeksi varian Omicron.
Beberapa obat antivirus juga masih efektif dalam melawan dan mencegah penyakit COVID-19 yang parah, terutama bagi orang yang berisiko mengalami gejala berat dari COVID-19.
Selain vaksinasi, cara terbaik dalam melindungi diri dari infeksi subvarian Omicron BA.5 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan, yaitu menjaga jarak dengan orang lain, mengenakan masker, mencuci tangan secara teratur, menghindari kerumunan, serta menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin.
COVID-19 varian Omicron termasuk varian yang perlu diwaspadai menurut WHO. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala COVID-19, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan meminimalkan penularan infeksi subvarian Omicron BA.5.