Infeksi tuberkulosis laten (TB laten) sering kali tidak disadari oleh penderitanya karena tidak menimbulkan gejala apa pun. Jika tidak segera ditangani dengan tepat, TB laten bisa berkembang menjadi tuberkulosis aktif (TB aktif).
Perbedaan TB aktif dan TB laten adalah pada gejala dan penularannya. TB aktif umumnya disertai dengan gejala, seperti batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari 3 minggu dengan atau tanpa batuk darah. Penderita TB aktif juga dapat menularkan bakteri TB ke orang lain.
Sementara itu, penderita TB laten tidak akan mengalami gejala apa pun dan tidak dapat menularkan bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TB ke orang lain.
Meskipun tidak menimbulkan gejala, bakteri TB tetap berada di dalam tubuh penderita TB laten dengan kondisi tidak aktif atau “tertidur”. Bila tidak mendapatkan pengobatan, bakteri laten yang “tertidur” bisa menjadi aktif dan menimbulkan gejala.
Pemeriksaan TB Laten
Ada beberapa kelompok yang diketahui berisiko tinggi terkena TB laten, antara lain:
- Anak-anak yang tinggal di daerah dengan kasus TB tinggi
- Orang yang tinggal bersama dengan anggota keluarga yang terinfeksi TB aktif
- Orang yang tinggal atau bekerja selama lebih dari 3 bulan dengan penduduk lokal di daerah dengan tingkat kasus TB yang tinggi
- Tenaga kesehatan yang melakukan kontak erat dengan pasien TB aktif atau sampel klinis, misalnya dahak
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 5–10% infeksi bakteri TB dapat berkembang menjadi TB aktif dalam 2–5 tahun pertama. Ini artinya, pemeriksaan dan pengobatan TB yang tepat perlu dilakukan sejak infeksi pertama kali terjadi, untuk mencegah bakteri berkembang menjadi TB aktif.
Ada beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis TB laten. Dua jenis tes yang umum digunakan adalah tes Mantoux (tuberkulin) dan tes cepat molekuler. Tes dilakukan sesuai dengan ketersediaan di pelayanan kesehatan terdekat. Berikut ini adalah penjelasannya:
Tes Mantoux (tuberkulin)
Tes Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah cairan yang mengandung bakteri tuberkulosis ke dalam kulit, tepatnya di bagian bawah lengan. Setelah 48–72 jam, bagian kulit yang disuntik cairan akan diperiksa untuk menentukan hasilnya.
Jika muncul benjolan merah kecil yang mengeras di area bekas suntikan, hasil tes berarti positif TB. Sementara itu, jika kulit tidak mengalami perubahan apa pun terhadap tes Mantoux yang dilakukan, hasil tes menunjukkan negatif TB.
Tes cepat molekuler (TCM)
Penegakan diagnosis TB laten secara cepat dan mudah dapat dilakukan dengan menggunakan tes cepat molekuler (TCM). Dalam waktu 2 jam, alat ini dapat mendeteksi DNA bakteri TB dan resistensi terhadap antibiotik rifampisin.
Skrining TB yang satu ini bisa menggunakan beberapa jenis spesimen, mulai dari dahak, bilas lambung, feses, hingga cairan serebrospinal.
Selain itu, pemeriksaan TB laten juga dapat dilakukan dengan tes darah IGRA (interferon gamma release assay) untuk mengukur reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri TB.
Biasanya, tes darah dilakukan jika Anda berisiko tinggi terinfeksi TB tetapi tes Mantoux yang dijalani menghasilkan respons negatif, atau baru saja menerima vaksin BCG. Namun, pemeriksaan ini belum dapat dilakukan di semua pelayanan kesehatan di Indonesia.
Pengobatan TB Laten
Jika pemeriksaan menunjukkan bahwa Anda menderita TB laten, pengobatan perlu segera dilakukan guna mencegah bakteri TB berkembang menjadi TB aktif. Berikut ini adalah obat-obatan yang umum diresepkan untuk mengatasi TB laten:
- Isoniasid (INH)
- Rifapentin (RPT)
- Rifampisin (RIF)
Di Indonesia, terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) untuk mengobati TB laten dilakukan dalam jangka pendek dengan panduan sebagai berikut:
- Pemberian INH dan Rifapentin (3HP) setiap minggu selama 3 bulan
- Pemberian INH dan Rifampisin (3HR) setiap hari selama 3 bulan
Namun, pengobatan ini harus diubah jika bakteri TB ditularkan dari individu yang menderita TB MDR. Tak hanya itu, pengobatan TB laten juga perlu disesuaikan dengan kondisi medis yang menyertai pasien, serta potensi interaksi obat jika pasien sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
TB laten yang tidak segera diobati berisiko menjadi TB aktif. Oleh karena itu, segera periksakan diri ke dokter jika Anda melakukan kontak erat dengan penderita TB aktif agar dapat mendapatkan pengobatan, jika terkonfirmasi TB laten.
Perlu diingat, pengobatan TB laten maupun TB aktif sebaiknya dilakukan sesuai dengan arahan dokter. Penghentian pengobatan TB tanpa instruksi dokter dapat menyebabkan terjadinya TB MDR, yaitu TB yang kebal terhadap berbagai obat sehingga sulit untuk disembuhkan, maupun kasus TB putus obat.