Vulvitis biasanya menimbulkan gatal di area kewanitaan disertai keputihan. Vulvitis bisa disebabkan oleh beragam hal, mulai dari iritasi akibat penggunaan pembersih vagina hingga infeksi. Karena bisa disebabkan oleh banyak hal, cara penanganan vulvitis pun perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Vulvitis adalah peradangan atau infeksi vulva, yaitu organ intim wanita bagian luar. Vulva terdiri dari bukaan vagina, bibir vagina atau labia, dan klitoris. Kulit di bagian vulva dan sekitarnya cenderung lembap, sehingga rentan mengalami infeksi dan iritasi yang dapat menyebabkan vulvitis.

Vulvitis, Ketahui Penyebab, Gejala, dan Penanganannya - Alodokter

Kenali Beberapa Faktor Penyebab Vulvitis

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya vulvitis, di antaranya:

1. Infeksi

Infeksi pada vulva bisa disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, jamur, atau parasit. Beberapa penyakit infeksi yang dapat menimbulkan vulvitis adalah vaginitis, herpes genital, kutil kelamin, candidiasis, trikomoniasis, dan kutu kemaluan.

Infeksi tersebut rentan terjadi pada wanita yang kurang menjaga kebersihan organ intimnya atau wanita yang melakukan hubungan seks berisiko.

2. Iritasi

Vulvitis juga bisa disebabkan oleh penggunaan produk tertentu yang dapat menyebabkan iritasi pada vulva, misalnya sabun kewanitaan yang mengandung pewangi atau spermisida pada kondom.

Iritasi pada vulva juga bisa disebabkan oleh aktivitas atau kebiasaan tertentu, misalnya terlalu lama bersepeda atau naik motor, sering berkeringat di daerah vulva, atau berenang di kolam renang yang mengandung banyak klorin.

3. Penyakit tertentu

Vulvitis bisa disebabkan atau dipicu oleh penyakit tertentu, antara lain:

Selain beberapa penyakit di atas, vulvitis juga dapat disebabkan oleh rendahnya hormon estrogen yang membuat jaringan kulit pada vulva menjadi lebih tipis dan kering, sehingga rentan terkena iritasi. Kondisi ini sering terjadi pada remaja wanita yang baru saja memasuki masa pubertas dan wanita yang sudah menopause.

Gejala Vulvitis yang Umum Ditemui

Gejala vulvitis dapat berbeda-beda sesuai penyebabnya. Namun, secara umum, gejala yang dapat muncul meliputi:

  • Vulva dan vagina terasa gatal, nyeri, dan perih
  • Keputihan yang tidak normal
  • Kulit vulva kering, bersisik, dan tampak ada bercak putih
  • Vulva dan bibir vagina tampak bengkak dan kemerahan
  • Terdapat lepuhan atau benjolan berisi cairan di vulva
  • Nyeri saat bersenggama dan buang air kecil

Vulvitis yang disebabkan oleh infeksi jamur dapat menimbukan gejala gatal-gatal berat pada vulva dan keputihan yang berwarna kekuningan dan kental, sedangkan vulvitis akibat infeksi bakteri dapat menimbulkan rasa nyeri atau gatal pada vulva dan vagina, disertai keputihan berwarna abu-abu, kekuningan, atau kehijauan yang berbau amis.

Penanganan Vulvitis yang Perlu Anda Ketahui

Bila Anda mengalami gejala vulvitis, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan yang sesuai dengan penyebabnya.

Untuk mengetahui penyebab vulvitis yang Anda alami, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti tes urine, tes darah, pemeriksaan cairan vagina, dan Pap smear, jika diperlukan.

Setelah penyebab vulvitis diketahui, dokter akan meresepkan obat-obatan yang sesuai untuk mengatasinya, seperti:

1. Antibiotik

Untuk mengatasi vulvitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan parasit, dokter dapat meresepkan antibiotik, seperti metronidazole, clindamycin, erythromycin, dan cefixime.

2. Antijamur

Antijamur dapat digunakan jika vulvitis disebabkan oleh infeksi jamur. Beberapa jenis obat antijamur yang dapat diresepkan oleh dokter adalah clotrimazole, miconazole, atau fluconazole.

3. Kortikosteroid dan antihistamin

Untuk mengatasi vulvitis yang disebabkan oleh iritasi dan peradangan, dokter dapat meserepkan obat kortikosteroid, misalnya salep hydrocortisone. Obat ini juga dapat mengurangi rasa gatal dan iritasi pada vulva.

Jika vulvitis menyebabkan rasa gatal yang sangat parah, dokter juga mungkin akan memberikan obat antihistamin.

4. Hormon estrogen

Dokter biasanya akan memberikan terapi pengganti hormon dengan hormon estrogen untuk mengatasi vulvitis yang disebabkan oleh menopause. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan krim yang digunakan dengan cara dioleskan pada vulva.

Selain meresepkan obat, dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan beberapa langkah berikut guna mempercepat penyembuhan vulvitis:

  • Menghentikan penggunaan produk yang menyebabkan iritasi atau alergi, misalnya spermisida dan sabun atau pembersih vagina yang berpewangi
  • Menggunakan pakaian dalam berbahan katun yang dapat menyerap keringat dan tidak terlalu ketat
  • Membersihkan vulva dan vagina dengan air hangat lalu keringkan dari arah vagina menuju anus
  • Mengompres vulva yang bengkak dan gatal dengan kompres dingin
  • Menjauhi kebiasaan menggaruk vulva atau vagina yang gatal karena dapat menyebabkan luka dan infeksi
  • Menggunakan kondom saat berhubungan intim dan hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan

Vulvitis yang diobati dengan tepat biasanya dapat sembuh dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu. Sebaliknya, jika pengobatannya tidak tepat, vulvitis justru bisa bertambah parah. Oleh karena itu, periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala vulvitis, seperti gatal pada organ intim dan keputihan yang tidak normal.