Efek samping kemoterapi ada beragam dan keluhannya bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Efek samping kemoterapi ada yang langsung dirasakan setelah setiap sesinya tetapi bersifat sementara, ada juga yang muncul kemudian setelah seluruh sesi kemoterapi selesai.
Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan kanker yang dirancang untuk membunuh sel kanker yang membelah dengan cepat.
Meskipun mampu membunuh sel kanker, menghentikan penyebaran, dan mengurangi gejala kanker, kemoterapi bisa saja merusak sel sehat yang berada di sekitarnya. Sel sehat yang ikut rusak inilah yang dapat memicu timbulnya ragam efek samping pada tubuh.
Macam-Macam Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi dapat mengobati banyak jenis kanker secara efektif. Namun, seperti pengobatan kanker lainnya, prosedur ini seringkali menimbulkan efek samping.
Berikut ini adalah beberapa efek samping kemoterapi yang tergolong umum terjadi:
1. Rasa lelah
Sama dengan efek samping radioterapi, kemoterapi juga bisa menyebakan kelelahan. Efek lelah ini terjadi karena obat yang digunakan untuk kemoterapi bisa merusak sel di sumsum tulang belakang yang merupakan tempat sel darah merah diproduksi.
Efeknya, produksi sel darah merah dapat menurun dan organ tubuh tidak mendapatkan asupan oksigen yang cukup sehingga memicu munculnya rasa lelah. Tak hanya itu, pasien juga rentan untuk terkena anemia.
2. Mual dan muntah
Efek samping kemoterapi yang paling umum dialami berikutnya adalah mual dan muntah. Keluhan yang bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah kemoterapi selesai dilakukan ini bisa dipicu oleh beberapa hal.
Salah satu pemicunya adalah adanya sinyal dari area otak Bernama zona pemicu kemoreseptor (CTZ) yang bereaksi terhadap bahan kimia pada obat kemoterapi, sehingga memicu terjadinya mual dan muntah.
Tingkat keparahan mual dan muntah pada setiap pasien bisa berbeda, tergantung pada dosis obat yang diberikan.
3. Penurunan nafsu makan
Mual dan muntah yang terjadi sebagai bentuk efek samping kemoterapi juga bisa mengakibatkan penurunan nafsu makan.
Selain itu, beberapa obat kemoterapi dapat menimbulkan perubahan pada produksi air liur hingga menyebabkan mulut kering. Oleh karena itu, orang yang menjalani kemoterapi bisa kehilangan nafsu makan.
4. Kerontokan rambut rontok
Kemoterapi bisa menyebabkan kerontokan rambut, termasuk pada area bulu mata, alis, ketiak, dan kemaluan. Kerontokan ini bisa terjadi karena obat kemoterapi tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga untuk menyerang sel lain yang ada di tubuh, termasuk akar rambut.
5. Sariawan dan sakit tenggorokan
Kemoterapi juga berisiko merusak sel-sel sehat di dalam mulut dan tenggorokan sehingga menyebabkan area mulut dan tenggorokan mengalami luka. Luka yang terbentuk ini disebut dengan mukositis dan ditandai dengan beragam gejala, seperti nyeri pada mulut, sariawan, infeksi, hingga perdarahan.
Mukositis tanpa disertai dengan infeksi biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 2−4 minggu. Namun, rasa tidak nyaman yang ditimbulkan dapat membuat pasien sulit untuk mengunyah atau menelan.
6. Diare
Efek samping kemoterapi berikutnya adalah diare. Kondisi ini dapat terjadi karena obat kemoterapi yang digunakan dapat merusak sel-sel sehat yang melapisi usus. Selain diare, keluhan lain yang mungkin muncul terkait kesehatan saluran cerna adalah sembelit dan perut kembung.
Untuk mengurangi ketidaknyaman ini, pasien disarankan untuk mengonsumsi air putih yang cukup setiap harinya agar terhindar dari dehidrasi.
7. Imunitas tubuh menurun
Kemoterapi juga dapat menurunkan imunitas tubuh. Pasalnya, pengobatan ini bisa menurunkan produksi sel darah putih yang berperan penting dalam melawan infeksi dan mencegah berbagai macam penyakit.
8. Gangguan saraf
Beberapa obat kemoterapi diketahui memberikan efek samping atau gangguan pada saraf sensorik atau saraf motorik. Kondisi ini bisa menyebabkan kesemutan atau membuat bagian tubuh menjadi mati rasa.
Gangguan saraf karena kemoterapi juga akan mengakibatkan sensasi terbakar, nyeri seperti tertusuk yang biasanya terjadi di tangan dan kaki, dan mudah memar.
Selain keluhan di atas, efek samping kemoterapi lain yang dapat muncul adalah penurunan berat badan, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, gangguan konsentrasi, perubahan mood, kurang darah (anemia), hingga masalah pada sistem reproduksi.
Kondisi tersebut biasanya akan hilang setelah tindakan kemoterapi selesai. Namun, ada pula yang baru muncul setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengobatan kemoterapi berakhir.
Efek samping yang datang terlambat bisa beragam, seperti kerusakan jaringan paru-paru, gangguan jantung, infertilitas, gangguan ginjal, kerusakan saraf, hingga risiko untuk terkena kanker kembali.
Obat kemoterapi memberikan efek samping yang berbeda pada setiap orang. Untuk mengurangi efek samping kemoterapi dan memantau risiko terjadinya efek samping yang muncul terlambat, Anda perlu tetap rutin memeriksakan diri ke dokter meskipun kanker yang diderita telah sembuh atau Anda tidak lagi menjalani kemoterapi.