Penyakit kelamin wanita bisa disebabkan oleh beragam hal, mulai dari infeksi hingga kanker. Kondisi ini perlu diwaspadai karena sebagian penyakit kelamin wanita tidak bergejala, sehingga sering kali terlambat diobati. Jika sudah demikian, penyakit kelamin wanita bisa berpotensi menimbulkan komplikasi.
Sebagian besar wanita mungkin pernah mengalami keputihan, gatal, kemerahan, atau nyeri pada area kewanitaannya. Berbagai kondisi tersebut bisa menjadi pertanda gejala awal dari penyakit kelamin wanita.
Jika Anda mengalaminya, janganlah ragu atau sungkan untuk berkonsultasi ke dokter guna menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
Beberapa Jenis Penyakit Kelamin Wanita Beserta Gejalanya
Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit kelamin wanita dan gejala yang dapat muncul:
1. Infeksi menular seksual
Infeksi menular seksual yang sering menyerang wanita adalah gonore, klamidia, kutil kelamin, herpes, sifilis, dan trikomoniasis. Seorang wanita berisiko tertular penyakit menular seksual apabila memiliki lebih dari satu pasangan seksual, tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks, atau berbagi penggunaan alat bantu seks (sex toys) dengan orang lain.
Penyakit menular seksual dapat dikenali melalui gejala berikut ini:
- Nyeri atau perih saat buang air kecil (anyang-anyangan).
- Nyeri atau rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual.
- Terlihat adanya darah pada urine.
- Bentol dan gatal pada bibir kemaluan.
- Keluar keputihan yang berwarna kekuningan, kehijauan, merah atau kecoklatan dan berbau tidak sedap.
- Muncul luka atau lepuhan di sekitar vagina.
Walau demikian, penyakit menular seksual pada wanita terkadang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Oleh sebab itu, pemeriksaan kesehatan secara rutin perlu dilakukan sebagai bentuk deteksi dini agar penyakit ini dapat diobati sejak dini.
Pemeriksaan ini juga penting dilakukan pada wanita yang memiliki faktor risiko untuk terkena penyakit menular seksual, misalnya wanita yang berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan dan jarang menggunakan kondom saat berhubungan intim.
2. Infeksi jamur vagina
Pada organ kelamin wanita, terdapat jamur Candida albicans yang tumbuh secara alami. Namun, jika jumlahnya berlebihan, jamur ini dapat menyebabkan infeksi. Infeksi jamur merupakan salah satu penyebab peradangan pada vagina.
Infeksi jamur pada kelamin wanita menimbulkan gejala gatal bagian kewanitaan, nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks, keluar cairan kental dari vagina berwarna putih atau kekuningan, serta kemerahan, pembengkakan, serta perih pada vagina dan vulva.
3. Kista Bartholin dan bartholinitis
Kista Bartholin adalah pembengkakan pada kelenjar Bartholin yang terletak di dekat lubang vagina. Kelenjar Bartholin berfungsi untuk mengeluarkan cairan pelumas alami vagina saat berhubungan intim.
Jika saluran kelenjar Bartholin tersumbat, maka cairan vagina akan menumpuk dan menimbulkan pembengkakan. Kista Bartholin ditandai dengan munculnya benjolan di dekat lubang vagina. Seiring waktu, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan peradangan pada kelenjar Bartholin (bartholinitis).
Jika sudah terinfeksi dan meradang, kista Bartholin ini dapat menimbulkan gejala berupa rasa tidak nyaman di vagina saat berjalan dan duduk, nyeri saat berhubungan intim, keluar nanah dari benjolan di vagina, dan demam.
4. Vulvovaginitis
Vulvovaginitis merupakan peradangan pada vagina dan vulva (bibir vagina). Penyakit kelamin wanita ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur di vagina, alergi terhadap cairan pelumas kondom atau sabun pembersih vagina, serta penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh akibat menopause atau penggunaan alat kontrasepsi.
Gejala vulvovaginitis meliputi rasa nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil dan berhubungan seks, keluar cairan berbau dari vagina, serta pembengkakan dan kemerahan pada kulit di sekitar area kelamin wanita.
5. Servisitis
Servisitis adalah peradangan pada serviks atau leher rahim. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, reaksi alergi terhadap alat kontrasepsi dalam rahim, produk pembersih kewanitaan, atau ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.
Sebagian besar wanita yang menderita servisitis tidak merasakan gejala apa pun. Namun, ada juga yang mengalami gejala berupa keputihan, nyeri saat buang air kecil dan berhubungan intim, serta keluar darah dari vagina setelah berhubungan intim.
6. Salpingitis
Salpingitis merupakan peradangan pada saluran tuba atau tuba falopi. Sebagian besar kasus salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri akibat perilaku seks berisiko. Peradangan ini dapat menimbulkan kerusakan permanen pada saluran tuba yang akhirnya dapat menurunkan tingkat kesuburan wanita.
Salpingitis terkadang tidak menunjukkan gejala. Apabila muncul, beberapa gejalanya bisa meliputi:
- Demam.
- Pusing.
- Mual dan muntah.
- Sering buang air kecil.
- Nyeri perut atau punggung bagian bawah.
- Keluar cairan berwarna dari vagina dan berbau.
- Nyeri saat menstruasi atau berhubungan seks.
7. Kanker
Beberapa jenis kanker yang sering menyerang organ kelamin wanita adalah kanker serviks, kanker ovarium, kanker rahim, kanker vagina, dan kanker vulva.
Setiap jenis kanker memiliki gejala yang berbeda, tetapi umumnya gejala yang muncul berupa perdarahan lewat vagina di luar waktu menstruasi, haid tidak teratur, nyeri perut, hingga penurunan berat badan.
Untuk mencegah berbagai penyakit kelamin wanita di atas, Anda perlu senantiasa mempraktikkan hubungan seks aman dengan menggunakan kondom, tidak berganti pasangan seksual, dan mendapatkan vaksinasi HPV.
Bagi wanita yang sudah berusia di atas 25 tahun atau telah aktif berhubungan seksual, dianjurkan juga untuk melakukan langkah pencegahan tambahan berupa pemeriksaan serviks atau Papsmear secara berkala ke dokter kandungan.
Hal ini perlu dilakukan karena penyakit kelamin wanita sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas atau gejala baru muncul saat penyakit sudah berkembang menjadi lebih parah.