Transplantasi sel punca merupakan metode pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit, seperti kanker dan penyakit degeneratif. Meski begitu, penggunaan metode ini masih kerap diperdebatkan terkait keamanan dan efektivitasnya.
Sel punca atau stem cell adalah sebutan untuk sel yang belum memiliki fungsi khusus, sehingga dapat mengubah, menyesuaikan, dan memperbanyak diri tergantung lokasi sel tersebut berada.
Karena sifatnya tersebut, sel punca kerap digunakan sebagai bahan transplantasi dalam pengobatan medis. Prosedur transplantasi sel punca dilakukan dengan menanam sel punca di organ tubuh tertentu untuk menggantikan sel yang rusak akibat suatu penyakit.
Jenis Sel Punca dan Penggunaannya
Di dalam tubuh, sel punca akan membelah diri menjadi sel-sel lain yang disebut dengan sel anak. Nah, sel anak ini dapat terbentuk menjadi dua jenis, yaitu sel punca baru dan sel dewasa.
Sel punca baru adalah sel yang akan terus memperbanyak diri tanpa fungsi khusus, sedangkan sel dewasa adalah sel yang sudah memiliki fungsi spesifik, seperti sel otak, sel darah, dan sel tulang.
Penelitian terhadap fungsi sel punca masih terus dilakukan dan dikembangkan. Salah satunya adalah untuk menggantikan sel yang rusak akibat penyakit tertentu seperti kanker, stroke, diabetes, dan penyakit degeneratif seperti osteoarthritis dan penyakit Parkinson.
Keberadaan sel punca diharapkan dapat berkembang menjadi sel dewasa dan jaringan baru. Selain itu, sel punca juga digunakan untuk mengetahui efektivitas dan keamanan suatu obat.
Beberapa Sumber Sel Punca
Sel punca yang digunakan untuk transplantasi dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu:
1. Sel punca embrio
Sel ini berasal dari embrio yang berusia 4–5 hari. Saat itu, embrio biasanya hanya memiliki sekitar 150 sel. Sel ini berpotensi untuk berkembang menjadi beragam sel tubuh daripada sel punca dewasa. Meski lebih efektif, pengambilan sel punca embrio masih diperdebatkan dari sisi etika.
2. Sel punca perinatal
Sel punca ini diperoleh dari cairan ketuban atau tali pusat janin. Proses pengambilan sel dilakukan saat persalinan dan dapat disimpan untuk sementara waktu. Penyimpanan sel punca dilakukan dengan cara dibekukan di laboratorium dan dapat digunakan saat anak menderita penyakit akibat kelainan darah, seperti leukemia.
3. Sel punca dewasa
Diperoleh dari sebagian kecil jaringan tubuh, seperti lemak atau sumsum tulang. Penelitian terbaru menemukan bahwa sel punca dewasa pada bagian tubuh tertentu memiliki kemungkinan berkembang menjadi sel anggota tubuh lain.
Contohnya, sel punca dari sumsum tulang belakang dapat membentuk sel-sel otot jantung atau tulang.
4. Sel punca hasil rekayasa genetika
Dengan kemajuan teknologi biomolekular, sel dewasa kini dapat dibentuk ulang menyerupai sel embrio yang memiliki karakteristik sel punca. Sel-sel ini dapat membelah menjadi sel-sel punca lain atau menjadi sel-sel spesifik dalam tubuh.
Metode Transplantasi Sel Punca
Saat ini, sel punca telah digunakan dalam prosedur transplantasi sumsum tulang. Dalam metode ini, sel punca ditanam untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat kemoterapi dan sebagai metode untuk melawan sel kanker, misalnya pada leukemia.
Ada dua metode transplantasi sel punca yang umum digunakan. Penentuan metode yang akan digunakan tergantung pada usia, kebutuhan pasien, dan hasil pemeriksaan dokter. Berikut ini adalah penjelasan kedua metode tersebut:
Transplantasi sel punca autolog
Metode transplantasi ini menggunakan sel-sel punca yang berasal dari tubuh pasien sendiri. Sel tersebut kemudian dibekukan, disimpan, dan baru akan digunakan saat pasien membutuhkannya, yaitu ketika sel punca alami mengalami kerusakan.
Kelebihan dari metode transplantasi autolog adalah risiko penolakan sel punca oleh tubuh lebih rendah dan efek sampingnya pun lebih sedikit. Pembentukan darah baru pun berlangsung lebih cepat.
Meski demikian, sel kanker yang diderita pasien belum sepenuhnya hilang sehingga bisa saja terbawa oleh sel punca yang diambil dari tubuh. Alhasil, transplantasi pun berisiko mengalami kegagalan, karena sel punca dapat menyerang tubuh kembali saat dimasukkan.
Transplantasi sel punca allogenik
Metode ini menggunakan sel punca pendonor, seperti dari relawan atau kerabat. Transplantasi ini biasanya digunakan bila transplantasi autolog tidak berhasil atau penyakit bersifat lebih agresif.
Kelebihan metode transplantasi ini adalah sel punca yang digunakan bebas dari kanker, karena diambil donor yang telah dipastikan kesehatannya.
Meski demikian, transplantasi allogenik memiliki risiko efek samping lebih besar dan masa pemulihan yang lebih lambat, sebab tubuh dapat menolak sel punca dari donor. Pembentukan darah baru juga diketahui berlangsung lebih lambat.
Efek Samping Transplantasi Sel Punca
Sama seperti prosedur pengobatan lainnya, transplantasi sel punca juga memiliki risiko terjadinya efek samping dan komplikasi yang bersifat fatal.
Sebagian pasien mungkin hanya merasakan sedikit efek samping, sedangkan sebagian lainnya bisa saja mengalami komplikasi serius. Berikut ini adalah beberapa risiko yang dapat muncul:
- Perkembangan sel punca embrionik tidak teratur
- Infeksi
- Infertilitas
- Munculnya kanker baru
- Katarak
- Kegagalan transplantasi sel punca
- Kematian
Efek samping lainnya adalah graft-versus-host disease, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh pasien menganggap sel punca dari donor sebagai benda asing sehingga menolak sel tersebut.
Kondisi ini umumnya ditandai dengan gejala berupa mual, muntah, diare, kram perut, sariawan, kehilangan nafsu makan, kerusakan organ, dan penyakit kuning.
Transplantasi sel punca harus dilakukan sesuai prosedur medis dan di rumah sakit yang memang menyediakan layanan ini. Namun, Anda perlu lebih waspada, karena masih banyak prosedur transplantasi yang tidak dilakukan oleh pihak yang kompeten sehingga dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu Anda cari tahu dan perhatikan dalam memilih penyedia transplantasi yang baik:
- Berapa lama penyedia layanan transplantasi tersebut sudah beroperasi?
- Berapa banyak pasien yang sudah ditangani, terutama pasien dengan kondisi yang sama dengan Anda?
- Apakah dokter di layanan tersebut memang kompeten dalam bidangnya?
- Apakah perawat di layanan penyedia transplantasi memiliki kemampuan dalam merawat pasien transplantasi?
- Apakah prosedur transplantasi di layanan tersebut jelas atau tidak?
Hingga saat ini, manfaat terapi sel punca masih harus dibuktikan melalui penelitian medis agar pengobatan tidak berisiko membahayakan pasien.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar metode transplantasi sel punca atau ingin menggunakan metode tersebut untuk mengobati penyakit tertentu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.