Meningokel adalah menonjolnya selaput yang menutupi tulang belakang dan bagian saraf tulang belakang. Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya benjolan pada punggung bayi. Meningokel disebabkan oleh kelainan pada pembentukan tulang belakang dan jaringan saraf janin di dalam kandungan.
Meningokel merupakan bagian dari penyakit akibat gangguan pembentukan tabung saraf pada janin atau spina bifida. Kantung atau kista meningokel muncul melalui celah di tulang belakang.
Tonjolan ini dipenuhi oleh sebagian selaput tulang belakang dan cairan tulang belakang. Selain memengaruhi penampilan tulang belakang bayi, meningokel juga bisa memengaruhi saraf di sekitarnya.
Deteksi dini meningokel bisa dilakukan sebelum bayi lahir. Saat usia kehamilan memasuki 15–20 minggu, dokter dapat melakukan pemeriksaan USG untuk memantau perkembangan janin dan mendeteksi apakah terdapat kelainan pembentukan tabung saraf.
Untuk hasil yang lebih akurat, dokter dapat melakukan pemeriksaan genetik dengan mengambil sampel cairan ketuban guna melihat apakah terdapat kelainan bawaan pada janin.
Cara Menghilangkan Meningokel
Begitu bayi didiagnosis menderita meningokel, kemungkinan besar dokter akan menjadwalkan operasi sesegera mungkin. Pembedahan awal dapat mencegah terjadinya infeksi, pembengkakan, dan kerusakan lebih lanjut pada saraf tulang belakang bayi.
Namun, jika saraf tulang belakang sudah cacat atau rusak, tindakan operasi mungkin tidak bisa memperbaikinya.
Operasi penanganan meningokel dilakukan dengan cara membuat sayatan pada kantung atau kista yang muncul untuk mengalirkan cairan yang ada di dalamnya. Selama proses pembedahan dilakukan, bayi berada dalam pengaruh anestesi atau bius umum agar tertidur dan tidak mengalami rasa sakit.
Perawatan Setelah Operasi Meningokel
Setelah operasi selesai, bayi akan diberi antibiotik oleh dokter untuk mencegah infeksi. Selain itu, bayi juga harus dirawat di rumah sakit selama sekitar 2 minggu setelah ia selesai menjalani operasi meningokel.
Selama bayi menjalani masa pemulihan, dokter kemungkinan akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti tes darah dan MRI atau USG, untuk memastikan bahwa luka operasi telah sembuh dan memonitor apakah terdapat timbunan cairan di kepala bayi atau hidrosefalus.
Selain itu, risiko lain yang dapat muncul setelah operasi meningokel adalah infeksi atau peradangan pada saraf tulang belakang, serta gangguan saraf, seperti kelemahan hingga kelumpuhan otot.
Oleh karena itu, meningokel perlu ditangani sejak awal dengan operasi agar bayi tidak terkena berbagai masalah kesehatan yang lebih berat.
Meningokel dan Asam Folat
Risiko Si Kecil menderita meningokel dan cacat tabung saraf atau spina bifida dapat dikurangi bahkan dicegah apabila ibu hamil mengonsumsi asam folat yang cukup selama masa kehamilan.
Bumil disarankan untuk mulai mengonsumsi suplemen asam folat sekitar 400–600 mikrogram setiap hari, setidaknya 1 bulan sebelum hamil. Asam folat pun harus tetap dikonsumsi selama 12 minggu pertama masa kehamilan.
Untuk mencukupi kebutuhan asam folat, ibu hamil dapat mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat antara lain:
- Sayuran, seperti asparagus, bayam, brokoli, dan kentang
- Buah-buahan, misalnya buah jeruk, tomat, dan alpukat
- Biji-bijian, misalnya oatmeal dan roti gandum
- Ikan
- Telur
- Kacang-kacangan, misalnya kacang kedelai dan kacang merah
Asam folat merupakan nutrisi yang larut dalam air. Jadi, jika ingin mendapatkan kandungan asam folat yang optimal, disarankan untuk mengukus (bukan merebus) makanan yang mengandung asam folat.
Namun, jangan terlalu lama memasak makanannya karena dapat menghilangkan asam folat yang ada di dalamnya.
Selain dari makanan, asam folat juga bisa diperoleh melalui suplemen kehamilan yang diresepkan oleh dokter.
Untuk menghindari terjadinya meningokel, para ibu hamil juga disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan. Tanyakan juga apa saja faktor risiko lain yang bisa meningkatkan terjadinya meningokel pada bayi agar langkah pencegahan dapat dilakukan.