Bayi mencret lebih berisiko mengalami dehidrasi dibandingkan orang dewasa yang sedang mengalami diare. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui penyebab bayi mencret agar orang tua dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat.
Bayi mencret dapat mengalami dehidrasi dengan cepat. Bahkan, dehidrasi bisa saja terjadi 2 hari setelah bayi pertama kali terkena diare. Bila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa membahayakan bayi, terutama bayi baru lahir.
Konsistensi dan Frekuensi BAB Normal pada Bayi
Bayi baru lahir, terutama yang mengonsumsi ASI, umumnya mengeluarkan tinja yang lebih encer dibandingkan bayi yang diberi susu formula. Selain encer, tinja normal pada bayi yang mengonsumsi ASI juga akan berwarna kekuningan.
Sementara itu, bayi baru lahir yang minum susu formula umumnya akan mengeluarkan tinja lebih kental, lebih berbau, dan berwarna lebih gelap. Hal ini karena susu formula lebih lama dicerna daripada ASI.
Meski normal, sebagian besar ibu terkadang masih bingung dan sulit membedakan apakah bayi mencret akibat diare atau hanya buang air besar yang lebih lunak dari biasanya.
Bayi mungkin mengalami diare bila terjadi perubahan frekuensi buang air besar, seperti tiba-tiba menjadi jauh lebih sering dengan jumlah yang banyak, bayi tampak lemas, dan tinja berubah jauh lebih lunak atau lebih cair daripada biasanya.
Penyebab Bayi Mencret
Diare menjadi penyebab utama malnutrisi pada balita di negara-negara berkembang akibat polusi air dan pencemaran makanan. Rotavirus sebagai penyebab penyakit gastroenteritis adalah salah satu penyebab utama bayi mencret.
Infeksi ini menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan bayi, sehingga nutrisi pada makanan tidak terserap secara sempurna dan keluar cairan secara berlebihan.
Selain itu, bayi juga dapat terjangkit oleh bakteri, parasit, atau virus lain dari benda-benda kotor di sekitarnya atau dari lantai saat dia memasukkan tangannya ke mulut.
Bayi mencret juga dapat disebabkan oleh alergi, susu formula yang tidak diolah dengan tepat, intoleransi laktosa, keracunan makanan, imunisasi vaksin tertentu, serta konsumsi antibiotik.
Tanda Dehidrasi pada Bayi Mencret
Bayi mencret dapat kehilangan banyak air dan elektrolit dari tubuh. Hal inilah yang bisa menyebabkan dehidrasi. Bayi yang mengalami dehidrasi dapat dikenali dari tanda-tanda berikut ini:
- Mata cekung
- Tampak lesu
- Bibir kering dan pecah-pecah
- Tidak keluar air mata ketika menangis
- Jarang buang air kecil
- Urine berwarna lebih gelap dan bau dari biasanya
- Gelisah atau rewel
Pada dehidrasi berat, bayi dapat terlihat mengantuk karena kesadarannya menurun, tangan dan kaki menjadi dingin, serta napas menjadi cepat. Bila tidak segera ditangani, dehidrasi dapat berujung pada kerusakan ginjal, kejang, bahkan syok hingga kematian.
Mencegah Dehidrasi dan Mengatasi Bayi Mencret
Penting bagi para orang tua untuk mengetahui tanda utama bayi mencret, yaitu jika bayi terus-menerus mengeluarkan tinja cair, terlebih jika tinjanya disertai darah, lendir, dan berbau tidak sedap. Selain itu, bayi yang mencret juga terkadang tidak mau makan dan mengalami demam.
Segera lakukan hal-hal berikut jika bayi Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas:
1. Pastikan asupan cairan bayi terpenuhi
Untuk mencegah dehidrasi pada bayi mencret, pastikan Si Kecil mendapatkan asupan cairan yang cukup.
Pada bayi berusia di bawah 6 bulan, Bunda bisa memberikan ASI atau susu formula lebih banyak dari biasanya. Sementara untuk anak dan bayi berusia lebih dari 6 bulan, Bunda bisa memberikan ASI atau susu formula dengan tambahan larutan oralit setiap kali ia mencret atau muntah.
Dosis pemberian cairan oralit adalah 2−3 sendok teh untuk anak berusia di bawah 2 tahun dan 2 sendok makan untuk anak berusia di atas 2 tahun, berikan setiap 5 menit selama 2–4jam.
2. Berikan makanan padat pada bayi usia di atas 6 bulan
Setelah mendapatkan asupan cairan yang memadai, pastikan Bunda tetap berikan Si Kecil makanan padat, terutama bila usia Si Kecil sudah 6 bulan ke atas. Hal ini bertujuan agar nutrisi Si Kecil tetap tercukupi sehingga diare dapat cepat sembuh dan terhindar dari dehidrasi.
Beberapa jenis makanan padat yang bisa Bunda berikan kepada Si Kecil adalah nasi, pisang, puree (bubur) apel, roti kering, pasta, atau kentang tumbuk.
Namun, hindari pemberian makanan padat jika Si Kecil yang sudah berusia di atas 6 bulan muntah terus-menerus. Tidak masalah jika Si Kecil tidak ingin makan, tapi pastikan untuk memberikannya cukup cairan agar tidak terjadi dehidrasi.
3. Berikan bayi probiotik
Pemberian probiotik mungkin bermanfaat untuk mengatasi bayi mencret. Pasalnya, probiotik dapat mengembalikan keseimbangan antara bakteri baik dan bakteri jahat yang hidup di saluran pencernaan serta mematikan virus penyebab diare.
Akan tetapi, penelitian menunjukkan hanya dua jenis bakteri baik yang bermanfaat untuk mengatasi diare pada anak, yaitu Lactobacillus rhamnosus dan Saccharomyces boulardii.
4. Hindari memberinya obat antidiare
Meski dapat mengatasi diare, Bunda tidak boleh memberikan obat antidiare pada bayi, ya. Soalnya, memberikan obat antidiare pada bayi justru bisa menyebabkan efek samping serius. Obat jenis ini biasanya baru boleh Bunda berikan apabila anak sudah berusia 12 tahun ke atas.
Nah, untuk mengatasi bayi mencret sekaligus sebagai cara mencegah dehidrasi pada bayi mencret, Bunda bisa memberikan sirup atau tablet zinc pada anak selama 10 hari berturut-turut. Dosis pemberian zinc bisa mengikuti resep dokter.
Pemberian antibiotik tidak selalu diperlukan dalam mengobati bayi diare. Jika disebabkan oleh virus, antibiotik tidak akan memberi manfaat. Oleh karena itu, dokter hanya akan memberikan antibiotik jika diare disebabkan oleh bakteri.
Sebagai langkah pencegahan, sebisa mungkin berikan Si Kecil ASI, bukan susu formula. Bayi yang disusui dengan ASI cenderung tidak mengalami diare, karena ASI mengandung antibodi yang dapat memperkuat sistem kekebalan tubuhnya dan melindungi bayi dari berbagai penyakit, termasuk diare.
Selain itu, kebersihan adalah kunci utama mencegah bayi mencret. Jadi, pastikan Bunda selalu cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan sebelum berinteraksi dengan bayi, terutama setelah Anda buang air. Selain itu, cuci tangan Anda sendiri tiap kali selesai mengganti popoknya untuk menghindari penyebaran bakteri ke anggota keluarga lain.
Pastikan juga bayi Anda telah divaksinasi untuk mencegah infeksi rotavirus penyebab diare. Vaksinasi rotavirus umumnya diberikan pertama kali saat bayi berusia 6–12 minggu, kemudian yang kedua setelah 4–10 minggu dari pemberian pertama, dan terakhir ketika bayi berusia 8 bulan.
Anda tidak perlu panik jika bayi Anda mencret, karena umumnya kondisi bayi mencret dapat mereda dengan sendirinya. Namun, segera periksakan ke dokter jika mencret bertambah parah, terutama jika terdapat tanda-tanda dehidrasi.
Periksakan juga ke dokter bila kondisi bayi mencret disertai demam dan muntah, sulit masuk cairan, atau ada darah pada tinjanya.