Bahaya imunisasi umumnya hanya berupa efek samping ringan. Namun, tidak sedikit orang yang masih percaya berbagai mitos tentang imunisasi sehingga ragu melakukannya. Padahal, imunisasi merupakan hal penting bagi kesehatan anak.
Imunisasi adalah proses pembentukan kekebalan atau daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit. Vaksin itu sendiri merupakan agen biologis yang terdiri dari bakteri atau virus penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Bahaya imunisasi sebenarnya tidak memiliki dasar yang jelas.
Ketika vaksin disuntikkan ke dalam tubuh, sistem imun akan aktif memproduksi antibodi untuk melindungi tubuh dari penyakit.
Sistem imun juga memiliki kemampuan untuk mengingat dan mengenali kembali mikroorganisme, baik bakteri maupun virus. Saat ada mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, sistem imun akan segera menyerangnya dan menjaga tubuh agar tidak sakit.
Berbagai Mitos Bahaya Imunisasi dan Faktanya
Munculnya mitos atau isu terkait bahaya imunisasi tentu bukan tanpa alasan. Ini karena terdapat beberapa kasus yang muncul sesaat setelah anak diberikan imunisasi. Meski kasus ini terjadi hanya pada sebagian kecil anak, nyatanya hal ini cukup menimbulkan keresahan para orang tua.
Beberapa mitos dan ulasan fakta berikut ini mungkin bisa menjadi jawaban atas keraguan Anda:
1. Imunisasi menyebabkan autisme
MMR merupakan jenis vaksin yang akrab dengan rumor bahaya imunisasi, yaitu dapat menyebabkan autisme. Namun, tidak ada cukup bukti yang yang mendukung pernyataan tersebut. Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa vaksin MMR aman bagi anak dan tidak meningkatkan risiko anak terkena autisme.
2. Imunisasi DPT menyebabkan kematian mendadak pada bayi
Imunisasi jenis ini amat penting diberikan kepada bayi. Soalnya, penyakit seperti batuk rejan, tetanus, dan difteri dapat menyerang bayi bila tidak segera mendapatkan imunisasi DPT.
Mitos yang berkembang terkait imunisasi DPT adalah sindrom kematian mendadak pada bayi (SIDS). Akan tetapi, ketakutan ini tidak beralasan, sebab tidak ada hubungan antara imunisasi DPT dengan SIDS.
Penelitian justru menunjukkan bahwa pemberian imunisasi DPT menurunkan risiko terjadinya SIDS pada bayi.
3. Imunisasi yang mengandung thimerosal berbahaya
Beberapa orang tua meyakini bahwa vaksin yang menggunakan pengawet thimerosal (pengawet berbahan merkuri) dapat membahayakan anak-anak. Pengawet sendiri digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada vaksin.
Klaim atas pernyataan tersebut tidak cukup beralasan, sebab sudah sejak tahun 1930 zat pengawet tersebut digunakan dalam beberapa vaksin dan tidak terbukti menyebabkan gangguan kesehatan pada anak.
Sejak tahun 2001, thimerosal tidak lagi digunakan sebagai bahan pengawet pada vaksin, kecuali pada beberapa jenis vaksin flu. Namun, saat ini, sudah tersedia pula pilihan vaksin flu tanpa kandungan thimerosal.
4. Terlalu banyak imunisasi tidak baik untuk imunitas anak
Mitos bahaya imunisasi lain adalah terlalu banyak memberikan imunisasi pada anak dapat melemahkan sistem kekebalan tubuhnya. Namun, jangan khawatir, karena sistem kekebalan tubuh bayi yang sehat mampu menerima imunisasi dengan baik, bahkan jika dilakukan bersamaan dalam 1 hari.
Jadi, bisa dikatakan bahwa imunisasi tergolong aman untuk sistem imun anak. Namun, pemberian imunisasi sebaiknya tetap berlandaskan pada jadwal yang telah ditentukan dokter.
Bahaya imunisasi pada dasarnya hanya sebatas efek samping ringan yang tidak membahayakan, seperti nyeri di lokasi suntikan, demam ringan, atau menyebabkan bayi menjadi rewel.
Meski begitu, Anda tetap perlu berkonsultasi ke dokter jika Si Kecil mengalami efek samping serius setelah imunisasi, karena hal tersebut bisa saja disebabkan oleh reaksi alergi terhadap bahan di dalam vaksin.
Ingatlah untuk tidak melewatkan jadwal imunisasi anak, karena pemberian imunisasi sangat penting untuk perlindungan kesehatan Si Kecil.