Banyak mitos seputar jenis kelamin bayi dalam kandungan yang beredar turun-temurun. Bahkan, mitos tersebut masih dipercaya oleh sebagian ibu hamil di Indonesia. Untuk mengetahui fakta sebenarnya di balik mitos jenis kelamin bayi, mari cari tahu jawabannya dalam artikel berikut ini.
Sebenarnya, cara paling akurat untuk mendeteksi jenis kelamin bayi dalam kandungan adalah melalui pemeriksaan USG yang dilakukan oleh dokter kandungan. Studi menyebutkan bahwa pemeriksaan USG pada usia kehamilan 18 minggu memiliki tingkat akurasi hingga 90% dalam mendeteksi jenis kelamin janin.
Selain USG, dokter juga dapat mendeteksi jenis kelamin janin dengan pemeriksaan kromosom atau komponen genetik janin. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan skrining untuk mendeteksi kelainan genetik pada janin.
Mitos dan Fakta Seputar Jenis Kelamin Bayi dalam Kandungan yang Perlu Diketahui
Banyak ibu hamil yang banyak mempercayai berbagai rumor dan mitos seputar kehamilan. Padahal, mitos tersebut belum tentu benar adanya. Oleh karena itu, penting bagi para ibu hamil untuk mengetahui berbagai fakta seputar jenis kelamin bayi di dalam kandungan agar tidak salah kaprah.
Berikut ini adalah beberapa mitos seputar jenis kelamin bayi dan fakta yang ada di baliknya:
1. Sering mengalami morning sickness pertanda bayi perempuan
Mitos: Mengalami morning sickness berat pada masa kehamilan adalah pertanda akan memiliki bayi perempuan.
Fakta: Mitos ini bisa jadi benar adanya. Ada beberapa studi yang menyebutkan bahwa ibu yang hamil anak perempuan kerap mengalami morning sickness lebih berat. Sebagian ibu hamil dengan kondisi tersebut, bahkan bisa mengalami hiperemesis gravidarum.
Hal ini karena kadar hormon kehamilan yang memicu morning sickness lebih tinggi pada ibu yang hamil bayi perempuan. Meski demikian, hal ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan untuk menentukan jenis kelamin janin, karena ibu yang hamil bayi laki-laki juga bisa mengalami morning sickness berat.
2. Detak jantung janin lebih lambat pertanda bayi laki-laki
Mitos: Detak jantung janin yang kurang dari 140 kali per menit adalah tanda sedang mengandung bayi laki-laki.
Fakta: Dugaan ini ternyata hanyalah mitos belaka. Faktanya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara denyut jantung bayi laki-laki dan perempuan selama trimester pertama kehamilan.
Hal ini juga diperkuat dengan penelitian terhadap sekelompok ibu hamil yang menunjukkan rata-rata denyut jantung bayi laki-laki pada trimester pertama adalah 155 kali per menit, sedangkan pada bayi perempuan adalah 151 kali per menit.
Studi tersebut tentu membuktikan bahwa detak jantung bayi tidak dapat dijadikan patokan untuk menentukan jenis kelaminnya.
3. Bentuk perut bulat pertanda hamil bayi perempuan
Mitos: Bentuk perut yang membulat saat hamil menjadi tanda bahwa ibu sedang hamil bayi perempuan, sedangkan perut yang terlihat turun atau lonjong pertanda sedang mengandung bayi laki-laki.
Fakta: Pernyataan ini juga murni hanya mitos belaka. Bentuk perut saat hamil dipengaruhi oleh bentuk tubuh, berat badan selama masa kehamilan, serta ukuran dan posisi janin di dalam rahim. Hingga saat ini, tidak ada studi yang membuktikan bahwa bentuk perut saat hamil berkaitan dengan jenis kelamin janin.
4. Banyak konsumsi makanan manis pertanda hamil bayi perempuan
Mitos: Wanita yang mengandung bayi perempuan konon lebih sering ngidam makanan dan minuman manis.
Fakta: Tidak ada data ilmiah yang dapat membuktikan kebenaran mitos ini. Keinginan untuk mengonsumsi makanan manis pada ibu hamil disebabkan oleh perubahan hormon kehamilan yang dapat meningkatkan sensitivitas indra perasa dan penciuman.
Selain itu, ada banyak alasan mengapa ibu hamil ngidam makanan manis, di antaranya kadar gula darah rendah, sering merasa lelah, dan kurang tidur.
5. Konsumsi makanan asam untuk mendapatkan bayi laki-laki
Mitos: Mengonsumsi makanan asam diyakini dapat meningkatkan peluang untuk mengandung bayi laki-laki.
Fakta: Dugaan tersebut hanyalah sekedar mitos belaka dan tidak ada bukti ilmiah yang menganjurkannya. Selama masa kehamilan, mengonsumsi makanan bernutrisi yang bervariasi sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan janin.
Membatasi asupan nutrisi atau menjalani diet tertentu saat hamil justru dapat mengganggu kesehatan dan kondisi janin.
6. Seks sebelum ovulasi untuk mendapatkan bayi perempuan
Mitos: Berhubungan seks sebelum masa ovulasi dipercaya dapat meningkatkan kemungkinan mengandung bayi perempuan. Sebaliknya, berhubungan seks setelah masa ovulasi akan meningkatkan peluang hamil bayi laki-laki.
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah terkait mitos rutin berhubungan seks sebelum masa ovulasi bisa mengandung bayi perempuan, meski hal ini didasarkan pada fakta bahwa sperma jenis kelamin bayi perempuan bisa bertahan lebih lama dari sperma jenis kelamin bayi laki-laki.
Hubungan seks mendekati masa ovulasi memang dapat meningkatkan kemungkinan untuk hamil, tetapi hal ini tidak dapat memengaruhi dan menentukan jenis kelamin bayi.
Memang ada banyak mitos jenis kelamin bayi yang beredar di masyarakat. Meski demikian, jenis kelamin janin sesungguhnya sudah ditentukan sesaat setelah sperma bertemu sel telur dalam proses pembuahan.
Untuk menentukan jenis kelamin bayi, cara-cara yang terbukti akurat dan efektif adalah dengan melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan, termasuk dengan menjalani tes DNA, USG, dan amniosentesis.
Tak hanya untuk mencari tahu jenis kelamin bayi dalam kandungan, pemeriksaan kandungan juga harus dilakukan secara rutin untuk memantau kondisi ibu hamil dan janin, serta menghindari komplikasi kehamilan.