Myositis adalah peradangan pada otot yang umumnya terjadi akibat reaksi autoimun, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan otot sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri otot yang kemudian diikuti dengan lemah otot.

Myositis adalah istilah umum untuk peradangan pada otot, termasuk peradangan yang terjadi akibat infeksi, olahraga yang terlalu berat, atau efek samping obat tertentu. Meski begitu, myositis pada kondisi tersebut biasanya bersifat ringan dan sementara, berbeda dengan myositis yang disebabkan oleh penyakit autoimun.

Myositis alodokter

Artikel ini akan membahas myositis yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Myositis akibat penyakit autoimun bisa membuat penderitanya mengalami lemah otot dan sulit untuk bergerak secara bertahap. Meski belum dapat disembuhkan, gejala myositis akibat autoimun bisa dikendalikan dengan obat atau fisioterapi. 

Jenis Myositis

Myositis terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:

  • Polymyositis, yaitu peradangan yang terjadi pada beberapa otot sekaligus, tetapi umumnya otot di bagian tengah tubuh
  • Dermatomyositis, yaitu peradangan pada otot yang diikuti dengan peradangan di kulit berupa ruam
  • Myositis tubuh inklusi, yaitu myositis yang juga menyebabkan kerusakan jaringan otot yang permanen dan memburuk seiring waktu, terutama pada pria usia di atas 50 tahun 
  • Myositis juvenile, yaitu peradangan pada otot (polimiositis atau dermatomiositis) yang muncul sebelum usia 18 tahun

Penyebab Myositis

Myositis diduga terjadi akibat reaksi autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh (antibodi) yang seharusnya menyerang mikroorganisme atau benda asing malah menyerang otot-otot tubuh sendiri. Kondisi ini akhirnya menyebabkan pembengkakan pada otot dan persendian. 

Reaksi autoimun ini bisa terjadi tanpa ada penyebab yang pasti. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat dipicu oleh kondisi lain, seperti:

Faktor risiko myositis

Meski penyebab myositis belum diketahui secara pasti, beberapa faktor di bawah ini diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang terkena myositis:

  • Memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit myositis
  • Berjenis kelamin wanita 
  • Berusia 31–60 tahun

Gejala Myositis

Gejala umum myositis adalah melemahnya otot-otot secara bertahap. Namun, gejala lain yang menyertai keluhan pada otot bisa beragam, tergantung pada jenis myositis yang dialami penderitanya.

Berikut ini adalah keluhan-keluhan myositis berdasarkan jenisnya:

Polimiositis

Polimiositis menyebabkan lemah otot pada kedua sisi tubuh. Gejala polimiositis dapat berkembang secara bertahap dalam hitungan minggu atau bulan. Keluhan-keluhan yang muncul sesuai dengan urutan yang biasa terjadi antara lain:

  • Nyeri dan bengkak pada otot yang berperan besar untuk beraktivitas
  • Lemah otot, yang dimulai dari bagian tengah tubuh (sekitar dada dan perut), kemudian menyebar ke otot yang lebih jauh (lengan, tangan, betis, kaki)
  • Kesulitan dalam melakukan aktivitas tertentu, seperti menaiki tangga, mengubah posisi dari duduk ke berdiri, hingga mengangkat beban atau benda
  • Nyeri sendi dan radang sendi (arthritis)
  • Sesak napas
  • Sulit menelan dan berbicara
  • Cepat merasa lelah
  • Gangguan irama jantung (aritmia)

Dermatomiositis

Dermatomiositis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih banyak menyerang wanita daripada pria. Kondisi ini lebih sering dialami oleh orang dewasa usia 40–60 tahun dan anak usia 5–15 tahun.

Gejala dermatomiositis dapat muncul tiba-tiba atau berkembang secara bertahap dalam hitungan minggu atau bulan. Beberapa gejalanya meliputi:

  • Ruam merah keunguan pada kelopak mata, wajah, dada, leher, punggung, buku-buku jari, siku, dan lutut, yang disertai gatal dan nyeri
  • Gangguan pada kuku
  • Lemah otot di sekitar leher, bahu, paha, atau pinggul, yang bisa memburuk seiring waktu
  • Pembengkakan dan nyeri pada sendi
  • Benjolan keras dan bersisik (Gottron papules) di bawah kulit buku jari, siku, dan lutut
  • Kesulitan mengubah posisi dari duduk ke berdiri
  • Mudah merasa lelah atau lemas 
  • Sulit menelan
  • Berat badan menurun secara tiba-tiba
  • Demam 
  • Gangguan paru-paru
  • Sensitif terhadap cahaya

Myositis tubuh inklusi

Myositis tubuh inklusi sering kali hanya menyerang satu sisi bagian tubuh dan menyebabkan kelemahan pada otot yang lebih kecil, seperti bagian pergelangan tangan serta jari-jari. Myositis tubuh inklusi juga lebih sering terjadi pada laki-laki usia 50 tahun ke atas.

Myositis tubuh inklusi juga dapat menimbulkan gejala berupa:

  • Kesulitan memegang benda yang kecil
  • Kesulitan mengancing baju 
  • Sukar untuk berjalan
  • Sering terjatuh
  • Susah untuk bangun dari posisi duduk 
  • Sulit menelan

Myositis juvenile

Myositis juvenile merupakan jenis peradangan pada otot yang terjadi pada anak-anak atau remaja usia di bawah 18 tahun. Kondisi ini lebih sering dialami anak perempuan daripada anak laki-laki. 

Selain kelemahan otot, myositis juvenile juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami gejala, berupa:

  • Mudah tersinggung
  • Sulit mengangkat kepala
  • Suara menjadi serak

Kapan harus ke dokter

Bila Anda mengalami lemah otot, terutama yang tidak kunjung membaik, memburuk, atau malah menyebar dalam beberapa hari, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.

Segera ke IGD jika Anda mengalami:

  • Tiba-tiba tidak bisa menggerakkan anggota tubuh tertentu
  • Kesulitan untuk menelan atau bernapas

Diagnosis Myositis

Untuk mendiagnosis myositis, dokter akan bertanya kepada pasien terkait hal-hal berikut:

  • Gejala yang dialami pasien
  • Penyakit yang pernah diderita
  • Penyakit yang diturunkan dalam keluarga jika ada

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti tes refleks dan tes kekuatan otot, untuk mengetahui kondisi otot pasien.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini:

  • Tes darah, untuk mendeteksi keberadaan antibodi dalam darah yang menyebabkan otot melemah
  • Pemindaian dengan MRI, untuk melihat struktur otot secara lebih detail dan menilai ada tidaknya tanda-tanda peradangan pada otot
  • Elektromiografi (EMG), untuk menilai aktivitas listrik di otot dan kemampuan otot untuk bergerak 
  • Biopsi otot, untuk menganalisis kelainan pada sel atau jaringan otot

Pengobatan Myositis

Hingga sekarang, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan myositis hingga tuntas. Namun, ada tindakan yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala myositis dan mengontrol agar gejala tidak mudah kambuh. Dengan begitu, penderita tetap bisa beraktivitas dan produktif. 

Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang bisa dilakukan oleh dokter:

Pemberian obat-obatan

Terdapat beberapa jenis obat-obatan yang dapat diresepkan oleh dokter, yaitu:

Fisioterapi

Selain obat-obatan, dokter juga akan merekomendasikan pasien menjalani fisioterapi selama gejala tidak sedang kambuh. 

Fisioterapi bertujuan untuk melatih kekuatan dan kelenturan otot, serta mengembalikan fungsi gerak yang berkurang akibat myositis. Fisioterapi juga dapat membantu mengurangi sakit dan kaku secara bertahap.

Komplikasi Myositis

Bila tidak segera ditangani, lemah otot akibat myositis akan memburuk seiring waktu, bahkan menyebabkan kerusakan atau kematian jaringan otot (rhabdomyolysis). Selain itu, dalam kasus yang jarang terjadi, penderita myositis dengan jenis dermatomiositis lebih berisiko terkena kanker.

Pencegahan Myositis

Pencegahan myositis dapat dilakukan dengan menghindari pemicu kondisi ini dan menjalankan gaya hidup sehat. Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya myositis antara lain: 

  • Mengonsumsi obat sesuai resep dokter secara rutin jika menderita penyakit autoimun
  • Memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala awal myositis, terutama jika memiliki keluarga yang menderita myositis
  • Menjalani vaksinasi influenza tahunan
  • Melakukan hubungan seksual yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan
  • Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan yang bisa menyebabkan efek samping pada otot, seperti obat golongan statin atau hydroxychloroquine
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan menyalahgunakan NAPZA