Sebagian besar anak mungkin pernah punya teman khayalan. Teman khayalan ini tidak selalu berupa sosok manusia, tetapi juga bisa hewan dengan nama dan karakter tertentu, atau mainan favoritnya. Sebelum Bunda dan Ayah khawatir berlebihan, coba dulu deh baca penjelasannya di artikel ini.
Teman khayalan adalah sosok teman yang dibuat-buat oleh anak dalam imajinasinya. Karakter film, kartun, atau buku cerita bisa menjadi sumber imajinasi anak. Namun, bisa saja teman khayalan tersebut murni berasal dari pikiran anak itu sendiri.
Banyak orang tua khawatir dan berpikir bahwa anak yang memiliki teman khayalan adalah anak yang kesepian, tidak punya teman di dunia nyata, atau bahkan memiliki gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia. Padahal, sebenarnya tidak seperti itu lho, Bun.
Begini Peran Teman Khayalan dalam Perkembangan Anak
Memiliki teman khayalan selama masa kanak-kanak adalah hal yang normal. Biasanya, anak-anak mulai memiliki satu atau lebih teman khayalan sejak usia 2,5 tahun dan bisa bertahan dalam hitungan bulan atau tahun, Bun. Namun, tidak perlu khawatir. Soalnya, sebagian besar anak sudah mengerti bahwa teman khayalan mereka adalah pura-pura dan tidak nyata.
Teman khayalan ini secara tidak langsung bisa memberi anak hiburan, sekaligus dukungan. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa memiliki teman khayalan merupakan bentuk permainan yang sehat dan membawa beberapa manfaat untuk perkembangan anak, di antaranya:
- Membangun keterampilan anak untuk bersosialisasi
- Meningkatkan kreativitas anak
- Membantu anak mengelola emosi
- Membantu anak untuk memahami situasi
- Membantu anak mengelola konflik di sekitarnya
Selain itu, memperhatikan interaksi Si Kecil dengan teman khayalannya juga dapat membantu Bunda memahami ketakutan dan kesukaannya. Misalnya, jika teman khayalannya takut ada monster di bawah tempat tidur, bisa jadi Si Kecil juga merasakan hal serupa.
Akan tetapi, Bunda juga perlu mengetahui situasi yang patut diwaspadai antara Si Kecil dan teman khayalannya. Berikut ini adalah beberapa tanda bahwa memiliki teman khayalan yang tidak lagi normal untuk buah hati:
- Anak tidak memiliki teman atau tidak lagi minat berteman di kehidupan nyata
- Anak terlihat takut pada teman khayalannya dan mengeluh temannya tidak mau pergi
- Anak bersikap nakal dan kasar, lalu menyalahkan teman khayalannya atas kelakuannya tersebut
- Anak menunjukkan tanda-tanda menerima kekerasan fisik, seksual, atau emosional
Tips Menyikapi Anak yang Punya Teman Khayalan
Umumnya, keberadaan teman khayalan bukan merupakan tanda anak tidak berkembang secara normal. Bunda justru dapat memanfaatkan masa ini untuk mengajari Si Kecil tentang nilai-nilai tertentu.
Bila Bunda merasa bingung, berikut ini ada beberapa tips untuk orang tua menyikapi anak yang memiliki teman khayalan:
1. Hargai pertemanan anak dengan teman khayalannya
Jika Si Kecil memberi tahu tentang teman khayalannya, cobalah untuk menghargainya dengan menunjukkan rasa ingin tahu terhadap temannya, sekaligus mempelajari lebih jauh tentang minat Si Kecil dan apa yang dilakukan oleh teman khayalannya tersebut.
2. Jangan biarkan teman khayalan menjadi alasannya
Ketika Si Kecil melibatkan teman khayalan dalam alasannya saat ia melakukan kesalahan, jangan langsung memarahinya ya, Bun. Sebaiknya, katakan dengan jelas bahwa teman khayalannya tidak mungkin melakukan hal tersebut. Setelah itu, berikan ia konsekuensi yang sesuai dengan perbuatannya.
Misalnya, jika Si Kecil tiba-tiba menumpahkan isi stoples karena ceroboh dan ia menyalahkan teman khayalannya, hindari memarahinya seperti berkata, “Berhenti pura-pura nggak salah!” Mintalah ia untuk membersihkan isi stoples yang berantakan tadi dengan perkataan yang sopan.
3. Jangan menggunakan teman khayalan untuk memanipulasinya
Menghargai teman khayalan Si Kecil adalah hal yang penting. Namun, hindari menggunakan teman khayalannya untuk mencapai target yang Bunda inginkan untuknya.
Misalnya, hindari mengatakan, “Itu teman kamu suka makan wortel. Berarti kamu mau juga ya.” Di lubuk hatinya, Si Kecil tahu bahwa teman khayalannya tidaklah nyata. Jadi, akan aneh baginya jika Bunda memperlakukan temannya dengan serius.
4. Tidak perlu terlibat dalam hubungan anak dengan teman khayalan
Meski sudah menyatakan bahwa Bunda memercayai keberadaan teman khayalan Si Kecil, Bunda tidak perlu sampai bersikap berlebihan dengan ikut mengajak ngobrol teman khayalannya.
Jika Si Kecil meminta Bunda untuk berbicara dengan temannya, katakan saja bahwa Bunda lebih ingin mendengar pendapat Si Kecil.
Hal tersebut penting Bun, karena hubungan anak dan teman khayalannya cenderung akan bertahan lebih lama jika orang tua juga terlibat di dalamnya, dan itu tidak baik bagi perkembangan psikologis anak.
Pada dasarnya, orang tua tidak perlu khawatir dan berusahalah untuk tetap tenang saat mengetahui anak memiliki teman khayalan. Anak yang punya atau pernah punya teman khayalan umumnya tumbuh menjadi anak yang gembira, kreatif, mudah bekerja sama dan bersosialisasi, serta mandiri, kok.
Setelah usia 7 tahun, teman khayalan biasanya mulai hilang seiring dengan kesibukan anak di sekolah dasar. Namun, jika teman khayalan Si Kecil bertahan lebih lama atau dianggap mengkhawatirkan, Bunda dapat membawa Si Kecil untuk berkonsultasi dengan psikolog guna mendapat penanganan yang tepat.