Nyeri kemaluan tanda apa? Pertanyaan ini bisa muncul, baik pada pria maupun wanita. Beberapa kemungkinan jawaban dari pertanyaan ini adalah tanda infeksi atau cedera. Nah, supaya tidak bingung dengan berbagai kemungkinan tersebut, baca penjelasan penyebabnya di artikel ini.
Salah satu kondisi yang sering berhubungan dengan nyeri di kemaluan, terutama saat dan setelah berhubungan seksual adalah dispareunia. Kondisi ini bisa dialami baik oleh pria maupun wanita.
Selain itu, pada wanita, nyeri di kemaluan bisa berhubungan dengan perubahan hormonal, infeksi, cedera, bahkan kondisi mental. Sementara itu, pada pria, nyeri di kemaluan sering dikaitkan dengan infeksi penis.
Nyeri di Kemaluan Tanda Apa?
Nyeri di kemaluan tidak hanya terjadi pada vagina atau penis semata. Kondisi ini juga bisa diartikan sebagai nyeri yang ada area sekitarnya, termasuk vulva, panggul, dan selangkangan. Nyeri bisa digambarkan sebagai sensasi perih, gatal, sakit saat berhubungan intim, dan nyeri saat berkemih.
Ada beragam penyebab dari nyeri di kemaluan, mulai dari yang ringan dan tidak berbahaya, hingga yang perlu ditangani segera. Berikut ini adalah beberapa kondisi atau penyakit yang biasanya menyebabkan nyeri di kemaluan, baik pada wanita maupun pria:
1. Menstruasi
Nyeri di kemaluan merupakan salah satu tanda menstruasi. Biasanya, nyeri di kemaluan akibat menstruasi dialami beberapa hari sebelum atau tepat di hari pertama hingga ketiga menstruasi.
Nyeri di kemaluan ini biasanya akan menjalar dari perut bagian bawah hingga ke vagina. Kondisi ini terjadi karena perubahan hormonal selama siklus menstruasi. Nyeri di kemaluan karena menstruasi hanya bersifat sementara, paling lama selama 3 hari dan bisa membaik dengan sendirinya.
2. Vagina kering
Selain menstruasi, nyeri di kemaluan bisa menjadi tanda vagina kering. Biasanya, nyeri baru terasa saat berhubungan intim karena kurangnya pelumas.
Kondisi ini sering dipicu oleh penurunan kadar hormon estrogen, misalnya akibat penggunaan kontrasepsi hormonal atau saat memasuki masa perimenopause. Selain itu, konsumsi obat golongan antihistamin atau obat kemoterapi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya vagina kering.
3. Infeksi jamur vagina
Salah satu penyebab umum nyeri di kemaluan wanita adalah infeksi jamur. Infeksi jamur vagina biasanya lebih berisiko terjadi jika area kemaluan lembap atau sistem kekebalan tubuh sedang turun.
Selain nyeri di kemaluan, infeksi jamur vagina juga ditandai dengan vagina bengkak, gatal, serta keluar keputihan yang kental dan berwarna putih susu.
4. Endometriosis
Salah satu tanda khas endometriosis adalah nyeri menstruasi atau dismenore yang berlebihan hingga mengganggu aktivitas dan berlangsung di setiap siklus menstruasi. Namun, tidak hanya itu, nyeri di kemaluan juga bisa menjadi tanda endometriosis.
Biasanya, nyeri di kemaluan sebagai tanda endometriosis akan menjalar ke area perut dan panggul atau vulva dan vagina.
5. Vulvodinia
Kondisi ini mengacu pada nyeri di kemaluan yang digambarkan dengan rasa perih, menyengat, atau berdenyut di area vulva dan lubang vagina, yang bersifat kronis atau berkepanjangan. Nyeri di kemaluan pada kondisi vulvodinia biasanya terasa lebih parah saat berhubungan intim atau berolahraga.
Penyebab vulvodinia belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terkait adanya kejang otot yang dipicu oleh trauma akibat riwayat pelecehan seksual atau operasi caesar. Selain itu, nyeri di kemaluan yang menahun kerap dihubungkan dengan riwayat infeksi vagina yang parah.
6. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) juga bisa menyebabkan nyeri di kemaluan, baik pada pria maupun wanita. Nyeri kemaluan akibat kondisi ini biasanya terjadi saat berkemih.
ISK ditandai dengan urine akan berwarna keruh dan berbau menyengat, serta sering muncul keinginan untuk buang air kecil. Demam juga dapat menjadi gejala yang muncul, terutama jika infeksi saluran kemih sudah berat.
7. Cedera
Nyeri di kemaluan juga bisa menjadi tanda adanya cedera atau lecet pada penis atau vagina, misalnya akibat kecelakaan berkendara, hubungan seksual yang kasar, atau perilaku meletakkan sesuatu seperti cincin di sekitar penis untuk memperpanjang ereksi maupun memasukkan benda ke dalam saluran pipis (uretra).
8. Infeksi menular seksual
Salah satu tanda infeksi menular seksual adalah nyeri di kemaluan dan nyeri saat buang air kecil. Tidak hanya itu, kondisi ini juga bisa mengakibatkan keluarnya nanah dari vagina atau penis dan munculnya luka di area tersebut.
Infeksi menular seksual bisa disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus, yang ditularkan melalui hubungan seksual. Adapun penyakit yang termasuk infeksi menular seksual, yaitu klamidia, gonore, herpes genital, dan sifilis.
Biasanya, orang yang melakukan hubungan seks tanpa kondom atau yang memiliki kebiasaan bergonta ganti pasangan seksual, akan lebih rentan mengalami kondisi ini.
9. Priapismus
Pada pria, nyeri di kemaluan bisa terjadi karena priapismus, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan ereksi berkepanjangan dan menyakitkan. Ereksi pada kondisi ini bahkan tidak dipicu oleh rangsangan apa pun.
Kondisi ini dipicu oleh banyak faktor, yaitu efek samping obat tertentu, gangguan pembekuan darah, gangguan mental, atau penggunaan alkohol dan narkoba. Prapismus adalah kondisi darurat yang memerlukan penanganan medis secepatnya.
10. Balanitis
Nyeri di kemaluan pada pria bisa menandakan infeksi di kulup atau kepala penis. Penyakit yang disebut balanitis ini biasanya menyerang pria dan anak laki-laki yang belum disunat atau jarang membersihkan kulup penisnya. Balanitis juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur, infeksi menular seksual, atau alergi.
Itulah berbagai kondisi atau penyakit yang ditandai dengan nyeri di kemaluan. Bila Anda mengalaminya, apalagi bila nyeri berlangsung lebih dari 4 jam atau hilang timbul hingga berbulan-bulan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter agar bisa diketahui penyebabnya dan diberikan penanganan yang sesuai.