Obsessive love disorder adalah kelainan ketika seseorang terlalu mencintai orang lain sampai timbul keinginan untuk mengontrol sepenuhnya kehidupan orang tersebut. Penderita kondisi ini dapat mengalami gangguan aktivitas sehari-hari dan menimbulkan masalah dalam hubungan.
Penderita obsessive love disorder berpikir dan berperilaku berlebihan untuk melindungi dan mengatur setiap tindakan orang yang dicintainya. Pada tahap yang parah, orang yang dicintainya dianggap sebagai benda yang ia miliki alih-alih manusia.
Meski penyebabnya belum diketahui, obsessive love disorder biasanya dibarengi gangguan mental lain. Obsessive love disorder bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Pada anak-anak, kondisi ini biasanya memengaruhi hubungan dengan orang tuanya.
Penyebab Obsessive Love Disorder
Penyebab obsessive love disorder belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini dianggap sebagai gejala dari gangguan mental lain. Beberapa gangguan mental yang dapat disertai dengan obsessive love disorder adalah:
-
Borderline personality disorder (BPD)
Penderita borderline personality disorder dapat merasakan perubahan emosi yang ekstrem, termasuk emosi untuk mencintai atau memiliki.
-
Post-traumatic stress disorder (PTSD)
Obsessive love disorder dapat terjadi karena takut kehilangan orang terdekat setelah mengalami kejadian traumatis (post-traumatic stress disorder).
-
Obsessive-compulsive disorder (OCD)
Penderita obsessive-compulsive disorder bisa berprasangka terkait hubungan dengan orang yang dicintainya yang membuat ia cemas dan terus memikirkan segala sesuatu.
-
Attachment disorder
Kondisi ini dapat membuat penderitanya merasa tidak bisa hidup atau melakukan apa pun tanpa orang yang dicintainya. Oleh sebab itu, ia akan melakukan apa pun agar mereka selalu bisa bersama.
-
Erotomania
Penderita erotomania memiliki keyakinan kuat bahwa ia dicintai oleh seseorang meski sebenarnya tidak.
-
Gangguan waham
Gangguan waham bisa membuat penderitanya memiliki pikiran tidak wajar atau keyakinan kuat terkait pasangannya atau hubungan mereka. Sebagai contoh, ia yakin pasangannya akan sakit jika mereka tidak makan bersama.
Gejala Obsessive Love Disorder
Gejala obsessive love disorder yang biasanya muncul antara lain:
- Sangat tergantung kepada seseorang
- Terus menerus memikirkan pasangannya
- Merasa perlu melindungi orang yang dicintainya dengan cara apa pun
- Bertindak dan berpikir dengan didasari rasa cemburu
- Cemburu berlebihan ketika orang yang dicintainya berinteraksi dengan orang lain
- Merasa rendah diri
- Merasa harus selalu berhubungan dengan orang yang dicintai, misalnya mengirim pesan tanpa henti
- Merasa berhak mengontrol setiap tindakan orang yang dicintainya
- Selalu minta diyakinkan mengenai hubungannya dengan pasangan
- Memata-matai orang yang dicintainya
- Menunjukkan emosi yang tidak stabil
- Terlalu sensitif akan hal-hal kecil
- Mengabaikan ruang personal orang yang dicintainya
- Haus akan validasi (pengakuan)
- Tidak mau menghadiri segala kegiatan sosial jika tidak melibatkan orang yang dicintainya
Kapan harus ke dokter
Jika Anda atau orang terdekat Anda menunjukkan gejala obsessive love disorder, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Dalam banyak kasus, kondisi ini tidak akan membaik dan justru memburuk jika terus diabaikan.
Diagnosis Obsessive Love Disorder
Untuk mendiagnosis obsessive love disorder, psikolog atau psikiater akan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pasien, seperti:
- Gejala yang dialami
- Hubungan dengan pasangan
- Riwayat kesehatan mental pasien dan keluarganya
- Riwayat penyakit yang pernah dialami
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti CT scan, terutama bila kondisi ini dicurigai terkait dengan kelainan pada otak.
Pengobatan Obsessive Love Disorder
Pengobatan obsessive love disorder (OLD) tergantung pada kondisi mental yang menyertai pasien. Biasanya, kondisi ini ditangani dengan pemberian obat dan psikoterapi.
Beberapa obat yang dapat diberikan untuk meredakan gejala obsessive love disorder mencakup:
- Obat anticemas, seperti benzodiazepine
- Obat antidepresan, seperti fluoxetine
- Antipsikotik, seperti chlorpromazine
- Penstabil mood, seperti asam valproat
Jenis psikoterapi yang dapat dilakukan untuk membantu pasien obsessive love disorder termasuk:
- Cognitive behavioral therapy (CBT), untuk mengubah pola pikir pasien dalam memandang hubungan percintaan
- Terapi kelompok, untuk melatih berkomunikasi dan mengontrol emosi dengan orang lain
- Terapi bermain untuk anak-anak, untuk membantu anak-anak mengenal dunia dan mengekspresikan dirinya sehingga ia menyadari bahwa ada hubungan sosial selain dengan orang tuanya
Obsessive love disorder (OLD) biasanya muncul bersama gangguan kesehatan mental lain yang memerlukan kontrol rutin. Oleh karena itu, jangan menghentikan terapi yang sudah dijalani meski gejala OLD sudah membaik.
Komplikasi Obsessive Love Disorder
Obsessive love disorder dapat merusak hubungan atau menimbulkan masalah dalam kegiatan sehari-hari. Komplikasi yang dapat muncul akibat OLD mencakup:
- Mengalami masalah besar dalam hubungan atau pernikahan, bahkan bisa sampai bercerai
- Terganggunya pekerjaan atau kegiatan lain, seperti belajar
- Menurunnya produktivitas karena waktu habis untuk berkhayal tentang hal yang belum tentu benar
- Melakukan tindakan yang membahayakan dirinya dan pasangannya akibat emosi yang tidak terkendali
- Melakukan hal-hal yang melanggar hukum demi bisa bersama orang yang dicintainya
- Mengalami gangguan tidur
- Merasa depresi akibat merasa tidak dicintai
- Menyalahgunakan obat terlarang
- Memikirkan atau melakukan percobaan bunuh diri
Pencegahan Obsessive Love Disorder
Meski tidak bisa dicegah, obsessive love disorder dapat diredakan dengan melakukan kegiatan positif, seperti:
- Mengakui kondisi yang dialami dan bersedia menerima bantuan
- Menyampaikan kondisi yang dialami pada orang yang dicintai dan menjaga jarak sampai emosi Anda stabil
- Meluangkan lebih banyak waktu bersama orang lain agar memahami arti hubungan yang sehat
- Mengisi waktu untuk melakukan kegiatan produktif, seperti olahraga atau aktivitas seni
- Melakukan kontrol rutin ke dokter untuk mendiskusikan emosi yang dirasakan dan cara untuk mengelolanya