Ommetaphobia adalah fobia atau ketakutan berlebih pada mata. Salah satu gejala yang dialami penderitanya adalah sangat cemas saat berhadapan dengan mata. Meski terkesan sepele, ommetaphobia dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya sehingga perlu mendapatkan penanganan.
Seseorang dengan ommetaphobia akan menghindari tempat atau situasi yang melibatkan mata, misalnya melakukan interaksi mata saat berbicara dengan orang lain, melihat gambar mata, atau melihat sesuatu yang mengingatkannya pada mata.
Ommetaphobia juga sering dikaitkan dengan gangguan kecemasan. Saat menghadapi mata, orang dengan fobia ini mengalami gejala kecemasan berlebih, seperti keringat dingin, denyut jantung cepat, bahkan sulit bernapas.
Secara umum, penyebab ommetaphobia memang belum diketahui secara pasti. Namun, studi menyatakan fobia tersebut paling sering muncul karena pengalaman buruk dengan mata, seperti cedera mata atau melihat hal buruk yang terjadi pada mata orang lain.
Gejala Ommetaphobia
Gejala ommetaphobia muncul saat penderitanya berhadapan dengan mata atau hal-hal yang berhubungan dengan mata. Ada beberapa gejala yang dialami oleh orang dengan fobia ini, yaitu:
- Cemas berlebih
- Banyak berkeringat
- Detak jantung meningkat
- Pusing
- Napas cepat
- Sesak napas
- Gemetar
- Mual
- Mulut kering
- Ketegangan otot
- Tidak bisa bergerak atau berbicara
Gejala tersebut dapat berlangsung selama beberapa menit dan biasanya akan segera mereda setelah orang dengan ommetaphobia tidak berada di situasi yang memicu gejala fobianya kambuh.
Penanganan Ommetaphobia
Untuk mengatasi ommetaphobia, penderitanya disarankan untuk melakukan psikoterapi. Terapi ini dapat membantu untuk mengendalikan gejala dan respons tubuh dari ketakutan.
Ada dua jenis psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani ommetaphobia, yaitu terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif. Berikut ini adalah penjelasannya:
Terapi eksposur
Terapi eksposur atau terapi pemaparan adalah terapi yang dilakukan dengan cara menghadapkan orang yang memiliki fobia ke sumber ketakutan atau kecemasannya. Hal ini tentu dilakukan secara bertahap. Artinya, orang dengan ommetaphobia tidak akan langsung dipaksa berhadapan dengan sesuatu yang ditakutinya.
Contohnya, jika takut berlebih pada mata, seseorang akan diminta untuk membaca buku tentang mata, melihat gambar mata, dan akhirnya melakukan interaksi mata secara langsung dengan orang lain.
Dalam pengobatan ini, terapis akan terus mengawasi jalannya proses terapi dan mendukung penderita fobia agar tetap yakin dan berani meneruskan terapinya.
Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif juga efektif untuk mengatasi ommetaphobia. Terapi ini menerapkan metode untuk mengubah pemikiran yang menakutkan tentang mata menjadi pola pikir yang lebih positif, misalnya menatap mata tidak akan berbahaya atau tidak mengancam nyawa.
Bila dengan psikoterapi saja tidak membuahkan hasil, kemungkinan orang dengan ommetaphobia akan diresepkan obat oleh psikiater. Beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk mengatasi ommetaphobia adalah obat penenang atau obat antidepresan.
Selain terapi dan konsumsi obat-obatan, orang yang memiliki fobia mata juga disarankan untuk menerapkan latihan pernapasan untuk mengelola ketakutan berlebih yang dialaminya.
Sama dengan fobia lain, ommetaphobia dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, jika mengalami gejala ommetaphobia, Anda disarankan memeriksakan diri ke psikolog untuk memperoleh penanganan yang tepat.