Operasi kelamin adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk mengubah organ kelamin seseorang agar sesuai dengan identitas gender yang diinginkan. Namun, prosedur ini memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk melakukannya.
Operasi kelamin atau transgender di Indonesia masih menjadi banyak perdebatan dan mungkin sulit diterima oleh kalangan masyarakat. Operasi ini biasanya dilakukan oleh orang yang merasa gendernya berlawanan dengan jenis kelamin biologisnya. Sebagai contoh, seorang yang terlahir pria tetapi merasa bahwa jati dirinya adalah wanita dan sebaliknya.
Tahapan Operasi Kelamin
Pada saat seseorang ingin melakukan operasi kelamin, ada beberapa tahap prosedur yang harus dijalani, yaitu:
1. Evaluasi
Langkah pertama dalam operasi kelamin, pasien perlu menjalani evaluasi kesehatan mental yang dilakukan oleh ahli kejiwaan, yaitu psikolog atau psikiater.
Pada pemeriksaan ini, ahli kejiwaan akan menilai apakah ada gangguan identitas gender (gender identity disorder) yang membuat pasien merasa tertekan akibat jenis kelamin yang dirasanya tidak tepat.
Pada tahap evaluasi ini, dokter juga akan memberikan pemahaman lebih lanjut mengenai risiko dan efek samping dari operasi kelamin.
2. Terapi hormon
Sebelum menjalani operasi kelamin, pasien harus menjalani terapi hormon. Terapi ini akan membantu tubuh memulai perubahan menuju jenis kelamin yang diinginkan. Terapi hormon turut memunculkan karakter seks sekunder, seperti suara, rambut di tubuh, dan ukuran payudara.
Untuk pria yang ingin menjadi wanita, maka ia perlu menerima hormon estrogen. Sementara itu, wanita yang ingin menjadi pria harus mendapatkan hormon testosteron.
Terapi hormon umumnya disarankan selama satu tahun atau lebih sebelum dilakukan operasi kelamin. Ketika terapi hormon dirasa belum mencukupi, barulah dipertimbangkan kemungkinan operasi kelamin. Terapi hormon bisa dilanjutkan setelah operasi kelamin dilakukan.
3. Pembedahan
Untuk operasi kelamin wanita menjadi pria, prosedurnya termasuk menghilangkan kedua payudara, pengangkatan rahim, ovarium, dan tuba fallopi.
Selain itu, dokter akan melakukan pembentukan penis, skrotum, serta implan testis dan penis. Untuk memastikan penis bisa berfungsi dengan baik, kemungkinan diperlukan operasi tambahan.
Sementara itu, operasi kelamin pria menjadi wanita yang dilakukan adalah menghilangkan testis dan penis serta pembentukan vulva, vagina, dan klitoris. Operasi tambahan yang diperlukan antara lain penanaman implan payudara dan bedah plastik untuk bentuk wajah yang lebih feminin.
Kenali Risiko Operasi Kelamin
Upaya perubahan kelamin bukanlah tanpa risiko. Terapi hormon yang dilakukan secara jangka panjang memiliki risiko efek samping, mulai dari munculnya jerawat, rambut rontok, penambahan berat badan, batu empedu, gangguan sleep apnea, hingga penggumpalan darah.
Selain itu, ada pula risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau kanker payudara. Terapi hormon juga dapat mengurangi kesuburan hingga mungkin menyebabkan kemandulan.
Tidak hanya itu, dalam menjalani prosedur operasi kelamin, risiko anestesi dan komplikasi pascaoperasi menjadi lebih tinggi.
Legalitas Operasi Kelamin di Indonesia
Di Indonesia, aturan hukum yang secara jelas melarang atau memperbolehkan operasi kelamin belum tersusun di dalam undang-undang.
Namun, Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 69 ayat 1 menyebutkan bahwa bedah plastik dan rekonstruksi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Pasal 2 pada undang-undang yang sama menyebutkan bawa bedah plastik dan rekonstruksi tidak boleh bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas.
Sementara itu, orang yang sudah melakukan operasi kelamin harus mengajukan pergantian identitas ke pengadilan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan pasal 56 ayat 1.
Undang-undang ini menyatakan bahwa pencatatan peristiwa penting lainnya dilakukan oleh pejabat pencatatan sipil atas permintaan penduduk yang bersangkutan setelah adanya putusan pengadilan negeri yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Hal yang dimaksud dengan ‘peristiwa penting lainnya’ adalah peristiwa yang ditetapkan oleh pengadilan negeri untuk dicatatkan pada instansi pelaksana, antara lain perubahan jenis kelamin.
Operasi kelamin bukanlah prosedur sederhana yang dapat dilakukan kapan pun ketika diinginkan. Ada tahap-tahap yang harus dilalui sebelum menjalani prosedur tersebut, termasuk risiko kesehatan yang harus dipahami. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
Selain itu, perlu pertimbangan yang matang dan saksama sebelum memutuskan operasi kelamin. Salah satunya adalah bahwa operasi kelamin bersifat permanen. Seseorang tidak bisa kembali ke kelamin semula setelah melalui prosedur ini.