Operasi tiroid adalah prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh tiroid, yaitu kelenjar berbentuk seperti kupu-kupu di dalam leher yang memproduksi hormon pengatur metabolisme, pertumbuhan, dan suhu. Meski berperan sebagai salah satu penanganan gangguan tiroid, operasi tiroid tetap memiliki efek samping.
Operasi tiroid umumnya dilakukan pada penyakit tiroid yang tergolong parah, seperti kanker tiroid atau gondok yang telah menimbulkan gangguan saat menelan atau bernapas. Selain itu, operasi tiroid juga digunakan ketika obat-obatan atau metode penanganan lain tidak berhasil.
Meski demikian, operasi tiroid tidak selalu bisa diterapkan pada semua pasien penyakit tiroid. Pasien dengan hipertiroidisme parah dan tidak terkontrol atau pasien yang sedang hamil merupakan beberapa kondisi yang tidak dianjurkan menjalani operasi ini.
Beragam Jenis Operasi Tiroid
Berdasarkan bagian kelenjar yang diangkat, operasi tiroid dibagi menjadi 3 jenis, yakni:
Lobektomi tiroid
Pada operasi ini, sebagian atau setengah dari kelenjar tiroid akan diangkat. Biasanya labektomi tiroid dilakukan untuk mengangkat tumor atau pembesaran tiroid yang berukuran kecil.
Tiroidektomi total
Jenis operasi tiroidektomi total dilakukan dengan mengangkat seluruh kelenjar tiroid.
Biopsi tiroid
Biopsi tiroid merupakan operasi untuk mengangkat sebagian jaringan tiroid untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium. Biopsi tiroid biasanya dilakukan untuk memastikan apakah tumor tiroid bersifat jinak atau ganas.
Persiapan Sebelum Operasi Tiroid
Beberapa hari sebelum operasi dilakukan, dokter terlebih dahulu akan mengevaluasi kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh. Evaluasi ini dapat berupa pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti tes darah, foto Rontgen, dan EKG.
Selain untuk memastikan kondisi pasien, hasil evaluasi sebelum operasi ini juga menentukan jenis anestesi atau obat bius yang akan digunakan dalam operasi serta bagian tiroid mana saja yang perlu diangkat.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani persiapan sebelum operasi, yaitu:
- Semua jenis operasi tiroid menggunakan anestesi. Jika memiliki riwayat alergi terhadap obat bius, pasien diharuskan memberi tahu dokter saat pemeriksaan praoperasi.
- Pasien juga perlu memberi tahu dokter jika sedang menggunakan suplemen, produk herba, atau obat-obatan tertentu. Ini karena obat yang sedang digunakan dikhawatirkan dapat menimbulkan interaksi obat dengan anestesi dan menimbulkan efek samping berbahaya ketika operasi berlangsung atau setelahnya.
- Pasien diharuskan untuk menghindari rokok dan minuman beralkohol, setidaknya selama 2 minggu sebelum operasi berlangsung.
- Dokter akan menentukan kapan pasien mulai berpuasa. Pasien biasanya diinstruksikan untuk berpuasa beberapa jam sebelum operasi guna mengurangi risiko komplikasi akibat penggunaan anestesi.
Prosedur Operasi Tiroid
Beberapa saat sebelum operasi dimulai, dokter akan memeriksa kembali kondisi pasien untuk memastikan kesiapan pasien untuk operasi.
Di ruang operasi, dokter akan memberikan anestesi, baik melalui suntikan atau masker pernapasan. Selama operasi, tanda-tanda vital pasien, meliputi tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah, akan terus dievaluasi melalui monitor.
Saat pasien mulai terbius, dokter anestesi akan memberikan alat bantu napas melalui selang khusus yang dipasang ke dalam tenggorokan untuk membantu pasien bernapas selama operasi. Setelah itu, dokter bedah akan membersihkan area yang akan disayat menggunakan cairan antiseptik.
Berikut adalah 3 metode operasi tiroid yang dapat digunakan untuk mengangkat kelenjar tiroid:
Operasi konvensional
Metode ini membutuhkan sayatan sebesar kurang lebih 5–12 cm di tengah leher agar dokter dapat mengakses langsung kelenjar tiroid yang bermasalah dan mengangkatnya.
Operasi endoskopi
Metode operasi ini menggunakan alat khusus yang disebut endoskop, yaitu selang dengan kamera kecil di ujungnya untuk mengangkat kelenjar tiroid. Keunggulannya, sayatan yang dibutuhkan untuk operasi endoskopi jauh lebih kecil dibandingkan operasi konvensional, yakni sekitar 0,5–1 cm.
Operasi robotik
Proses operasi sepenuhnya dilakukan dengan bantuan robot. Perbedaannya dengan operasi endoskopi dan konvensional, sayatan yang dibutuhkan operasi robotik hanya 8 mm. Namun, teknik operasi ini masih belum banyak dilakukan di Indonesia.
Operasi tiroid umumnya berlangsung sekitar 1–2 jam, tetapi tidak menutup kemungkinan operasi berjalan lebih lama.
Pasca Operasi Tiroid dan Risiko Efek Sampingnya
Setelah operasi selesai, sayatan akan dijahit kemudian ditutup dengan plester kedap air untuk melindungi bekas luka operasi. Jika sayatan tergolong besar dan dikhawatirkan timbul perdarahan, dokter biasanya akan memasang selang dan tabung khusus yang berfungsi menampung darah.
Setelah operasi tiroid, pasien umumnya perlu menjalani rawat inap selama beberapa hari di rumah sakit. Pasien diperbolehkan pulang setelah kondisinya stabil dan nyeri pascaoperasi berkurang. Hanya saja, pasien harus menghindari aktivitas yang berat selama setidaknya 10–14 hari.
Seperti operasi pada umumnya, operasi tiroid juga dapat menimbulkan efek samping. Beberapa risiko efek samping yang dapat terjadi setelah operasi tiroid yakni:
- Perdarahan pascaoperasi
- Nyeri di leher atau nyeri menelan
- Suara serak
- Cedera atau luka pada jaringan di sekitar tiroid, seperti saraf, kelenjar getah bening, atau kelenjar paratiroid. Cedera pada kelenjar paratiroid dapat menyebabkan hipoparatiroid
- Infeksi
Meskipun jarang terjadi, operasi tiroid juga dapat menimbulkan komplikasi berupa badai tiroid atau tiroksikosis. Gejalanya berupa sering gelisah, nyeri perut, diare, tubuh gemetaran atau termor, banyak berkeringat, jantung berdetak cepat, dan demam.
Mengingat risiko-risiko tersebut, pemeriksaan yang lengkap dan persiapan yang matang perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menjalani operasi tiroid.
Jika penyakit tiroid yang Anda derita memang perlu dioperasi, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui persiapan apa saja yang diperlukan dan efek samping apa saja yang mungkin terjadi.