Otosklerosis adalah suatu kondisi ketika terdapat pertumbuhan tulang yang tidak normal di dalam telinga bagian tengah. Otosklerosis paling sering terjadi pada wanita berusia 15–30 tahun. Kondisi ini bisa menyebabkan gangguan pendengaran, mulai dari gangguan ringan hingga berat.
Telinga bagian tengah adalah area di belakang gendang telinga. Pada bagian ini, terdapat tulang-tulang kecil bernama maleus, incus, dan stapes. Ketika gelombang suara menggetarkan gendang telinga, tulang-tulang ini juga akan bergetar dan menghantarkan suara ke telinga bagian dalam sehingga suara bisa terdengar.
Jika Anda mengalami otosklerosis, terjadi pertumbuhan tulang tidak normal yang menyebabkan tulang-tulang ini tidak bisa bergetar sebagaimana mestinya. Akibatnya, gelombang suara tidak dapat mencapai telinga bagian dalam sehingga terjadilah gangguan pendengaran.
Gejala Otosklerosis
Berikut ini adalah beberapa gejala otosklerosis yang mungkin terjadi:
- Gangguan pendengaran yang semakin lama semakin memburuk
- Sulit untuk mendengar suara yang rendah dan bisikan
- Cenderung berbicara dengan suara pelan, karena suara sendiri terdengar keras
- Cenderung lebih mudah mendengar saat suasana di sekitar sedang bising
- Telinga sering berdenging (tinnitus)
- Pusing
Penyebab Otosklerosis
Hingga kini penyebab otosklerosis belum diketahui secara pasti. Kendati demikian, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya otosklerosis, di antaranya:
1. Faktor keturunan
Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab yang paling umum dari otosklerosis. Kondisi ini mungkin bisa terjadi karena adanya kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua.
2. Jenis kelamin
Sebenarnya, pria dan wanita sama-sama bisa mengalami otosklerosis. Namun, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kondisi ini, terlebih saat hamil. Kehamilan sebenarnya bukan merupakan penyebab otosklerosis, tetapi wanita hamil yang mengalami kondisi ini cenderung akan merasakan gejala yang lebih berat.
3. Masalah kesehatan tertentu
Adanya masalah kesehatan tertentu juga dapat meningkatkan risiko Anda mengalami otosklerosis. Riwayat infeksi campak dan gangguan sistem kekebalan tubuh diketahui bisa meningkatkan risiko terjadinya otosklerosis.
Pengobatan Otosklerosis
Jika Anda mengalami gejala-gejala otosklerosis seperti di atas, terutama kesulitan mendengar, segera atur jadwal untuk berkonsultasi dengan dokter THT. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada telinga Anda, menguji kemampuan mendengar, dan melakukan peninjauan riwayat kesehatan Anda dan keluarga.
Jika diperlukan, dokter mungkin juga akan merekomendasikan Anda untuk melakukan serangkaian tes pencitraan, seperti foto rontgen atau CT scan, guna melihat bagian dalam telinga dengan lebih jelas.
Jika otosklerosis yang Anda alami ringan, dokter mungkin hanya akan meminta Anda untuk konsultasi rutin sesuai jadwal. Tujuannya adalah agar dokter bisa memantau kondisi otosklerosis dan menguji pendengaran Anda secara berkala. Jika dirasa perlu, alat bantu dengar akan diresepkan.
Pada kasus otosklerosis yang sampai menyebabkan gangguan pendengaran berat, dokter mungkin akan merekomendasikan Anda untuk menjalani operasi stapedektomi.
Operasi tersebut bertujuan untuk mengangkat tulang stapes, kemudian menggantinya dengan tulang stapes buatan. Hal ini memungkinkan gelombang suara untuk kembali masuk ke telinga bagian dalam, sehingga Anda bisa mendengar dengan lebih baik.
Meski hanya mengenai tulang yang ukurannya sangat kecil, otosklerosis dapat menyebabkan gejala yang sangat mengganggu bagi sebagian orang. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya mendapatkan penanganan dari dokter.
Gejala otosklerosis cenderung mirip dengan gejala gangguan pendengaran lainnya. Jika Anda masih memiliki pertanyaan terkait otosklerosis atau merasa mengalami gangguan pendengaran, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapat pengobatan yang tepat.