Overprotektif adalah sikap selalu ingin melindungi atau mengontrol orang lain secara berlebihan. Namun, alih-alih merasa terlindungi, sikap ini justru membuat orang yang dilindungi merasa tertekan, bahkan depresi. Nah, agar tidak memberikan dampak terlalu jauh, ada cara untuk mengatasinya.
Overprotektif dapat terjadi dalam berbagai jenis hubungan, termasuk hubungan antara orang tua dan anak, pasangan, pertemanan, maupun dalam lingkungan kerja. Sikap ini biasanya muncul karena rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melindungi orang yang disayangi atau dicintai dari situasi yang dianggap berbahaya.
Kurangnya kepercayaan pada kemampuan orang lain untuk menghadapi suatu masalah juga bisa membuat seseorang menjadi overprotektif. Orang yang overprotektif mungkin merasa bahwa orang lain tidak akan mampu bertahan atau membuat keputusan yang benar tanpa campur tangan mereka.
Ciri-Ciri Overprotektif
Ciri-ciri overprotektif tidak jauh berbeda dari sikap posesif. Bentuk perlakuan overprotektif pun dapat muncul dalam berbagai cara, baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Berikut ini adalah ciri-ciri overprotektif yang dapat dikenali:
- Mengontrol aktivitas sehari-hari, termasuk dengan siapa saja Anda dapat berinteraksi, ke mana Anda pergi, dan bagaimana Anda menghabiskan waktu
- Mengambil alih keputusan yang seharusnya Anda buat sendiri dengan dalih membantu atau peduli
- Merasa terlalu bertanggung jawab atas kesejahteraan atau keselamatan Anda, bahkan dalam situasi di mana Anda tidak ada kaitannya
- Memantau aktivitas atau lokasi, seperti selalu mengecek ponsel dan media sosial, atau menanyakan keberadaan Anda secara berulang-ulang
- Merasa cemas atau tidak nyaman saat Anda berusaha mandiri atau melakukan sesuatu tanpa pengawasan mereka
- Merasa khawatir secara berlebihan, bahkan terhadap situasi yang sebenarnya normal atau tidak berbahaya
- Membatasi interaksi sosial Anda dengan orang lain, terutama jika mereka merasa orang tersebut dapat membawa pengaruh buruk atau berbahaya
- Merasa cemburu yang berlebihan saat Anda berinteraksi dengan orang lain
Sikap overprotektif yang dilakukan orang tua ke anak disebut dengan pola asuh helikopter. Contohnya, melarang anak bermain di luar rumah karena takut terpapar pengaruh buruk dari teman-temannya atau mengatur hobi yang harus dijalani anak tanpa memberikan kesempatan bagi anak untuk memilih.
Sementara itu, overprotektif pada pasangan bisa dilihat dari sikapnya yang suka mengambil keputusan sepihak dan tidak nyaman atau marah jika pasangannya menghabiskan waktu dengan teman-temannya.
Dampak Overprotektif pada Kehidupan
Sikap overprotektif bisa memberikan dampak negatif pada kehidupan, baik bagi yang dilindungi maupun yang melindungi. Sikap ini dapat menghalangi terbentuknya sikap mandiri dan menurunkan rasa percaya diri karena terbiasa mendapatkan bantuan dan perlindungan.
Selain itu, sikap ini juga berdampak besar bagi kesehatan mental. Orang yang melindungi secara berlebihan sering mengalami stres atau cemas karena rasa tanggung jawab atas orang yang mereka lindungi. Di sisi lain, orang yang dilindungi mungkin merasa tertekan atau terkekang oleh pengawasan yang berlebihan.
Orang yang dilindungi secara berlebihan mungkin tidak pernah belajar cara mengatasi emosi ini dengan cara yang sehat, seperti ketakutan, kecemasan, atau kesedihan. Hal ini bisa berkembang menjadi gangguan mental, seperti fobia sosial, gangguan kecemasan, dan depresi.
Anak yang dibesarkan oleh pola asuh orang tua yang overprotektif sering kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru dan cenderung suka menyendiri.
Cara Menghadapi Sikap Overprotektif
Mengatasi overprotektif dimulai dari kesadaran bahwa sikap tersebut bisa berdampak negatif pada kehidupan Anda sebagai orang yang dilindungi. Setelah menyadari hal tersebut, Anda bisa menerapkan langkah-langkah berikut ini untuk menghadapi sikap overprotektif:
- Bicarakan secara jujur dan tenang perasaan Anda ketika mendapatkan perilaku tersebut.
- Tunjukkan rasa simpati Anda dan sampaikan bahwa Anda menghargai niat mereka untuk melindungi, tetapi Anda juga ingin belajar mandiri dan menghadapi tantangan.
- Jangan ragu untuk mengatakan “tidak” atau meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu jika hal tersebut melanggar batasan yang Anda tetapkan.
- Cobalah ajak mereka untuk bekerja sama mencari solusi agar sama-sama merasa nyaman. Misalnya, memberi kabar bila ada perubahan kegiatan sehari-hari.
- Berikan bukti bahwa Anda dapat bertanggung jawab atas diri sendiri. Ini bisa meredakan kecemasan mereka dan membantu mereka menyadari bahwa Anda tidak memerlukan perlindungan berlebihan.
Cara mengatasi sikap overprotektif juga memerlukan kesadaran dari pihak yang melindungi. Kenali tanda-tanda bahwa Anda mungkin sudah bertindak terlalu protektif terhadap orang lain, seperti mengontrol setiap keputusan, merasa cemas berlebihan, atau selalu ingin campur tangan dalam urusan pribadi mereka.
Mulailah belajar untuk memberikan kepercayaan, menghargai batasan orang lain, dan memahami bahwa setiap individu perlu ruang untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri. Bicarakan tentang perasaan Anda, tetapi juga dengarkan pandangan dan perasaan mereka.
Selain itu, overprotektif juga bisa menjadi tanda dari gangguan mental, seperti gangguan kepribadian, PTSD, dan depresi. Apabila disebabkan oleh hal ini, perawatan dengan terapi atau konsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter mungkin bisa membantu mengatasi perilaku overprotektif ini.
Jika sikap overprotektif sudah membuat Anda stres sampai aktivitas Anda terhambat, konsultasikan hal ini dengan psikolog secara online melalui Chat Bersama Dokter. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan saran yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini.