Oversharing adalah kebiasaan berbagi informasi pribadi secara berlebihan, baik secara langsung dalam percakapan maupun di media sosial. Kebiasaan ini lebih banyak memberikan dampak negatif dibandingkan manfaatnya. Oleh karena itu, oversharing perlu segera diatasi.
Oversharing dapat disebabkan oleh ketidaktahuan seseorang dalam menyaring informasi pribadi yang mungkin dianggap menarik, penting, dan lucu. Mereka tidak mempertimbangkan dampak dari informasi tersebut bagi orang lain.
Namun, oversharing terkadang dilakukan secara sengaja karena ada tujuan tertentu. Beberapa orang merasa kesepian atau butuh validasi dan dukungan dari orang lain, sehingga mereka berbagi lebih dari yang seharusnya. Perasaan ingin dimengerti atau keinginan untuk diterima juga bisa membuat seseorang menjadi oversharing.
Selain itu, ketidakmampuan dalam mengontrol emosi bisa membuat seseorang untuk menceritakan detail masalahnya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.
Dampak Oversharing
Berbagi cerita memang bisa menjadi cara yang baik untuk menjalin hubungan. Bahkan, banyak penelitian yang membuktikan bahwa berbagi cerita dapat meningkatkan keintiman dan kepercayaan serta memperkuat ikatan hubungan.
Namun, ketika berbagi cerita dilakukan secara berlebihan, ini justru dapat membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Berikut ini adalah beberapa dampak oversharing yang mungkin terjadi:
- Membahayakan privasi dan keamanan diri, terutama jika informasi tersebut disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
- Menurunkan citra diri karena dinilai sebagai pribadi yang kurang bijak atau dianggap tidak mampu menjaga rahasia
- Merasa malu, menyesal, atau cemas karena informasi tersebut kini diketahui banyak orang, terlebih bila sudah tersebar di media sosial
- Meningkatkan risiko mengalami cyberbullying
- Membuat orang lain merasa terbebani atau kurang nyaman, terutama jika informasi yang dibagikan terlalu personal atau emosional
Tips Mengatasi Oversharing
Melihat banyaknya dampak oversharing, ada baiknya kebiasaan ini segera Anda tinggalkan. Berikut ini adalah tips yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi oversharing:
1. Pikir dua kali sebelum berbagi
Sebelum membagikan cerita, pikirkan dengan seksama apakah informasi tersebut pantas untuk disampaikan kepada orang lain. Hindari menceritakan atau membagikan di media sosial masalah yangbersifat pribadi, misalnya keuangan, hubungan, dan masalah keluarga, serta konten berbau kebencian atau diskriminasi.
Pertimbangkan juga dampak dari informasi yang Anda bagikan, apakah itu bisa memengaruhi reputasi Anda atau hubungan Anda dengan orang lain. Menyadari konsekuensi ini dapat membantu Anda berpikir dua kali sebelum berbagi.
2. Bagikan sesuatu yang positif dan bermanfaat
Alih-alih membagikan informasi atau masalah pribadi, Anda bisa menggunakan media sosial sebagai wadah untuk berbagi hobi yang bermanfaat. Dengan cara ini, Anda tidak hanya menjaga privasi, tetapi juga dapat menginspirasi orang lain untuk mengeksplorasi minat atau kegiatan positif.
Contohnya, berbagi pengalaman tentang membaca buku, memasak, berkebun, atau berolahraga bisa membuka peluang diskusi yang bermanfaat dan membangun koneksi yang sehat di dunia maya.
3. Temukan sumber dukungan yang tepat
Tidak ada salahnya jika Anda curhat kepada orang lain untuk mendapatkan dukungan. Namun, pikir-pikir dulu ya sebelum bercerita, apalagi jika curhat di media sosial. Anda harus memilih orang yang tepat dan dapat dipercaya, seperti pasangan, sahabat, atau anggota keluarga yang dekat.
Dengan begitu, Anda bisa merasa lebih nyaman dan aman saat berbagi, tanpa khawatir informasi pribadi akan tersebar atau disalahartikan.
4. Lakukan cara lain untuk mengekspresikan emosi
Selain curhat dengan orang yang dipercaya, Anda juga bisa menulis jurnal untuk melepaskan emosi tanpa takut penilaian orang lain. Melakukan aktivitas yang menyenangkan juga dapat membantu mengalihkan perhatian pikiran Anda dan meredakan stres.
Meluapkan emosi dengan cara positif ini diketahui efektif dalam mengurangi kebiasaan oversharing dan menjaga keseimbangan emosi.
Meski bukan termasuk penyakit, oversharing bisa menjadi tanda dari gangguan kecemasan dan depresi. Orang dengan ADHD, gangguan bipolar, dan borderline personality disorder (BPD) juga cenderung oversharing karena sifat impulsif dan tidak stabil secara emosional, sehingga sulit untuk mempertimbangkan apa yang mereka katakan.
Selain itu, pada kasus post-traumatic stress disorder (PTSD), oversharing bisa menjadi respons terhadap trauma dan mekanisme untuk menghadapi pengalaman traumatis tersebut.
Itulah hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang oversharing. Ingat ya, tidak semua hal perlu Anda bagikan dan tidak semua orang juga perlu mengetahuinya. Meski tidak mudah dilakukan, dengan ketekunan dan keyakinan, Anda tentu dapat mengendalikan kebiasaan ini serta menjaga privasi Anda dengan lebih baik.
Apabila Anda merasa kesulitan dalam mengontrol oversharing, bicarakanlah hal ini dengan psikolog melalui layanan chat. Tidak perlu khawatir karena privasi dan riwayat chat Anda akan terjaga keamanannya. Melalui konsultasi ini, Anda akan diberikan cara untuk mengatasi oversharing sesuai dengan masalah Anda.