Baby blues syndrome pada ayah atau perasaan uring-uringan usai istri melahirkan merupakan kondisi yang cukup sering terjadi. Kondisi ini bisa dialami para ayah sekitar 3-6 bulan setelah kelahiran bayi, bahkan bisa juga muncul lebih cepat atau lebih lambat.
Sebenarnya pria tidak mengalami baby blues, melainkan depresi pasca kelahiran bayi. Baby blues hanya dialami oleh wanita dan terjadi akibat adanya perubahan hormon usai melahirkan. Kendati demikian, masyarakat awam lebih mengenalnya dengan istilah baby blues.
Penyebab Baby Blues Syndrome pada Ayah
Kamu mungkin sudah sangat menantikan kehadiran buah hati hingga sembilan bulan lamanya. Namun, ketika dia hadir, ternyata yang muncul adalah perasaan resah, takut, atau bahkan sedih.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perasaan semacam itu cukup sering dialami ayah yang baru memiliki anak, terlebih lagi jika anak pertama.
Baby blues syndrome pada ayah tidak disebabkan oleh faktor hormonal layaknya pada wanita, melainkan karena beberapa hal berikut ini:
1. Kurang tidur
Memiliki anak menuntutmu harus lebih sigap dan merelakan banyak hal, termasuk waktu tidur. Soalnya, bayi kerap kali bangun pada malam hari karena merasa lapar, butuh ganti popok, atau sekadar ingin digendong. Berkurangnya waktu istirahat merupakan salah satu hal yang dapat membuatmu depresi.
2. Takut dengan tanggung jawab baru
Menyandang status baru sebagai ayah terkadang terasa menakutkan bagi sebagian pria. Kamu mungkin merasa belum siap atau khawatir apakah bisa menjadi ayah yang baik atau tidak untuk anakmu. Terlebih karena dibebani dengan tanggung jawab yang besar sebagai seorang ayah.
Saat sudah memiliki anak, kehidupan seorang pria sudah tidak sebebas sebelumnya. Semakin banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Hal ini mungkin membuatmu kaget dan bahkan bisa menyebabkan depresi.
3. Masalah finansial
Baby blues pada pria juga bisa disebabkan oleh urusan finansial. Depresi yang kamu alami mungkin dikarenakan kamu perlu mengatur pengeluaran sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan bayi, seperti susu, popok, biaya medis, serta merencanakan pembiayaan pendidikan anak nantinya.
Belum lagi, jika istrimu harus berhenti bekerja karena harus merawat Si Kecil. Semua urusan finansial akan bergantung kepadamu.
4. Waktu cuti sangat sebentar
Sebagian besar perusahaan memberikan jatah cuti selama beberapa hari kepada para pekerja pria untuk mengurus kelahiran istrinya. Hal ini bisa memicu depresi karena kamu harus kembali ke rutinitas pekerjaan, ditambah masih harus memikirkan kondisi istri dan Si Kecil di rumah.
5. Kurang diperhatikan
Pasca melahirkan, istrimu akan lebih mencurahkan perhatian kepada Si Kecil. Kondisi fisik usai melahirkan juga bisa membuatnya malas untuk menjalin kemesraan di ranjang. Hal tersebut mungkin membuatmu merasa diabaikan dan stres.
6. Istrimu mengalami baby blues
Saat istrimu mengalami baby blues, kamu juga rentan mengalami hal yang sama. Hal ini terjadi karena mungkin kamu khawatir terjadi sesuatu yang buruk akibat baby blues yang dialami pasanganmu.
Selain beberapa hal di atas, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seorang pria mengalami depresi setelah ia mengemban status sebagai ayah. Beberapa faktor risiko tersebut antara lain:
- Memiliki riwayat gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas
- Pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis
- Belum siap secara batin untuk menjadi ayah
- Tidak memiliki figur ayah yang bisa dijadikan panutan (father figure)
Menangani Baby Blues Syndrome pada Pria itu Mudah!
Baby blues harus segera diatasi karena jika dibiarkan bisa memicu masalah yang lebih serius. Perasaan mudah tersinggung, muncul rasa cemas, tubuh tidak bertenaga, menarik diri dari keluarga, atau tidak dapat memulai ikatan batin dengan bayi merupakan beberapa hal buruk yang bisa terjadi jika kondisimu tidak ditangani.
Untuk menangani permasalahan ini, langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah mengutarakan semua keresahan yang kamu rasakan pada istri. Ingat, permasalahanmu ini sudah menjadi masalah keluarga yang bisa berdampak ke pasangan dan bayimu.
Jika setelah beberapa waktu kondisi ini tidak kunjung membaik, sebaiknya segera temui dokter. Dokter akan menentukan penanganan yang tepat untukmu. Penanganan itu bisa berupa konseling dan psikoterapi serta pemberian obat-obatan, seperti antidepresan, jika diperlukan.
Jenis penanganan yang dilakukan akan disesuaikan dengan penyebab masalah dan kondisi kesehatanmu secara menyeluruh.