Paratifus atau demam paratifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella parathyphi. Infeksi bakteri ini bisa menyerang usus dan menyebar ke aliran darah. Gejala paratifus sering berupa demam berhari-hari dengan suhu meningkat secara perlahan dan keluhan di saluran pencernaan.
Penyakit paratifus memiliki gejala yang mirip dengan dengan penyakit tipes atau demam tifoid. Bedanya, gejala paratifus umumnya lebih ringan dan lebih jarang menimbulkan komplikasi.
Meski begitu, paratifus bisa menyebabkan komplikasi berupa usus bocor. Pada kondisi ini, penderita perlu menjalani operasi untuk membersihkan rongga perutnya dari kotoran dan memperbaiki robekan pada usus.
Penyebab Paratifus
Bakteri Salmonella paratyphi penyebab paratifus terbagi dalam tiga jenis, yaitu:
- Salmonella paratyphi A
- Salmonella paratyphi B (Salmonella schottmuelleri)
- Salmonella paratyphi C (Salmonella hirschfeldii)
Seseorang dapat tertular bakteri S. paratyphi ketika tidak sengaja mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja atau urine penderita paratifus. Hal ini bisa terjadi jika penderita tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet, lalu menyentuh barang atau makanan yang dipakai atau dimakan oleh orang lain.
Selain pada penderita paratifus, bakteri S. paratyphi juga bisa terdapat pada tinja atau urine orang yang telah sembuh dari paratifus, tetapi menjadi carrier bakteri tersebut.
Penularan bakteri ini juga bisa terjadi jika seseorang minum air dari sumber air yang telah terkontaminasi tanpa merebusnya terlebih dahulu. Selain itu, mengonsumsi hidangan laut yang mentah atau kurang matang dari sumber air yang tercemar juga dapat menjadi penyebab penularan bakteri S. paratyphi.
Faktor risiko paratifus
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terserang paratifus yaitu:
- Melakukan kontak langsung dengan penderita paratifus
- Memiliki riwayat kontak atau hidup bersama penderita demam paratifoid
- Kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Memiliki riwayat mengonsumsi obat-obat imunosupresan atau obat pencegah reaksi transplantasi organ
- Menderita gangguan saluran pencernaan
- Mengalami kondisi yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, seperti kanker atau HIV/AIDS
Gejala Paratifus
Masa inkubasi atau rentang waktu sejak seseorang terinfeksi bakteri Salmonella paratyphi hingga munculnya gejala adalah sekitar 6–30 hari. Pada beberapa orang, masa inkubasi ini bisa lebih cepat. Setelah itu, akan muncul gejala berupa:
- Demam
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Berat badan menurun
- Nafsu makan menurun
- Tidak enak badan (malaise)
- Sembelit
- Diare
- Sakit perut
- Mual dan muntah
Pola demam pada paratifus biasanya mirip dengan pola demam tifoid, yaitu meningkat secara bertahap dengan suhu tubuh lebih tinggi pada malam hari.
Beberapa penderita paratifoid juga bisa merasakan gejala lain, seperti lemas, ruam di tubuh (rose spot), batuk kering, atau pembesaran organ hati dan limpa (hepatosplenomegali).
Kapan harus ke dokter
Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala di atas. Gejala demam paratifus terkadang mirip dengan gejala penyakit infeksi lain. Oleh sebab itu, pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab pastinya dan mencegah komplikasi.
Jika Anda didiagnosis menderita demam paratifoid, lakukan kontrol rutin selama pengobatan. Tujuannya adalah untuk memantau perkembangan penyakit dan membasmi bakteri S. paratyphi secara total agar Anda tidak menjadi carrier.
Diagnosis Paratifus
Untuk mendiagnosis paratifus, dokter akan menanyakan gejala yang dialami, riwayat perjalanan atau kondisi tempat tinggal, makanan atau minuman yang dikonsumsi, dan apakah ada orang serumah atau tetangga yang mengalami gejala serupa.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan, termasuk mengukur suhu tubuh pasien, serta melihat ada tidaknya ruam merah di kulit dan pembesaran pada limpa atau hati.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:
- Kultur darah, urine, atau feses, untuk memastikan jenis bakteri yang menyebabkan timbulnya keluhan dan gejala
- Tes Widal, untuk mendeteksi kadar dan keberadaan antibodi yang bisa menandakan adanya infeksi paratyphi
Pengobatan Paratifus
Pengobatan paratifus bertujuan untuk meredakan gejala, mengatasi infeksi, dan mencegah kekambuhan. Ada tiga metode untuk mengobati paratifus, yaitu obat-obatan, terapi mandiri, dan perawatan di rumah sakit. Berikut adalah penjelasannya:
Pemberian obat-obatan
Jika gejala sudah timbul, dokter akan memberikan obat untuk meredakan gejala dan mengatasi infeksi. Beberapa obat yang akan diberikan adalah:
- Obat penurun demam, seperti paracetamol
- Obat antibiotik, seperti ciprofloxacin, azithromycin, amoxicillin, sefalosporin generasi ketiga, ampilisin, kloramfenikol, atau kotrimoksazol
Terapi mandiri
Penderita paratifus perlu mendapatkan asupan nutrisi dan cairan yang cukup, antara lain dengan memperbanyak konsumsi air putih, serta mengonsumsi makanan lunak jika tidak terlalu nafsu makan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat demam, muntah, dan diare.
Perawatan di rumah sakit
Perawatan di rumah sakit perlu dilakukan bila penderita terus menerus muntah dan diare, terlebih jika disertai dengan perut yang tegang dan membesar. Pada kondisi ini, dokter akan memberikan obat-obatan dan cairan melalui infus.
Komplikasi Paratifus
Apabila tidak diobati, paratifus dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Umumnya, komplikasi ini muncul pada minggu ke-2 atau ke-3 setelah penderita terinfeksi.
Komplikasi yang bisa terjadi akibat demam paratifus adalah:
- Infeksi aliran darah yang bisa menyebabkan sepsis
- Peradangan pada organ lain, seperti liver (hepatitis) atau jantung (miokarditis dan endokarditis)
- Meningitis
- Perdarahan usus
- Usus robek atau pecah (perforasi usus)
Pencegahan Paratifus
Tidak seperti tipes, sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah penyakit paratifus. Vaksin tipes tidak dapat digunakan untuk mencegah paratifus karena bakteri penyebab kedua penyakit ini berbeda.
Meski begitu, risiko terkena demam paratifus bisa diturunkan dengan melakukan upaya-upaya berikut:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, dan seusai buang air kecil atau buang air besar
- Mencuci bersih sayuran dan buah-buahan sebelum diolah atau dikonsumsi
- Minum air dalam kemasan atau merebus air hingga mendidih sebelum meminumnya
- Menyikat gigi dan berkumur dengan air matang atau air kemasan jika bepergian ke daerah endemis paratifoid dan tifoid
- Tidak berbagi penggunaan peralatan makan dan minum, serta peralatan mandi dengan orang lain
- Tidak mengonsumsi makanan mentah, setengah matang, atau minuman yang tidak terjamin kebersihannya
- Berhati-hati jika mengonsumsi jajanan di pinggir jalan
- Menjaga sanitasi lingkungan