Sebagai orang tua, Bunda dan Ayah perlu tahu jenis dan cara pola asuh seperti apa yang tepat untuk Si Kecil, karena tidak semua pola asuh baik untuk anak. Hati-hati, pola asuh yang salah bisa berdampak buruk pada masa depan anak.

Menerapkan pola asuh yang tepat dapat memberikan pengaruh yang baik pada perilaku, tumbuh kembang, prestasi akademis, hingga kesehatan mental anak di kemudian hari. Membentuk kepribadian Si Kecil sebagai modal bagi masa depannya merupakan salah satu tugas Anda selaku orang tua.

Pelajari Pola Asuh Anak demi Masa Depannya - Alodokter

Beragam Jenis Pola Asuh Anak

Masing-masing orang tua memiliki caranya sendiri dalam mengasuh dan mendidik anak. Secara umum, ada 4 jenis pola asuh anak, yaitu:

1. Pola asuh acuh tak acuh

Orang tua yang menerapkan pola asuh ini beranggapan bahwa anak harus bisa mengurus dirinya sendiri. Orang tua dengan pola asuh acuh tak acuh cenderung tidak menuntut, tidak responsif, dan jarang berkomunikasi dengan anak.

Orang tua mungkin masih memenuhi kebutuhan dasar anak, seperti memberikan makan, pakaian, dan tempat tinggal, tetapi tidak memberikan perhatian dan dukungan emosional kepada anak. Bahkan, pada kasus yang cukup parah, orang tua bisa saja mengabaikan anak sepenuhnya atau terkesan menelantarkan anak.

Anak yang dididik dengan gaya asuh seperti ini umumnya akan mengalami berbagai masalah sosial, perilaku, hingga memiliki prestasi akademik yang buruk.

2. Pola asuh permisif

Orang tua dengan pola asuh anak jenis ini bersikap terlalu menuruti kemauan anaknya, mudah memaafkan anak untuk masalah yang serius, tidak menetapkan disiplin dan batasan yang tegas antara anak dan orang tua, serta jarang memberikan hukuman ketika anak melanggar peraturan.

Alih-alih terasa seperti teman, menerapkan pola asuh anak jenis ini justru membuat orang tua tidak dihormati oleh anak. Selain itu, anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif juga cenderung mudah marah, pemberontak, agresif, kurang mandiri, dan sulit mengendalikan diri.

3. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter atau diktator menuntut anak untuk selalu mengikuti peraturan, tetapi tidak memberikan penjelasan mengapa aturan tersebut dibuat. Jika anak melanggarnya, maka hukuman akan diberikan. Bahkan, tak jarang hukuman yang diberikan terbilang cukup keras. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini juga kerap menjadi overparenting.

Salah satu jenis pola asuh otoriter yang berhubungan dengan ambisi orang tua agar anak sukses di bidang akademis tanpa memperhatikan kondisi emosinya adalah tiger parenting.

Sebagai contoh, anak meninggalkan pekerjaan rumah yang belum selesai untuk bermain dengan teman-temannya. Bukannya memberi tahu dan membantu anak untuk menyelesaikan tugasnya, orang tua dengan pola asuh ini tak sungkan untuk memarahi atau bahkan membentak anak di depan teman-temannya dan melarang anak untuk bermain sama sekali.

Pola asuh macam ini memang dapat membuat anak patuh pada peraturan. Hanya saja, anak akan sulit bersosialisasi, memiliki rasa percaya diri yang rendah, rentan mengalami depresi, dan sering berbohong untuk menghindari hukuman.

Bahkan, tidak sedikit pula anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter akan mendapatkan inner child yang terluka, memiliki gangguan kepribadian, dan menjadi seseorang yang tak segan melakukan tindakan kekerasan.

4. Pola asuh otoritatif

Menurut penelitian, pola asuh anak otoritatif merupakan jenis pola asuh yang paling berdampak positif untuk anak dibandingkan jenis pola asuh lainnya. Pola asuh ini dilakukan dengan cara menerapkan peraturan yang jelas dan tegas pada anak.

Berbeda dengan pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif tetap disertai dukungan dan rasa sayang. Orang tua yang memiliki gaya asuh otoritatif akan menjelaskan alasan mengapa aturan dibentuk dan mengapa anak harus menurutinya.

Contohnya, saat anak tidak mau makan, orang tua bisa melarang anak untuk tidak meninggalkan meja makan hingga makanannya habis. Di saat yang bersamaan, orang tua menanyakan alasan ia tidak mau makan, lalu memberikan pengertian bahwa makan baik untuk kesehatan dan membuatnya bertenaga saat belajar dan bermain.

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh jenis ini cenderung mampu mengendalikan emosi, lebih mandiri, bertanggung jawab, kooperatif, dan terbuka. Beberapa penelitian bahkan menyatakan bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh otoritatif memiliki prestasi akademik atau tingkat kecerdasan yang baik.

Menerapkan pola asuh yang tepat merupakan salah satu tanggung jawab orang tua kepada anak. Namun, penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki karakter dan tipe kepribadian yang berbeda. Cara mengasuh yang baik bagi satu anak belum tentu cocok diterapkan pada anak yang lain.

Untuk menentukan pola asuh yang paling tepat bagi Si Kecil, jangan ragu untuk berdiskusi dengan guru sekolahnya. Bila perlu, Anda juga bisa berkonsultasi ke psikolog.