Pemasangan kateter urine adalah prosedur pemasangan selang untuk mengeluarkan urine. Selang kecil ini dapat dimasukkan melalui lubang saluran kemih atau melalui lubang kecil di perut.
Kateter urine terbuat dari lateks atau silikon, serta memiliki ukuran dan jenis yang beragam. Jenis yang paling sering digunakan adalah kateter Foley.
Pemasangan kateter urine dilakukan untuk mengeluarkan urine pada pasien yang tidak bisa buang air kecil, agar terhindar dari kerusakan ginjal. Selang ini juga dipasang pada pasien yang sering mengompol karena kondisi tertentu, misalnya stroke.
Tujuan dan Indikasi Pemasangan Kateter Urine
Tujuan pemasangan kateter urine antara lain untuk:
- Mengeluarkan urine
- Mengosongkan kandung kemih
- Memasukkan obat-obatan, seperti obat kemoterapi kanker kandung kemih, secara langsung ke dalam kandung kemih
- Membersihkan kandung kemih dengan cairan khusus (irigasi kandung kemih)
- Mengukur keseimbangan cairan tubuh pasien yang dirawat di ICU
Pemasangan kateter urine terutama ditujukan pada pasien yang sulit buang air kecil (retensi urine) atau sulit menahan buang air kecil (inkontinensia urine). Kedua keluhan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
- Penyumbatan du saluran kemih, seperti batu kandung kemih, batu ginjal, pembesaran kelenjar prostat, atau gumpalan darah di dalam kandung kemih
- Cedera pada saraf tulang belakang dan kandung kemih sehingga fungsi kandung kemih terganggu
- Stroke, atau demensia
- Spina bifida
- Penggunaan obat yang berefek samping pada otot kandung kemih, seperti obat penenang dan morfin
Kateter urine juga umumnya dipasang pada pasien yang menjalani operasi dengan bius setengah badan (spinal), misalnya operasi caesar, operasi hernia, atau operasi prostat dengan teknik transurethral resection of the prostate (TURP).
Pasien yang menjalani operasi di area panggul dan kelamin juga perlu dipasang kateter urine.
Peringatan dan Larangan Pemasangan Kateter Urine
Pemasangan kateter urine tidak dianjurkan pada pasien dengan kondisi berikut:
- Luka pada lubang kencing
- Kencing darah (hematuria)
- Infeksi saluran kemih (ISK)
- Penyempitan atau sumbatan di lubang saluran kemih
- Memar atau hematoma pada buah zakar (skrotum)
- Cedera pada saluran dan kandung kemih
Pasien perlu memberi tahu dokter jika pernah atau sedang alergi terhadap lateks, mengalami gangguan pembekuan darah, atau menggunakan obat pengencer darah.
Sebelum Pemasangan Kateter Urine
Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum pemasangan kateter urine. Dokter akan memberikan informasi menyeluruh tentang prosedur ini, termasuk manfaat dan risikonya. Pasien dapat bertanya jika kurang paham mengenai kateter urine.
Prosedur Pemasangan Kateter Urine
Prosedur pemasangan kateter urine dapat dilakukan oleh dokter atau perawat, di rumah sakit maupun di rumah. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis dan tahapannya:
Indwelling catheter
Indwelling catheter adalah jenis kateter yang dipasang dengan cara memasukkan selang langsung ke dalam lubang saluran kencing, baik untuk waktu singkat maupun lama. Meski dapat bertahan dalam waktu lama, indwelling catheter perlu diganti tiap 1−3 bulan sekali.
Pada pemasangan kateter jenis ini, dokter atau perawat akan melakukan beberapa langkah berikut:
- Meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan dibuka lebar
- Membersihkan area kelamin dengan sabun dan air, atau cairan antiseptik
- Melumuri kateter dengan gel pelumas
- Memasukkan kateter melalui lubang saluran kemih (uretra) hingga ke kandung kemih
- Menyuntikkan air untuk menggembungkan balon kecil agar kateter tidak bergeser atau keluar dari tubuh
- Menyambungkan ujung luar kateter ke kantung penampung urine
Selain melalui lubang saluran kencing, kateter ini juga bisa dipasang melalui sayatan kecil di perut, atau yang dikenal sebagai suprapubic catheter. Pemasangan suprapubic catheter dilakukan oleh dokter dalam tahap-tahap berikut:
- Meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan kedua kaki ditekuk dan dibuka lebar
- Membersihkan permukaan kulit di area kandung kemih dengan menggunakan cairan antiseptik
- Meraba perut bagian bawah untuk mencari letak kandung kemih secara tepat
- Menyuntikkan obat bius lokal pada kulit di area perut tersebut
- Membuat sayatan kecil sekitar 4 mm
- Memasukkan kateter dengan bantuan alat seperti jarum suntik yang tebal (obturator), untuk membantu memasukkan dan mengarahkan selang kateter pada posisinya
- Melepaskan obturator jika kateter telah terpasang dengan benar di kandung kemih
- Menggembungkan balon kecil agar kateter tidak bergeser
- Menjahit sayatan dan membersihkan area di sekitarnya
Condom catheter
Condom catheter merupakan kateter yang hanya bisa digunakan oleh pria. Sesuai namanya, kateter ini berbentuk seperti kondom sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam lubang kencing. Kateter jenis ini harus diganti setiap hari.
Pada pemasangan condom catheter, dokter atau perawat akan melakukan hal-hal berikut:
- Membersihkan penis menggunakan sabun dan air hangat
- Memeriksa apakah terdapat luka atau iritasi pada penis
- Memasang kateter di ujung penis, lalu menggulungnya ke belakang hingga menutupi pangkal penis
- Memastikan kateter kondom tetap longgar agar aliran darah tetap lancar
- Menghubungkan selang kateter dengan kantung penampung urine
Setelah Pemasangan Kateter Urine
Dokter atau perawat akan mengajarkan pasien tata cara merawat kateter urine secara mandiri, yaitu:
- Mengosongkan kantung penampung urine setiap 8 jam sekali atau ketika sudah setengah penuh
- Membersihkan area kulit tempat masuknya kateter dengan air hangat dan sabun setiap hari
- Tidak memosisikan kantung penampung urine lebih tinggi daripada selang kateternya, untuk menghindari macetnya aliran urine
Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk banyak minum air putih guna mencegah infeksi saluran kemih. Selain itu, pasien disarankan untuk rutin mencuci tangan, terutama jika akan memegang perangkat kateter.
Komplikasi atau Efek Samping Pemasangan Kateter Urine
Pemasangan kateter urine dapat menimbulkan beberapa komplikasi atau efek samping berikut:
- Nyeri atau rasa tidak nyaman
- Infeksi saluran kemih (ISK)
- Rasa ingin selalu buang air kecil
- Darah dalam urine
- Reaksi alergi terhadap bahan kateter urine, seperti silikon atau lateks
- Cedera di saluran kemih
- Batu kandung kemih, meski jarang terjadi
- Kerusakan ginjal, akibat penggunaan indwelling catheter jangka panjang
- Sepsis
Pasien perlu segera ke dokter jika mengalami kondisi berikut setelah pemasangan kateter urine:
- Nyeri parah di perut bagian bawah
- Keluar darah dari lubang saluran kemih atau terlihat darah di dalam selang kateter
- Urine bocor
- Demam atau menggigil
- Luka atau bengkak di area kelamin
- Terdapat endapan di kantung urine
- Urine menjadi keruh dan berbau
- Urine tidak keluar meski cukup minum air putih