Pembekuan sel telur bertujuan untuk menyimpan sel telur yang sehat dan berkualitas agar bisa dibuahi di kemudian hari. Prosedur ini bisa meningkatkan peluang kehamilan pada wanita yang tidak lagi berusia muda. Namun, ada hal-hal yang perlu diketahui serta dipertimbangkan sebelum menjalani pembekuan sel telur.
Tidak semua wanita siap untuk merencanakan kehamilan dalam waktu dekat, baik karena alasan karir maupun kesehatan. Menderita beberapa kondisi kesehatan tertentu, seperti menderita endometriosis, autoimun, atau kanker, juga dapat membuat wanita menunda kehamilan.
Salah satu cara agar untuk menjaga peluang kehamilan di kemudian hari adalah dengan menjalani pembekuan sel telur (egg freezing). Pada metode ini, sel telur akan dibekukan dan disimpan hingga tiba saatnya kehamilan direncanakan.
Prosedur Pembekuan Sel Telur
Tingkat kesuburan wanita umumnya berada di usia 20–30 tahun, sehingga peluang kehamilan akan lebih tinggi di usia ini. Namun, beberapa kondisi bisa menyebabkan tertundanya kehamilan di usia subur. Meski demikian, bukan berarti wanita tidak bisa hamil jika sudah melewati usia subur.
Untuk mempertahankan kualitas sel telur dan peluang terjadinya kehamilan, metode pembekuan sel telur bisa menjadi salah satu pilihan. Peluang kehamilan dengan metode pembekuan sel telur terbilang cukup tinggi, yakni sekitar 60–70%.
Prosedur ini bisa berlangsung selama 2–3 minggu dan terdiri dari beberapa tahap. Berikut ini adalah tahapan-tahapan prosedur pembekuan sel telur:
1. Persiapan
Anda harus berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter spesialis kandungan ahli fertilitas endokrinologi reproduksi. Nantinya, dokter akan menjelaskan bagaimana proses pembekuan sel telur dijalankan, apa saja risikonya, dan seberapa besar tingkat keberhasilannya.
Setelah konsultasi, dokter akan memeriksa kesehatan dan kesuburan Anda. Berikut ini adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter:
- Pemeriksaan BMI atau IMT (indeks massa tubuh) untuk mengetahui status gizi
- Pemeriksaan hormon reproduksi
- Tes darah untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum
- USG transvaginal guna memeriksa kondisi kesehatan organ reproduksi, terutama jumlah cadangan sel telur
- Pemeriksaan penyakit menular, seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C
Pemeriksaan jumlah sel telur dilakukan agar dokter bisa memastikan berapa jumlah dan kualitas sel telur yang akan diambil. Setelah hasil konsultasi dan semua pemeriksaan dinyatakan mendukung untuk dilakukan pembekuan telur, dokter akan berdiskusi dengan Anda untuk menjadwalkan proses selanjutnya.
2. Pemberian suntik hormon
Untuk meningkatkan keberhasilan metode pembekuan sel telur, dokter akan memberikan suntikan hormon guna merangsang ovarium memproduksi lebih banyak sel telur matang yang siap dibekukan. Makin banyak jumlah sel telur yang matang, makin tinggi pula peluang keberhasilan prosedur ini.
Suntik hormon akan dilakukan selama 10–12 hari berturut-turut. Selama proses tersebut, dokter akan memantau perkembangan sel telur Anda melalui USG dan pemeriksaan darah.
3. Pengambilan sel telur
Setelah pemberian suntik hormon, dokter akan mengambil beberapa sel telur yang sudah matang dari ovarium Anda. Proses pengambilan sel telur didahului dengan menyuntikkan obat bius kepada Anda. Setelah itu, dokter mengambil sel telur menggunakan alat khusus dengan panduan USG.
4. Pembekuan sel telur
Sel telur yang sudah diambil akan dipindahkan ke tabung kemudian diserahkan ke ahli embriologi untuk diperiksa dan dibekukan. Sel telur dapat disimpan hingga 10 tahun ke depan, atau ketika sudah siap untuk dilakukan program hamil melalui metode bayi tabung.
Kondisi di mana Pembekuan Sel Telur Dilakukan
Metode pembekuan sel telur dapat dipertimbangkan untuk dilakukan oleh wanita dengan beberapa kondisi berikut ini:
- Menderita kanker dan akan menjalani kemoterapi
- Menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS)
- Menderita endometriosis
- Didiagnosis menderita menopause dini
- Sedang menunda kehamilan hingga waktu yang tidak menentu
- Berencana untuk membangun keluarga di luar usia subur
Kekurangan Prosedur Pembekuan Sel Telur
Sama seperti tindakan medis lain, pembekuan sel telur juga mungkin menimbulkan efek samping, seperti kram perut, kembung, dan sembelit. Keluarnya bercak dari vagina juga bisa saja terjadi selama 24 jam pertama setelah prosedur ini dilakukan.
Meskipun jarang terjadi, pembekuan sel telur juga memiliki risiko berikut ini:
- Sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) yang lebih mungkin dialami oleh wanita yang berusia di kurang dari 35 tahun, menderita PCOS, dan memiliki IMT kurang
- Perubahan hormon yang memengaruhi suasana hati
Selain kemungkinan timbulnya efek samping, ada hal lain yang perlu dipertimbangkan sebelum menjalani prosedur ini, seperti:
- Risiko kegagalan
- Biaya yang tidak sedikit dan tidak dijamin asuransi
- Persiapan fisik
- Perubahan emosional, terutama jika kurang mendapat dukungan dari orang terdekat
Pembekuan sel telur memang masih asing di kalangan masyarakat Indonesia, tetapi metode ini sudah bisa dilakukan di beberapa rumah sakit. Meski begitu, sesuai dengan peraturan pemerintah, sel telur yang dibekukan hanya boleh digunakan oleh pemiliknya dan dibuahi oleh pasangan sahnya.
Bila Anda mempertimbangkan untuk melakukan pembekuan sel telur, atau memiliki beberapa kondisi medis yang meningkatkan kemungkinan untuk menunda kehamilan, konsultasikanlah terlebih dahulu dengan dokter. Dengan demikian, dokter dapat memberikan saran yang sesuai dengan kondisi Anda.