Obat kencing darah digunakan untuk mengatasi adanya darah dalam urine. Obat ini biasanya diberikan setelah dokter memastikan penyebabnya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui lebih dulu penyebab kencing darah sebelum mengobatinya.
Kencing darah atau hematuria adalah kondisi ketika terdapat darah pada urine. Akibatnya, urine berwarna merah hingga kecokelatan menyerupai teh. Ada pula kasus kencing darah yang tidak bergejala, sehingga urine seolah-olah tampak normal.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa tes urine untuk memastikan apakah seseorang menderita kencing darah atau tidak.
Penyebab Kencing Darah
Kencing darah bisa saja disebabkan oleh kondisi yang tidak berbahaya, seperti menstruasi, olahraga yang terlalu berat, konsumsi buah naga, atau konsumsi obat tertentu, misalnya rifampicin dan pirazinamid.
Namun, kencing darah juga bisa terjadi ketika sel darah merah masuk ke dalam urine melalui ginjal, saluran kemih, atau kandung kemih akibat penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti:
1. Infeksi
Kencing darah bisa menjadi tanda adanya infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal. Infeksi terjadi akibat kuman yang masuk dan berkembang biak di kandung kemih maupun ginjal.
Selain urine berdarah, infeksi dapat menimbulkan rasa nyeri atau perih saat buang air kecil, anyang-anyangan, demam, dan perut bagian bawah terasa nyeri.
2. Gangguan pada saluran kemih
Beberapa gangguan pada saluran kemih, seperti peradangan pada saluran kemih (uretritis) atau kelenjar prostat (prostatitis), bisa menyebabkan adanya darah dalam urine.
Selain itu, kencing darah juga dapat terjadi akibat penyumbatan pada saluran kemih, misalnya batu kandung kemih, pembesaran prostat jinak (BPH), atau tumor dan kanker.
3. Gangguan pada ginjal
Ada beberapa gangguan atau penyakit pada ginjal yang dapat menyebabkan kencing darah, di antaranya glomerulonefritis, batu ginjal, sindrom nefritik, gagal ginjal, kanker atau tumor ginjal, penyakit ginjal polikistik, dan cedera pada ginjal.
4. Efek samping obat-obatan
Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat kemoterapi, antibiotik, dan antikoagulan atau obat pengencer darah, dapat menyebabkan efek samping berupa kencing darah.
Selain beberapa penyebab di atas, kencing darah juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti anemia sel sabit dan sindrom Alport.
Obat Kencing Darah yang Tepat
Kencing darah yang disertai gejala lain sebaiknya tidak dianggap remeh dan harus diperiksa oleh dokter secepatnya. Setelah dokter melakukan pemeriksaan dan menentukan penyebab kencing darah, barulah obat kencing darah yang tepat dapat diberikan.
Berikut ini adalah obat kencing darah sesuai dengan penyebabnya:
- Antibiotik, diberikan bila kencing darah disebabkan infeksi bakteri di saluran kemih atau ginjal
- Obat penghambat alfa, diberikan jika kencing darah disebabkan oleh pembesaran prostat jinak guna melemaskan otot di kelenjar prostat dan kandung kemih, serta mengecilkan prostat
- Antinyeri, seperti parasetamol atau ibuprofen, untuk mengurangi rasa sakit akibat gejala kencing darah.
Tidak hanya melalui pemberian obat kencing darah, penyakit ini juga dapat disembuhkan dengan berbagai prosedur lain, seperti extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) untuk mengatasi batu di saluran kemih, kemoterapi untuk menangani kanker, serta operasi pengangkatan batu atau tumor.
Untuk mencegah terjadinya keluhan kencing darah, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatan ginjal dan saluran kemih dengan cara berikut ini:
- Perbanyak konsumsi air putih.
- Batasi konsumsi kafein, garam, dan gula.
- Hentikan kebiasaan merokok.
- Gunakan kondom setiap berhubungan intim dan hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.
- Hindari kebiasaan menahan buang air kecil.
- Bersihkan organ intim setelah buang air kecil. Bagi para wanita, disarankan untuk membersihkan organ intim dengan cara yang benar, yaitu dari arah vagina menuju anus.
Ketika Anda merasakan keluhan kencing darah, segeralah berobat ke dokter untuk mendapatkan obat kencing darah yang tepat dan sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan yang tepat dapat mencegah komplikasi berbahaya, seperti anemia dan kerusakan berat pada ginjal.