Pemeriksaan D-dimer dan CRP dilakukan untuk mendeteksi infeksi dan masalah pembekuan darah yang kerap dialami oleh pasien COVID-19. Dengan begitu, dokter dapat segera melakukan langkah penanganan sejak dini untuk mencegah perburukan kondisi.
Infeksi virus Corona dapat memengaruhi berbagai sel dan jaringan tubuh, termasuk darah. Nah, pemeriksaan D-dimer dan CRP pada pasien COVID-19 dilakukan untuk mengetahui peningkatan kadar protein dalam darah.
Pengukuran kadar protein tersebut dapat dijadikan parameter untuk mengetahui apakah ada gumpalan atau bekuan darah dan mendeteksi infeksi atau peradangan dalam tubuh.
Pemeriksaan D-dimer
Pemeriksaan D-dimer dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein D-dimer dalam darah. Protein ini berfungsi untuk memecah darah yang membeku di pembuluh darah.
Dalam kondisi normal, D-dimer tidak akan terdeteksi. Apabila terdeteksi, itu berarti ada bekuan darah di dalam tubuh, meski tidak diketahui lokasinya secara spesifik. Jumlah D-dimer yang biasa dijadikan patokan untuk mendeteksi adanya bekuan darah adalah 500 nanogram per mililiter darah atau lebih.
Pada penderita COVID-19, jumlah protein D-dimer dapat meningkat secara signifikan. Hal ini diduga disebabkan oleh badai sitokin yang memicu ketidakseimbangan antara pembentukan dan pemecahan bekuan darah.
Semakin tinggi jumlah D-dimer dalam darah, semakin besar pula risiko pasien COVID-19 mengalami pengentalan atau penggumpalan darah. Kondisi ini bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti trombosis vena dalam, emboli paru, atau stroke.
Pemeriksaan CRP
Jika pemeriksaan D-dimer dilakukan untuk mendeteksi protein D-dimer, pemeriksaan CRP ditujukan untuk mengetahui kadar protein CRP (C-Reactive Protein) dalam darah. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi peradangan pada tubuh atau mengetahui tingkat keparahan kondisi kronis tertentu.
Dalam kondisi normal, jumlah protein CRP dalam darah adalah kurang dari 10 miligram per liter darah. Namun, pada penderita COVID-19, jumlah CRP bisa meningkat melebihi batas normal, bahkan mencapai 86%.
Kadar CRP akan naik dengan cepat 6–8 jam setelah gejala pertama muncul dan akan mencapai puncaknya dalam waktu 48 jam. Kadar CRP akan turun jika peradangan selesai dan pasien dinyatakan sembuh.
Sama seperti kenaikan D-dimer, peningkatan CRP dalam darah penderita COVID-19 juga diduga disebabkan oleh badai sitokin. Selain itu, peningkatan protein CRP juga dipercaya berkaitan dengan kerusakan jaringan tubuh.
Meningkatnya kadar protein CRP pada pasien COVID-19 bisa menyebabkan penurunan saturasi oksigen, trombosis vena dalam dan emboli paru, cedera ginjal akut, hingga kematian.
Bila Anda dinyatakan positif COVID-19, mengalami gejala sedang atau berat, dan sedang menjalani isolasi mandiri, baik di rumah maupun pusat isolasi, ada baiknya jika Anda melakukan pemeriksaan D-dimer dan CRP secara rutin dengan dokter untuk mendeteksi infeksi atau bekuan darah sejak dini.
Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi chat ALODOKTER guna mendapatkan informasi seputar pemeriksaan dan penanganan COVID-19 yang dapat Anda lakukan.