Saat bayi mengalami diare, hindari memberikannya obat diare yang dijual bebas. Obat diare untuk bayi tidak boleh diberikan sembarangan karena dapat membahayakan kesehatannya.
Tinja bayi normalnya memang lebih lembek daripada orang dewasa. Selain itu, frekuensi buang air besar (BAB) pada bayi juga bisa lebih sering. Bayi yang hanya mendapatkan ASI bisa BAB sebanyak 3–12 kali dalam sehari. Frekuensi ini akan berkurang setelah usianya memasuki 6-8 minggu.
Bayi dikatakan mengalami diare jika ia lebih sering BAB secara tiba-tiba dengan teksur tinja berair. Diare pada bayi juga dapat dikenali dari warna fases bayi diare yang lebih hijau atau lebih gelap dari biasanya dan berbau busuk. Pada kondisi yang lebih serius, tinja bayi dapat disertai dengan lendir atau darah.
Penyebab Diare pada Bayi
Diare pada bayi biasanya tidak berlangsung lama dan dapat sembuh dengan sendirinya. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan diare pada bayi:
- Infeksi virus, bakteri, atau parasit
- Perubahan pola makan bayi atau perubahan pola makan ibu jika menyusui
- Konsumsi antibiotik oleh bayi atau oleh ibu menyusui
- Penyakit langka seperti cystic fibrosis
- Intoleransi laktosa
Pada bayi yang sudah mendapatkan MPASI, diare dapat disebabkan oleh alergi makanan atau keracunan makanan.
Penanganan dan Obat Diare untuk Bayi
Saat mengalami diare, bayi akan kehilangan lebih banyak cairan, sehingga rentan mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada bayi maupun anak-anak dapat terjadi secara cepat.
Berikut ini adalah tanda-tanda dehidrasi pada bayi yang harus diwaspadai
- Buang air kecil lebih jarang dari biasanya
- Mulut dan bibir kering
- Tidak mengeluarkan air mata saat menangis
- Mata dan ubun-ubun tampak cekung
- Kulit kering dan tidak elastis setelah dicubit
- Lemas dan rewel
Penanganan diare pada bayi yang utama adalah menjaga bayi tetap terhidrasi. Berikut ini adalah penanganan dan obat diare untuk bayi yang dapat Ayah dan Bunda berikan:
1. Memberikan ASI
Diare pada bayi, terutama bayi yang berusia di bawah 6 bulan, dapat diatasi dengan memberinya ASI lebih sering. Nutrisi dalam ASI mudah diserap oleh tubuh bayi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengembalikan cairan tubuh bayi yang hilang.
Selain itu, antibodi yang terkandung dalam ASI dapat membantu bayi melawan penyebab infeksi dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Jika bayi mengonsumsi susu formula, tetap berikan ia susu formula dengan takaran seperti biasa, kecuali jika dokter memberikan saran lain.
2. Memberikan oralit
Pada bayi berusia di atas 6 bulan, pemberian ASI dapat dilanjutkan dengan diselingi pemberian cairan elektrolit, seperti oralit. Berikan oralit sebanyak 2 sendok makan atau 30 ml, setiap 30–60 menit.
Jika bayi muntah, berikan oralit secara bertahap, mulai dari 1 sendok teh atau 5 ml setiap 10–15 menit. Tunda dulu memberikan makanan padat saat bayi masih mual dan muntah.
3. Memberikan suplemen zinc
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian suplementasi zinc sebanyak 20 mg/hari selama 10–14 hari sebagai obat diare pada bayi 0–6 bulan, khususnya yang mengalami diare akut.
Menurut penelitian, suplementasi zinc mampu menurunkan tingkat keparahan penyakit dan frekuensi BAB saat diare. Di samping itu, pemberian sumplementasi zinc juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan fungsi pencernaan pada anak yang mengalami diare.
Meski demikian, dokter mungkin menyarankan dosis yang berbeda sesuai usia anak atau kondisi diare yang dideritanya. Untuk menentukan dosis zinc sebagai obat diare untuk bayi, Ayah atau Bunda bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak.
4. Memberikan probiotik
Probiotik adalah sekelompok bakteri baik yang membantu melindungi dan memelihara kesehatan sistem pencernaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik dapat mendukung proses penyembuhan dan mempercepat pemulihan bayi yang mengalami diare.
Ayah dan Bunda bisa memberikan beberapa makanan yang kaya akan probiotik ke anak yang sudah mulai MPASI, seperti yogurt dan tempe. Selain itu, probiotik juga tersedia dalam bentuk suplemen yang dapat diberikan sebagai obat diare untuk bayi.
5. Memberikan antibiotik
Penggunaan antibiotik sebagai obat diare untuk bayi harus di bawah pengawasan dokter. Hal ini karena diare pada bayi dan anak-anak umumnya tidak membutuhkan antibiotik.
Pemberian antibiotik hanya efektif untuk diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sementara jika disebabkan oleh infeksi parasit, dokter dapat meresepkan obat antiparasit yang sesuai.
Pemberian antibiotik yang tidak sesuai dapat menimbulkan efek samping, membuat bakteri kebal terhadap obat tersebut, bahkan dapat menjadi penyebab diare pada bayi.
Itulah penanganan dan obat diare untuk bayi yang dapat Ayah dan Bunda berikan. Jika Si Kecil mengalami diare yang tidak kunjung sembuh dalam waktu 2 hari, semakin parah, atau disertai dengan BAB darah, lendir, atau nanah, segera periksakan Si Kecil ke dokter.