Penis bengkok merupakan kondisi yang normal terjadi saat ereksi dan umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, bila penis bengkok disertai rasa nyeri atau keluhan lain yang menyebabkan masalah saat berhubungan seksual, kondisi ini sebaiknya ditangani langsung oleh dokter.
Penis bengkok merupakan salah satu variasi anatomi yang normal. Kondisi penis ini umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus apabila bengkoknya tidak terlalu signifikan, tidak menyebabkan nyeri pada penis, sulit berhubungan seksual, atau mengalami masalah ejakulasi.
Meski normal terjadi, Anda tetap harus waspada terhadap kondisi penis bengkok karena bisa menjadi gejala dari sebuah kondisi medis yang memerlukan penanganan oleh dokter.
Penyebab Penis Bengkok
Di dalam penis terdapat jaringan menyerupai spons yang dialiri darah dan dapat mengembang saat mengalami ereksi atau terangsang secara seksual. Pada umumnya, penis bengkok terjadi saat jaringan tersebut tidak mengembang secara merata dikarenakan variasi anatomi penis yang normal.
Namun, pada beberapa kasus, kondisi penis bengkok memerlukan penanganan secara medis bila disebabkan oleh kondisi berikut ini:
- Penyakit Peyronie
- Penyakit autoimun
- Cedera pada penis
- Kelainan pada penis yang dipengaruhi oleh faktor keturunan
Penis bengkok juga dapat terjadi pada bayi yang mengalami hipospadia atau kelainan pada lubang saluran kencing (uretra).
Waspadai Penis Bengkok Akibat Penyakit Peyronie
Sebelumnya telah disebutkan bahwa salah satu penyebab penis bengkok adalah penyakit Peyronie. Namun, penyebab utama penyakit ini belum diketahui secara pasti. Kondisi ini diduga terjadi akibat adanya cedera berulang pada penis.
Penyakit ini dapat dialami pria tanpa mengenal usia, tetapi paling sering terjadi pada pria berusia lebih dari 40 tahun. Selain itu, penyakit ini juga dapat diturunkan dalam keluarga. Meski demikian, penyakit Peyronie tidak disebabkan oleh penyakit menular seksual atau kanker.
Pria yang pernah menjalani operasi atau menjalani terapi radiasi untuk mengobati kanker prostat juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit Peyronie.
Selain penis bengkok saat ereksi, tanda atau gejala lain dari penyakit Peyronie meliputi:
- Nyeri pada penis saat ereksi
- Terjadi penebalan atau benjolan pada batang penis
- Terdapat perubahan pada bentuk penis
- Panjang dan diameter penis berubah
Pada kasus yang parah, penis bengkok dapat menyebabkan penderitanya tidak dapat berhubungan seksual karena nyeri hebat yang muncul. Penis bengkok karena penyakit Peyronie juga berisiko menyebabkan disfungsi ereksi.
Penyakit Peyronie ini biasanya dapat dideteksi dari pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan USG penis. Setelah diagnosis dipastikan dan kelengkungan penis lebih dari 30°, dokter akan memberikan penanganan melalui pemberian obat-obatan minum atau suntikan pada penis serta terapi radiasi.
Pada kasus yang sangat berat, penis bengkok pada penyakit Peyronie harus ditangani dengan operasi pengangkatan sebagian area penis atau penanaman alat untuk meluruskan penis.
Metode operasi lain untuk menangani penyakit Peyronie adalah litotripsi gelombang kejut. Meski demikian, setiap prosedur operasi pada area penis dapat menyebabkan efek samping berupa impotensi.
Prosedur operasi umumnya baru akan dilakukan setelah kurang lebih 1 tahun setelah mendapat diagnosis. Hal ini dikarenakan penis bengkok biasanya dapat membaik dengan sendirinya tanpa penanganan khusus. Untuk mencegah terjadinya komplikasi, periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami penis bengkok dan merasa sakit saat ereksi.