Penis patah bisa terjadi akibat robekan pada jaringan yang menegang ketika penis ereksi. Kondisi ini biasanya terjadi karena cedera saat aktivitas seksual. Penis patah memerlukan penanganan yang cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya kelainan bentuk atau impotensi permanen. 

Penis memiliki jaringan berstruktur seperti spons, yang disebut dengan corpora cavernosa. Jaringan ini akan terisi darah ketika ada rangsangan seksual sehingga membuat penis membesar dan mengeras atau ereksi.

Penis Patah

Corpora cavernosa dilapisi oleh tunica albuginea, yaitu jaringan ikat yang terdiri dari serat-serat elastis. Jaringan ikat ini juga akan ikut meregang dan menahan tekanan dari dalam corpora cavernosa ketika ereksi. Penis patah terjadi ketika tunica albuginea robek akibat penis yang sedang ereksi mengalami cedera atau terkena benturan keras.

Penyebab Penis Patah

Penis patah terjadi akibat cedera atau benturan keras pada penis yang sedang ereksi sehingga merobek tunica albuginea. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut:

  • Penis membentur bagian di antara vagina dan anus (perineum) atau tulang panggul saat berhubungan intim
  • Masturbasi yang dilakukan terlalu kencang atau kasar
  • Benturan keras pada penis, misalnya karena terjatuh, saat sedang ereksi
  • Pijat alat vital tradisional yang diklaim dapat mengubah bentuk atau ukuran penis

Penis patah umumnya lebih berisiko terjadi pada pria berusia antara 30–50 tahun. Selain itu, posisi saat berhubungan intim, seperti woman on top (wanita di atas), juga dapat meningkatkan risiko penis patah. 

Ketika wanita berada di atas saat berhubungan seks, ia biasanya akan menumpukan seluruh berat tubuhnya pada penis yang sedang ereksi. Hal ini yang membuat wanita mungkin tidak menyadari ketika posisi penis berubah atau tertekuk sehingga bisa mengakibatkan penis patah.

Gejala Penis Patah

Gejala penis patah dapat meliputi:

  • Bunyi letupan atau retakan pada penis
  • Penis yang tadinya ereksi langsung lemas 
  • Nyeri berat pada penis
  • Penis bengkak
  • Memar akibat penumpukan darah di bawah kulit penis
  • Keluar darah dari ujung penis

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter jika Anda mengalami cedera pada penis dan timbul gejala-gejala di atas. Jika pernah mengalami cedera pada penis yang belum diperiksakan ke dokter, Anda tetap perlu berkonsultasi dengan dokter, terutama jika terdapat keluhan berikut:

  • Sulit buang air kecil
  • Urine mengandung darah (hematuria)
  • Perubahan warna pada penis
  • Perubahan bentuk penis
  • Bengkak atau nyeri pada penis

Diagnosis Penis Patah

Untuk memulai diagnosis penis patah, dokter pertama-tama akan bertanya terkait hal-hal berikut:

  • Gejala yang dialami dan kapan gejala terjadi
  • Penyakit yang pernah diderita
  • Cedera yang mungkin terkait dengan munculnya gejala
  • Aktivitas seksual

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda-tanda patah pada penis. Umumnya, dokter dapat mendiagnosis penis patah dari pemeriksaan ini. Namun, dokter masih bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kerusakan jaringan dan merencanakan pengobatan pasien. 

Pemeriksaan yang mungkin dilakukan antara lain:

  • USG, untuk melihat lokasi dan keparahan robekan tunica albuginea
  • MRI, untuk melihat lokasi dan keparahan robekan dengan lebih detail, sekaligus untuk persiapan operasi
  • Retrograde urethrogram, untuk memeriksa apakah uretra (saluran kemih di dalam penis) juga mengalami cedera
  • Cavernosografi, yaitu prosedur untuk melihat struktur corpora cavernosa, jika gejala dan hasil pemeriksaan fisik masih meragukan

Pengobatan Penis Patah

Penis patah harus segera dioperasi setidaknya dalam waktu 8 jam setelah cedera terjadi. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi. 

Pada prosedur operasi, dokter akan melakukan hal-hal berikut:

  • Membersihkan atau mengeluarkan darah yang menumpuk di penis
  • Menjahit tunica albuginea dan jaringan lain yang robek
  • Memperbaiki uretra jika juga mengalami cedera

Setelah operasi, pasien mungkin masih perlu menjalani rawat inap di rumah sakit selama beberapa hari. Jika terjadi robekan pada uretra, pasien masih akan  menggunakan kateter setidaknya selama 2 minggu. 

Dokter atau perawat akan memberi tahu pasien cara merawat luka operasi dan gejala komplikasi yang perlu diwaspadai setelah prosedur bedah. Dengan begitu, pasien bisa segera ke dokter jika mengalami komplikasi dan mendapatkan penanganan yang tepat. 

Setelah diperbolehkan pulang, pasien akan diberikan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk dikonsumsi selama beberapa hari. Pasien juga mungkin akan diberikan obat diazepam untuk mencegah penis ereksi secara tiba-tiba.

Selain itu, pasien akan diminta untuk tidak melakukan hubungan seks selama masa penyembuhan. Pasien bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai waktu yang tepat untuk kembali beraktivitas, seperti bekerja atau berhubungan intim. 

Komplikasi Penis Patah

Jika terlambat ditangani, penis patah dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut:

Pencegahan Penis Patah

Penis patah bisa dicegah dengan menghindari terjadinya cedera atau benturan keras yang mengakibatkan robeknya tunica albuginea. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menggunakan pelumas sebelum berhubungan intim untuk mempermudah penetrasi
  • Berhati-hati jika berhubungan seks dengan posisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penis patah, seperti woman on top
  • Menghindari masturbasi kecuali jika melakukannya dengan pasangan atau sebelum berhubungan intim dengan pasangan
  • Mengenakan pakaian atau celana khusus yang dapat melindungi penis ketika berolahraga
  • Menghindari pijat atau praktik tidak resmi yang mengklaim dapat memperbesar atau memperpanjang penis