Vaksin difteri tidak hanya penting diberikan kepada anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Pasalnya, penyakit yang mudah menular ini juga bisa menyerang orang dewasa yang belum mendapatkan vaksin difteri. Selain mudah menular, difteri juga dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang tenggorokan dan hidung. Difteri dapat menimbulkan gejala berupa batuk, munculnya benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening, dan terbentuknya lapisan putih keabu-abuan di tenggorokan.
Penyakit ini dapat menular melalui udara, yaitu melalui percikan dahak atau air liur ketika penderita difteri bersin dan batuk. Selain itu, penyakit difteri juga bisa menular jika seseorang menyentuh benda yang telah terkontaminasi bakteri penyebab difteri.
Meski dapat menyebar dengan mudah dari satu orang ke orang lain, difteri dapat dicegah melalui pemberian vaksin difteri.
Mencegah Penularan Difteri
Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia menganjurkan pemberian vaksin difteri sebagai upaya penanggulangan dan pencegahan meluasnya KLB (Kejadian Luar Biasa) difteri di Indonesia, seperti yang terjadi pada bulan Desember 2017.
Pada orang dewasa, vaksin difteri tersedia dalam bentuk kombinasi dengan vaksin penyakit lain, yaitu tetanus dan pertusis (vaksin Tdap), atau dengan tetanus saja (vaksin Td).
Vaksin Tdap dapat diberikan pada remaja dan orang dewasa usia 18–64 tahun. Vaksin ini diberikan sebanyak 1 kali dengan dosis pemberian ulang dilakukan setiap 10 tahun.
Pemberian vaksinasi difteri untuk orang dewasa bisa dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan, baik di tempat praktik dokter, klinik vaksinasi, hingga rumah sakit pemerintah atau swasta.
Orang Dewasa yang Memerlukan Vaksin Difteri
Berikut ini adalah beberapa indikasi atau kondisi yang membuat orang dewasa perlu mendapatkan vaksin difteri atau vaksin Tdap:
- Belum pernah menerima vaksin Tdap
- Lupa apakah sudah pernah diberi vaksinasi Tdap atau belum
- Kontak langsung dengan pasien difteri
- Orang dewasa, lansia, dan pengasuh bayi yang sedang merawat bayi di bawah usia 1 tahun
- Bepergian ke wilayah penyebaran atau KLB difteri
- Tinggal serumah, bertetangga, atau pernah/akan menengok penderita difteri
- Ibu baru melahirkan yang belum atau sudah pernah melakukan vaksin difteri
- Hamil dengan usia kandungan 27–36 minggu
Vaksin difteri jarang menimbulkan efek samping. Jika muncul efek samping, keluhannya mirip dengan reaksi imunisasi pada umumnya, seperti nyeri dan pembengkakan di lokasi suntikan dan demam ringan. Efek samping ini biasanya akan mereda sendiri dalam beberapa hari.
Selain itu, vaksin difteri juga bisa saja menimbulkan reaksi alergi pada sebagian orang yang memiliki alergi terhadap bahan dalam vaksin ini. Bila muncul gejala alergi, biasanya pemberian vaksin tidak akan dilanjutkan.
Difteri adalah penyakit yang mudah menular dan berbahaya. Tanpa pengobatan atau vaksinasi, penyakit ini berisiko tinggi menimbulkan kerusakan yang parah pada jantung, ginjal, dan sistem saraf.
Oleh karena itu, kamu dianjurkan untuk mendapatkan vaksin difteri sesuai jadwal, tentunya dengan berkonsultasi dulu ke dokter. Dengan melakukan vaksinasi difteri, kamu juga dapat mencegah penularan penyakit ini ke orang lain.