VCT atau voluntary counselling and testing adalah layanan konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, dan pengobatan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
HIV/AIDS masih menjadi persoalan kesehatan, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2021 diketahui ada sekitar 427 ribu ODHA di Indonesia dengan 61 ribu orang di antaranya meninggal dunia.
Oleh karena itu, konseling VCT sangat penting dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia. Layanan ini tidak hanya dilakukan di rumah sakit, tetapi juga bisa dilakukan di puskesmas atau di klinik penyedia layanan VCT.
Tahapan dan Proses dalam VCT
Pada prinsipnya, VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya, konseling dan tes ini hanya dilakukan atas inisiatif dan persetujuan pihak yang datang ke penyedia layanan VCT untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan yang dilakukan selama VCT pun terjaga kerahasiaannya.
Berikut ini adalah tahapan dan proses layanan VCT:
Tahap 1: konseling sebelum tes
Konseling sebelum tes (prates) dilakukan agar klien mendapatkan informasi sedetail mungkin terkait HIV/AIDS dan tesnya. Ada beberapa hal yang akan disampaikan konselor kepada klien di tahap ini, yaitu:
- Alasan atau tujuan melakukan konseling VCT
- Riwayat kesehatan dan gaya hidup klien
- Penilaian risiko untuk membantu klien memahami faktor risiko HIV/AIDS
- Penilaian kejiwaan klien jika diperlukan
- Penjelasan informasi dasar terkait HIV/AIDS
Setelah konseling ini dilakukan, konselor akan meminta persetujuan klien untuk memulai tahap berikutnya, yaitu tes HIV.
Tahap 2: tes HIV
Jika klien sepakat untuk melakukan tes HIV, barulah konselor menjelaskan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, termasuk meminta persetujuan klien (informed consent). Setelah mendapat persetujuan tertulis, barulah tes HIV dapat dilakukan.
Bila hasil tes sudah muncul, klien akan diberi kabar dan diminta untuk datang kembali ke fasilitas penyedia layanan VCT agar konselor dapat memberitahu hasil tes.
Tahap 3: konseling setelah tes
Setelah menerima hasil tes, klien akan menjalani konseling setelah tes (pascates). Jika hasil tes negatif, konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko terkena HIV/AIDS. Misalnya, mengedukasi klien untuk berhubungan seksual dengan aman, salah satuny dengan menggunakan kondom.
Namun, jika hasil tes positif, konselor akan memberikan dukungan emosional agar penderita tidak patah semangat. Konselor juga akan memberikan informasi tentang langkah berikutnya yang dapat diambil klien, seperti cara meningkatan kualitas hidup, mencegah penularan HIV ke orang lain, serta menjalani pengobatan.
Peran konselor di tahap ini sangat penting untuk mendukung dan membangun mental para penderita HIV agar mereka tetap semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Tak hanya itu, konselor harus memastikan penderita HIV tetap mendapatkan pengobatan secara teratur.
Beberapa Manfaat Melakukan VCT
Berikut adalah beberapa manfaat melakukan VCT:
- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman secara detail terkait HIV/AIDS
- Meningkatkan langkah pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS
- Mendeteksi sedini mungkin risiko terkena HIV/AIDS
- Mendapatkan dukungan penuh untuk meningkatkan kualitas hidup, bagi ODHA
- Mendapat pengobatan antiretroviral (ARV) untuk menekan perkembangan virus HIV, bagi ODHA
Namun, berdasarkan hasil riset Kementerian Kesehatan RI diketahui bahwa layanan konseling VCT dan tes HIV di Indonesia masih tergolong rendah. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan oleh dua hal berikut:
- Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS, sehingga menganggap diri mereka aman dan tak perlu melakukan tes HIV
- Stigma masyarakat terhadap ODHA yang begitu kuat, sehingga ODHA enggan, malu, atau takut melakukan tes HIV
Infeksi HIV/AIDS tergolong penyakit serius yang dapat mengancam jiwa. Tanpa pengetahuan yang cukup, penyebaran HIV akan semakin sulit dihindari.
Dengan berbekal pengetahuan yang baik, VCT tidak hanya mampu mencegah penularan HIV/AIDS, melainkan juga mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
Bila Anda memiliki pertanyaan seputar HIV/AIDS atau ingin menjalani layanan konseling VCT untuk deteksi HIV, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.