Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, keringat berlebih juga bisa menurunkan rasa percaya diri. Kondisi ini dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk penyakit atau kondisi medis tertentu. Lantas, penyakit apa saja yang menjadi penyebab keringat berlebih?
Saat suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat pada kulit akan memproduksi keringat untuk mendinginkan tubuh. Ini merupakan mekanisme alami tubuh yang kerap terjadi saat olahraga, demam, gugup, atau konsumsi makanan pedas.
Namun, jika keringat yang keluar lebih banyak dan tanpa sebab, Anda perlu waspada. Keringat berlebih atau hiperhidrosis dapat menjadi gejala suatu penyakit. Selain itu, keringat berlebih juga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari atau bahkan memicu stres dan cemas.
Berbagai Penyakit Penyebab Keringat Berlebih
Saat mengalami hiperhidrosis, kelenjar keringat bekerja terus-menerus sehingga menghasilkan kelebihan keringat yang tidak dibutuhkan tubuh. Penyebab keringat berlebih ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu hiperhidrosis primer dan sekunder. Berikut ini adalah penjelasannya:
Hiperhidrosis primer
Penyebab hiperhidrosis primer tidak diketahui secara pasti. Kondisi ini biasanya ditandai dengan keringat berlebih di salah satu area tubuh, seperti telapak tangan dan kaki, ketiak, kepala, atau wajah.
Namun, hiperhidrosis primer diduga terjadi karena adanya kelainan pada sistem saraf yang dipengaruhi faktor keturunan atau genetik. Bahkan, sekitar 30–50 persen orang yang mengalami hiperhidrosis primer memiliki riwayat keluarga dengan keringat berlebih.
Hiperhidrosis sekunder
Saat mengalami hiperhidrosis sekunder atau biasa disebut dengan hiperhidrosis umum, keringat berlebih dapat keluar dari salah satu area atau seluruh tubuh penderitanya. Selain itu, penderitanya juga bisa berkeringat saat sedang tidur.
Penyebab hiperhidrosis sekunder adalah kondisi medis tertentu. Kondisi ini biasanya dapat terjadi saat menginjak usia dewasa. Berikut ini adalah beberapa penyakit atau kondisi medis yang dapat memicu hiperhidrosis sekunder:
- Penyakit jantung
- Gangguan tiroid
- Diabetes
- Penyakit infeksi, seperti TB atau tuberkulosis, malaria, dan HIV/AIDS
- Apnea tidur
- Kehamilan
- Menopause
- Stroke
- Penyakit Parkinson
- Kanker, seperti limfoma dan leukemia
- Gangguan kecemasan
Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa menjadi penyebab keringat berlebih. Salah satu jenis obat yang memiliki efek samping ini adalah obat antidepresan, seperti desipramine, nortriptilin, dan protriptilin.
Konsumsi suplemen zinc dan pilocarpine sebagai obat untuk mulut kering juga bisa menyebabkan keringat berlebih.
Beberapa Cara Menangani Keringat Berlebih
Untuk mengurangi keringat berlebih, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan, di antaranya:
- Gunakan antiperspirant di area kulit yang berkeringat.
- Mandi secara rutin setiap hari untuk menghilangkan bakteri pada kulit.
- Gunakan sepatu dan kaus kaki berbahan alami untuk sirkulasi udara yang lebih lancar pada kaki.
Namun, jika beberapa cara di atas tidak mampu mengatasi keringat berlebih, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ada beberapa pilihan pengobatan untuk mengatasi keringat berlebih, yaitu:
1. Antiperspirant khusus
Dokter akan meresepkan antiperspirant khusus yang mengandung 10–20 persen heksadirat aluminium klorida. Obat ini bertujuan untuk menyumbat saluran keringat dan biasanya digunakan untuk mengobati kasus hiperhidrosis yang ringan.
Namun, jenis antiperspirant ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak pakaian jika mengandung aluminium klorida dengan dosis yang terlalu tinggi.
2. Suntik botox
Jika pemberian antiperspirant topikal tidak mampu untuk menangani keringat berlebih, dokter akan memberikan pertimbangan untuk melakukan suntik botox. Suntik ini bertujuan untuk memblokir saraf yang merangsang kelenjar keringat.
Efek suntik botox untuk menangani keringat berlebih ini biasanya dapat bertahan 6–12 bulan dan harus dilakukan secara berulang.
3. Iontoforesis
Prosedur ini menggunakan perangkat yang dapat mengalirkan arus listrik. Arus listrik ini nantinya akan dikirimkan ke tangan, kaki, atau ketiak guna memblokir kelenjar keringat.
Terapi ini berlangsung selama 10–30 menit dan membutuhkan beberapa sesi terapi. Meski jarang terjadi, iontoforesis memiliki efek samping berupa kulit pecah-pecah dan melepuh.
Selain beberapa cara di atas, keringat berlebih juga dapat diatasi dengan prosedur operasi untuk menghilangkan kelenjar keringat di ketiak dan pemberian obat-obatan.
Karena penyakit dan kondisi medis tertentu dapat menjadi penyebab keringat berlebih, segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami hiperhidrosis. Terlebih, jika keringat berlebih disertai dengan nyeri dada, berat badan berkurang tanpa sebab, demam, sesak napas, atau jantung berdebar.