Nyeri betis merupakan keluhan yang umum dialami. Penyebabnya beragam, bisa karena cedera, aktivitas berlebihan, atau gangguan aliran darah di betis. Simak penjelasan berikut mengenai hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri betis serta penanganannya.
Pada betis, terdapat otot gastrocnemius dan soleus yang bertemu pada tendon Achilles, yaitu urat besar di belakang pergelangan kaki yang melekat pada tulang tumit. Gangguan pada betis dapat mengenai kedua otot ini, tendon Achilles, ataupun pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. Keluhan nyeri betis dapat digambarkan sebagai rasa tegang, kram, kaku, atau nyeri tajam di bagian betis.
Beberapa Penyebab Nyeri Betis
Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan nyeri betis:
1. Cedera akibat terbentur
Benturan dengan benda tumpul, terjatuh, atau tertendang pada area betis dapat menimbulkan nyeri dan memar. Jika cederanya ringan, umumnya nyeri dan memar akan hilang dengan sendirinya.
2. Kram otot
Aktivitas atau olahraga berlebihan dan mencoba olahraga baru dapat menimbulkan kontraksi mendadak pada otot betis, sehingga timbul nyeri. Kram otot dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit, dan bisa saja baru terasa saat tidur, atau bisa juga muncul di tengah hari.
Selain aktivitas berat, ada pula beberapa kondisi lainnya yang dapat memicu kram otot, yaitu:
- Dehidrasi
- Kekurangan mineral (kalium, magnesium, dan kalsium)
- Gagal ginjal
- Hipotiroidisme
- Terlalu banyak konsumsi minuman beralkohol
- Kelainan saraf
- Diabetes
- Penyakit arteri perifer
3. Regangan atau robekan pada otot betis
Kondisi ini disebut juga keseleo atau terkilir, dan dapat terjadi akibat kelelahan, aktivitas yang membuat otot bekerja terlalu berat, atau melakukan olahraga tanpa pemanasan.
Contoh olahraga yang dapat menimbulkan masalah ini adalah olahraga yang banyak melibatkan gerakan kaki, seperti berlari, berenang, atau bersepeda. Gejalanya dapat berupa pegal atau nyeri tajam pada betis, kaku atau lemah saat berjalan, kesulitan berjinjit, dan memar pada betis selama 1-2 hari.
4. Achilles tendinitis
Cedera, gerakan yang salah, dan aktivitas berlebihan, misalnya berlari, naik turun tangga, atau melompat, dapat menimbulkan peradangan pada tendon Achilles (Achilles tendinitis). Selain itu, Achilles tendinitis dapat dipicu oleh bone spur, yaitu pertumbuhan tulang baru yang mengganggu pelekatan tendon Achilles ke tulang tumit.
Umumnya keluhan yang menyertai kondisi ini berupa nyeri dan bengkak pada betis, tungkai terasa berat saat berolahraga atau beraktivitas, dan terbatasnya pergerakan kaki, terutama saat menekuk pergelangan kaki.
Selain radang, tendon Achilles juga dapat robek atau bahkan putus akibat aktivitas yang berlebihan atau gerakan yang tidak tepat. Saat tendon Achilles putus, akan timbul suara robekan yang cukup keras. Robekan atau putusya tendon Achilles perlu diobati dengan pemberian obat-obatan, fisioterapi, hingga operasi.
5. Penyempitan rongga saraf tulang belakang dan skiatika
Jika terjadi peradangan sendi (arthritis) pada tulang belakang, saluran saraf tulang belakang dapat menyempit sehingga mengganggu fungsi saraf. Hernia diskus tulang belakang atau saraf terjepit juga dapat menyebabkan penyempitan, sehingga mengakibatkan gejala-gejala skiatika.
Skiatika merupakan gangguan pada saraf skiatik, yaitu saraf yang mengontrol otot kaki dan bagian belakang lutut. Gangguan ini dapat ditandai dengan gejala nyeri atau kram yang bermula saat duduk atau berdiri, mati rasa, lemas, atau kesemutan yang menjalar dari punggung, panggul, lalu ke betis.
6. Kelainan saraf akibat diabetes
Komplikasi dari diabetes mellitus dapat merusak saraf-saraf pada betis dan kaki. Nyeri akibat gangguan saraf karena diabetes biasanya terasa tajam atau berupa kram otot, kelemahan otot, kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, mati rasa, dan gangguan sensasi atau indra peraba yang membuat penderitanya menjadi kurang sensitif terhadap nyeri atau perubahan suhu.
7. Deep vein thrombosis (DVT)
Deep vein thrombosis (DVT) adalah sumbatan darah pada vena dalam. Kondisi ini dapat mengenai pembuluh vena lengan maupun kaki dan betis. Beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan DVT adalah duduk dalam waktu lama, kegemukan, efek samping obat-obatan, dan merokok.
DVT ditandai dengan menonjolnya pembuluh vena di area yang tersumbat, kaki bengkak dan nyeri, perubahan warna kulit di kaki dan betis, serta betis teraba hangat.
8. Varises
Varicose veins atau sering kita sebut varises disebabkan oleh kelemahan katup pada pembuluh vena yang membawa aliran darah balik dari kaki menuju jantung. Nyeri betis akibat varises ditandai dengan adanya pembuluh darah berwarna biru hingga keunguan yang menonjol dan berkelok-kelok di betis, terutama setelah berdiri dalam waktu lama.
9. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan kondisi serius yang disebabkan oleh adanya tekanan besar di dalam struktur otot. Umumnya sindrom ini terjadi akibat cedera berat.
Gejala sindrom kompartemen di otot betis meliputi nyeri hebat yang tidak membaik setelah beristirahat atau minum obat antinyeri, kaki dan tungkai mati rasa, betis bengkak dan sulit diggerakkan.
Penanganan Nyeri Betis secara Mandiri
Umumnya keluhan nyeri dan pegal di betis yang tidak mengganggu aktivitas atau disebabkan oleh cedera ringan dapat membaik dengan sendirinya. Namun, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mempercepat pemulihan nyeri betis:
1. Prinsip RICE (Rest, Ice, Compress, Elevate)
Istirahatkan betis yang nyeri selama 24-48 jam, dan sangga betis dengan bantal hingga posisi betis lebih tinggi dari dada saat berbaring. Berikan kompres dingin dengan cara menempelkan es yang dibungkus kain atau handuk pada area yang nyeri selama 20 menit.
Selama beristirahat, jangan terlalu lama mendiamkan kaki. Usahakan untuk menggerakkan tumit dan lutut secara perlahan selama 10-20 detik tiap jam, saat Anda tidak sedang tidur.
2. Gunakan obat antinyeri
Untuk mengurangi nyeri, konsumsi obat antinyeri yang dijual bebas, seperti paracetamol. Selain itu, penggunaan krim pereda nyeri yang mengandung OAINS atau mentol juga bisa membantu.
3. Lakukan peregangan
Setelah nyeri betis mereda, cobalah untuk mulai meregangkan otot betis secara perlahan.
4. Pemijatan
Otot yang terasa nyeri akibat cedera ringan boleh dipijat secara lembut. Hindari memijat otot dengan keras agar cedera tidak bertambah parah. Selain itu, hindari memijat betis yang nyeri jika cedera yang dialami kemungkinan cukup berat, misalnya akibat patah tulang.
Penanganan medis oleh dokter sangat dibutuhkan apabila nyeri betis disebabkan oleh cedera berat atau gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, infeksi, dan sindrom kompartemen.
Segera periksakan diri ke dokter jika nyeri betis tidak kunjung membaik dalam beberapa hari, semakin berat, atau muncul keluhan lain, seperti kaki tidak dapat digerakkan, mati rasa, atau bengkak parah.
Ditulis oleh:
dr. Alya Hananti