Gangguan mobilitas episodik membuat penderitanya mengalami hambatan dalam bergerak, tapi sifatnya hilang timbul. Bahkan, kemunculan gejalanya tidak bisa diprediksi. Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, gangguan ini juga dapat mengganggu aktivitas penderitanya.
Keluhan akibat gangguan mobilitas episodik muncul tanpa diduga dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Kondisi ini ditandai dengan rasa sakit yang biasanya memburuk saat bergerak dan anggota tubuh terasa kaku atau tampak bengkak.
Gangguan mobilitas episodik lebih rentan terjadi pada lansia. Ini karena pertambahan usia umumnya membuat fungsi saraf, tulang, sendi, dan otot menurun. Efeknya, kemampuan untuk bergerak pun menjadi terbatas.
Penderita gangguan mobilitas episodik juga cenderung lambat ketika berjalan. Tak hanya itu, kondisi ini juga bisa membuat penderitanya rentan terjatuh.
Penyebab Gangguan Mobilitas Episodik
Selain faktor usia atau penuaan, gangguan mobilitas episodik juga bisa dipicu oleh berbagai hal, yaitu:
Cedera
Gangguan mobilitas episodik bisa dipicu oleh cedera, baik karena kecelakaan saat berkendara atau berolahraga. Bila cedera memengaruhi anggota tubuh yang mendukung pergerakan, misalnya punggung bawah, lutut, siku, atau bahu, penderitanya sangat mungkin mengalami kesulitan bergerak.
Penyakit tertentu
Penyebab gangguan mobilitas episodik lainya adalah radang sendi yang berkepanjangan atau penyakit kronis tertentu, seperti stroke, multiple sclerosis, fibromyalgia, dan diabetes yang sudah memengaruhi fungsi saraf.
Bahkan, gangguan kesehatan pencernaan seperti iritasi usus atau radang panggul kronis juga bisa mengganggu pergerakan tubuh akibat nyeri di area perut yang membuat penderitanya sulit berjalan atau sekadar duduk tegak.
Kurang olahraga
Orang yang kurang olahraga juga rentan mengalami gangguan mobilitas episodik di masa tuanya. Pasalnya, kurang olahraga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami osteoporosis, kelemahan otot, dan patah tulang saat lanjut usia.
Cara Mengatasi Gangguan Mobilitas Episodik
Meski gangguan mobilitas episodik bersifat hilang timbul, nyeri yang bisa kapan saja muncul tentu membuat penderitanya merasa tidak nyaman dan bisa menghambat aktivitasnya.
Gangguan pergerakan pada anggota tubuh bagian bawah juga dapat meningkatkan risiko terjatuh. Oleh karena itu, penanganan utama yang umumnya diberikan terhadap penderita gangguan mobilitas episodik adalah dengan memberikan alat bantu gerak, misalnya tongkat atau kursi roda.
Selain itu, untuk mengatasi gangguan mobilitas episodik, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Mengonsumsi obat
Dokter akan meresepkan obat tertentu sesuai keluhan atau kondisi penderita gangguan mobilitas episodik. Sebagai contoh, rasa nyeri yang muncul akan diobati dengan obat pereda nyeri, yaitu obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
2. Mengontrol penyakit yang diderita
Gangguan mobilitas episodik bisa disebabkan oleh penyakit kronis. Oleh karena itu, guna mencegah kambuhnya gangguan mobilitas episodik, penderita dianjurkan untuk mengelola penyakit yang dideritanya dengan baik.
Caranya pun beragam, mulai dari melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, mengonsumsi obat yang diresepkan dokter, hingga menerapkan pola hidup sehat.
3. Menjalani fisioterapi
Penderita gangguan mobilitas episodik dianjurkan untuk rutin melakukan fisioterapi. Ini dilakukan guna meningkatkan kemampuan gerak tubuh sekaligus mencegah cedera lebih lanjut.
4. Mengonsumsi makanan sehat
Penderita gangguan mobilitas episodik juga perlu mendapatkan asupan gizi seimbang melalui konsumsi makanan sehat. Dengan asupan gizi yang baik, penderita gangguan mobilitas episodik tentu akan lebih terjaga kesehatannya.
5. Berolahraga secara rutin
Untuk menstabilkan suasana hati, meningkatkan kualitas hidup, dan menjaga kesehatan tubuh, penderita gangguan mobilitas episodik dianjurkan untuk tetap berolahraga secara rutin.
Namun, agar lebih aman, penderita gangguan mobilitas episodik perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olahraga yang cocok. Sebagai contoh, olahraga renang dianjurkan untuk penderita yang sering mengalami nyeri di area sendi.
Selain berbagai langkah di atas, dukungan dan pengawasan dari orang sekitar atau orang yang merawat penderita sangat diperlukan. Menciptakan lingkungan yang aman dan mudah diakses oleh penderita juga sangat penting dilakukan.
Anggota keluarga di rumah bisa menerapkannya dengan berbagai cara, misalnya dengan membuat pegangan di pinggir tangga dan samping toilet serta menjauhkan berbagai perabotan yang berujung tajam.
Gangguan mobilitas episodik memang dapat hilang timbul, tapi jangan disepelekan. Pasalnya, kondisi ini bisa sangat mengganggu aktivitas, bahkan menurunkan kualitas hidup penderitanya.
Oleh karena itu, konsultasikan ke dokter jika Anda termasuk kelompok orang yang berisiko terkena gangguan mobilitas episodik. Dengan begitu, berbagai langkah pencegahan dapat Anda lakukan agar terhindar dari gangguan ini dan tetap nyaman beraktivitas.