Vagina basah umum terjadi bila mendapatkan rangsangan di organ intim atau area sensitif. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh ovulasi. Meski terkadang menimbulkan rasa tidak nyaman, basah di area vagina bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan, kok.
Sistem reproduksi wanita memiliki mekanisme sendiri untuk menjaga kelembapan vagina. Caranya dengan mengeluarkan cairan dari kelenjar yang ada di dalam vagina dan leher rahim sehingga vagina terasa basah. Selain melembapkan, cairan ini juga mampu membersihkan vagina dari bakteri dan sel kulit mati.
Berbagai Penyebab Vagina Basah
Sebelumnya telah disebutkan bahwa vagina basah dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik secara alami maupun akibat rangsangan tertentu. Berikut ini adalah berbagai penyebab vagina basah yang umum terjadi:
1. Ovulasi atau masa subur
Masa subur atau ovulasi sering kali ditandai dengan vagina basah atau lembap. Kondisi ini terjadi karena perubahan hormonal pada masa subur yang memicu peningkatan produksi cairan dan lendir dalam vagina. Ovulasi terjadi di pertengahan siklus menstruasi, yaitu sekitar 14 hari sebelum hari pertama periode menstruasi berikutnya.
Jika Anda sedang merencanakan kehamilan, masa subur atau ovulasi ini adalah waktu yang tepat untuk berhubungan seksual.
2. Rangsangan seksual
Saat wanita sedang terangsang secara seksual, kelenjar di vagina menghasilkan cairan encer dan bening guna melumasi vagina serta mempersiapkannya untuk melakukan hubungan seksual dengan nyaman. Keluarnya cairan vagina ini normal dan biasanya hilang setelah beberapa jam.
3. Keputihan
Vagina basah juga bisa disebabkan oleh keputihan. Hal ini umum terjadi sebagai mekanisme alami tubuh untuk membersihkan serta melindungi vagina dari infeksi dan iritasi. Selama keputihan tidak berbau, berwarna bening, jumlahnya tidak berlebihan, dan tidak menimbulkan keluhan apa pun, Anda tidak perlu khawatir.
Namun, Anda patut waspada jika cairan vagina yang muncul berwarna putih susu, kekuningan, hijau, cokelat, keabu-abuan, atau disertai bercak darah dan gejala lain, seperti gatal serta bau tidak sedap. Pasalnya, tanda keputihan seperti ini kemungkinan muncul karena infeksi.
4. Pemakaian celana dalam terlalu ketat
Vulva atau area luar vagina memiliki banyak kelenjar keringat dan minyak sehingga bisa membuatnya tetap basah, terlebih bila cuaca sedang panas, melakukan aktivitas fisik yang berat, atau menggunakan celana dalam yang terlalu ketat.
Pada kondisi ini, Anda sebaiknya menggunakan celana dalam yang lebih longgar dan berbahan katun yang menyerap keringat. Bila dibiarkan, vagina yang basah bisa menciptakan lingkungan bagi bakteri atau jamur untuk berkembang dan menyebabkan infeksi.
Itulah penjelasan tentang vagina basah. Setelah mengetahui informasi tentang vagina basah, Anda tidak perlu merasa khawatir lagi, kan?
Namun, jika vagina basah yang dialami terasa berlebihan atau disertai gejala lain, seperti gatal, cairan berwarna, bau menyengat, dan nyeri pada vagina, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat.