Peristaltik adalah gerakan otomatis mirip seperti gelombang yang dimulai dari kerongkongan yang berlanjut terus hingga usus. Gerakan peristaltik bertujuan untuk memecah makanan sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.
Gangguan peristaltik bisa menyebabkan beragam keluhan, mulai dari kembung, muntah, susah BAB, atau justru diare. Ada beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan gangguan peristaltik, yaitu kekurangan elektrolit, infeksi pada saluran pencernaan, ileus, dan penyakit Hirschsprung.
Fungsi Peristaltik
Peristaltik melibatkan kerja sama otot dan saraf sepanjang saluran pencernaan. Gerakan peristaltik tidak bisa dikendalikan dan terjadi secara otomatis. Gerakan mirip “gelombang” ini biasanya berlangsung perlahan dan stabil. Hal ini membuat tubuh mendapatkan cukup waktu untuk mencerna dan menyerap nutrisi dari makanan.
Peristaltik dimulai dari kerongkongan, yang kemudian berlanjut terus ke lambung, usus halus, sampai usus besar. Gerak peristaltik bertujuan untuk mendorong, memecah, hingga membantu pencampuran makanan dengan enzim pencernaan. Dengan begitu, makanan akan lebih siap untuk diserap dan sisanya bisa dibuang melalui feses atau urine.
Selama proses pencernaan, gerakan peristaltik bisa melambat. Saat itulah makanan dicampur dengan berbagai enzim pencernaan. Proses pencampuran ini dikenal dengan istilah segmentasi. Segmentasi terjadi di lambung dan usus halus.
Beragam Gangguan pada Gerak Peristaltik
Gangguan peristaltik akan memengaruhi proses pencernaan makanan. Gangguan peristaltik bisa terjadi saat ada masalah pada otot atau sel-sel saraf di sepanjang saluran pencernaan.
Ada beragam penyakit yang bisa menyebabkan gangguan pada gerakan peristaltik, antara lain akalasia, penyakit asam lambung, ileus atau sumbatan pada saluran pencernaan, kekurangan elektrolit, infeksi, dan penyakit Hirschsprung.
Penyakit-penyakit tersebut bisa menyebabkan dua hal, yaitu gerakan peristaltik yang terlalu cepat atau sebaliknya melambat dan berhenti. Jika diuraikan lebih lanjut, berikut ini adalah jenis gangguan peristaltik yang bisa terjadi:
Peristaltik yang terlalu cepat
Peristaltik yang terlalu cepat mengakibatkan sistem pencernaan tidak punya cukup waktu untuk memecah makanan serta menyerap nutrisi dan air. Akibatnya frekuensi BAB menjadi lebih sering dan konsistensi feses bisa lebih cair.
Salah satu penyakit yang bisa menyebabkan peristaltik terlalu cepat adalah diare akibat infeksi bakteri (gastroenteritis).
Peristaltik yang terlalu lambat
Berkebalikan dengan yang di atas, peristaltik yang terlalu lambat akan membuat melambatnya proses pemecahan makanan akibat kurangnya gerakan “gelombang”. Akibatnya bisa muncul sejumlah keluhan, mulai dari kembung, muntah, hingga sulit BAB.
Biasanya peristaltik yang terlalu lambat bisa terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf atau otot yang ada di saluran pencernaan. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain, akalasia, efek samping dari obat diare atau obat golongan opioid, dan sumbatan di saluran cerna (ileus obstruktif).
Sama sekali tidak ada gerak peristaltik
Tidak hanya melambat, gerakan peristaltik juga bisa terhenti. Hal ini bisa disebabkan oleh lumpuhnya otot di saluran cerna. Beberapa gejala atau keluhan yang bisa menandakan tidak adanya gerakan peristaltik adalah kembung, tidak kentut selama berhari-hari, bahkan tidak BAB.
Kelumpuhan ini bisa terjadi sementara, misalnya akibat proses pembiusan atau menetap, misalnya pada penyakit Hirsprung. Terhentinya gerakan peristaltik ini dikenal juga dengan ileus paralitik.
Cara Menjaga Kesehatan Peristaltik
Mengingat pentingnya gerakan peristaltik ini dalam proses pencernaan, maka Anda perlu menjaga kesehatannya dengan beberapa cara berikut:
1. Minum air yang cukup
Semakin keras dan keringn makanan yang dikonsumsi, maka akan semakin menyulitkan gerakan peristaltik. Oleh karena itu, Anda perlu minum air sebanyak 8 gelas setiap harinya. Dengan begitu, makanan jadi lebih lembut dan mempermudah gerakan peristatik.
2. Olahraga secara rutin
Melakukan aktivitas fisik secara rutin, termasuk dengan olahraga minimal 30 menit sebanyak 5 kali seminggu, juga bisa membantu gerakan peristaltik. Anda bisa mulai dengan yang ringan tetapi bisa dilakukan secara rutin, misalnya jalan kaki, jogging, atau bersepeda.
3. Konsumsi makanan tinggi serat
Makanan tinggi serat akan membantu pergerakan makanan di saluran cerna dan melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan. Selain itu, konsumsi makanan tinggi serat juga dapat serta merangsang peristaltik. Jadi, jangan lupa untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat, termasuk sayur atau buah setiap hari
4. Kurangi minum kopi
Tidak bisa dimungkiri, minum secangkir kopi di pagi hari bisa menambah fokus dan memberikan energi lebih untuk beraktivitas. Namun, jangan salah, kopi mengadung asam yang bisa meningkatkan kadar hormon gastrin. Peningkatan hormon ini akan memicu gerak peristaltik di lambung dan usus,
Makanya, tidak heran kalau setelah minum kopi, selang beberapa saat, akan muncul keinginan untuk BAB. Beberapa penelitian juga menyatakan adanya efek pencahar dari kopi.
Demikian penjelasan tentang gerakan peristaltik, fungsi, dan gangguan yang bisa terjadi. Jika Anda mengalami gangguan peristaltik yang tidak kunjung mereda, apalagi disertai dengan nyeri perut yang tidak tertahankan, muntah yang tidak kunjung berhenti, atau BAB berdarah, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.