Bullying bisa terjadi di mana saja dan dalam lingkup hubungan apa pun, termasuk dalam hubungan keluarga. Namun, tak jarang, kasus bullying dalam keluarga kerap kali tidak disadari oleh korbannya. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mengetahui tanda bullying dalam keluarga dan cara mengatasinya.
Bullying merupakan suatu bentuk perilaku agresif yang sengaja dilakukan seseorang untuk menyebabkan orang lain merasa tidak nyaman, tersudutkan, atau terintimidasi. Di dalam lingkungan keluarga, perilaku bullying bisa dilakukan oleh siapa saja, mulai dari saudara kandung, orang tua, kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, maupun mertua.
Perlu diingat, perilaku bullying dalam keluarga tidak sama dengan KDRT atau hubungan abusive, ya. Meski tujuan dan jenis perilakunya memang mirip, tetapi bullying dalam keluarga melibatkan anggota keluarga yang bukan pasangan intim.
Tanda Bullying dalam Keluarga
Kebanyakan kasus bullying dalam keluarga terjadi dalam bentuk verbal atau emosional. Berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang bisa menjadi tanda bullying dalam keluarga:
- Membuat tuntutan yang tidak masuk akal kepada korban
- Membuat lelucon yang terkesan merendahkan korban
- Melontarkan kritik yang tidak membangun atau malah menyakitkan hati
- Menggunakan perasaan dan emosi korban untuk mengendalikannya
- Menuduh korban berlaku egois kepada anggota keluarga yang lain
- Mengabaikan atau meremehkan perasaan, pemikiran, keinginan, dan kebutuhan korban
- Membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan korban di depan anggota keluarga lain, agar korban merasa rendah diri
- Membuat korban merasa bersalah akan hal-hal yang sebenarnya bukan merupakan kesalahannya
- Melakukan silent treatment, dengan tujuan untuk menghukum korban
- Menghasut anggota keluarga lain untuk ikut melawan atau menghindari korban
Kendati perilaku bullying dalam keluarga memang umumnya terjadi dalam bentuk verbal dan emosional seperti di atas, tetapi tidak menutup kemungkinan perilaku bullying dalam keluarga juga dapat melibatkan kekerasan fisik, seperti mendorong, menampar, atau bahkan menendang.
Cara Mengatasi Bullying dalam Keluarga
Sama dengan perilaku bullying pada umumnya, bullying dalam keluarga tentu juga bisa membawa dampak buruk bagi korbannya. Sebuah survei menunjukkan bahwa korban perilaku bullying dalam keluarga kerap mengalami penurunan kepercayaan diri, stres berkepanjangan, gangguan kecemasan, bahkan depresi.
Beragam dampak emosional tersebut juga dapat menyebabkan korban bullying lebih rentan mengalami gangguan kesehatan fisik, seperti insomnia, sakit kepala, nyeri otot, masalah pencernaan, gangguan makan, bahkan tekanan darah tinggi.
Oleh sebab itu, bila kamu menemukan tanda-tanda bullying seperti di atas dalam hubunganmu dengan anggota keluarga yang lain, kamu perlu mengatasinya dengan cara yang tepat, seperti:
- Kenali emosi dan perasaanmu. Ini bisa memberimu petunjuk mengenai hal-hal apa saja yang bisa kamu toleransi dan tidak. Misalnya, kamu masih memaklumi atau menerima lelucon yang ringan sesekali, tetapi tidak dengan julukan-julukan tertentu.
- Ungkapkan keinginan, perasaan, dan hal apa yang tidak kamu sukai dari pelaku bullying dengan tegas tanpa bertindak agresif, seperti mempertahankan nada bicara yang stabil, serta ekspresi dan sikap tubuh yang netral.
- Prioritaskan dirimu sendiri. Hindari merasa bersalah karena menetapkan batasan dengan anggota keluarga.
- Sadari bahwa kamu tidak perlu menoleransi perilaku buruk seseorang, walau ia adalah bagian dari anggota keluargamu.
- Komunikasikan konsekuensi yang kamu berikan jika batas-batas yang kamu buat dilanggar.
Apabila cara-cara di atas tidak berhasil mengatasi perilaku bullying dalam keluarga, kamu juga bisa curhat pada anggota keluarga lainnya yang kamu percayai, ya. Hal ini memungkinkan kamu untuk mendapat bantuan terbaik untuk mengatasi perilaku bullying dalam keluarga sekaligus mencegah kamu merasa sendirian atau terisolasi.
Tetapi, jika kamu merasa perilaku bullying dalam keluarga yang kamu terima sudah membawa dampak yang negatif bagi kesehatanmu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog tentang hal tersebut, ya.