Bentuk payudara wanita dapat mengalami perubahan selama masa pubertas, menstruasi, kehamilan, menyusui, dan menopause. Perubahan bentuk payudara ini merupakan hal yang normal terjadi pada wanita di sepanjang usianya.
Payudara wanita tersusun dari beberapa jaringan, seperti lemak, jaringan ikat, pembuluh darah, dan kelenjar susu. Pada dasarnya, ukuran dan bentuk payudara setiap wanita berbeda-beda karena dipengaruhi oleh jumlah lemak dan perubahan hormon yang terjadi pada wanita dalam siklus hidupnya.
Berbagai perubahan bentuk payudara akan terus terjadi seiring bertambahnya usia, dimulai dari perkembangan lobus di jaringan payudara, aktifnya kelenjar susu pada masa pubertas, hingga penyusutan saluran susu. Penyusutan saluran susu merupakan perubahan terakhir yang terjadi pada payudara dan terjadi pada usia 35 tahun.
Perubahan Bentuk-Bentuk Payudara
Berikut ini adalah tahapan perubahan bentuk payudara yang terjadi selama siklus kehidupan wanita, mulai dari masa pubertas hingga masa menopause:
1. Bentuk payudara di masa pubertas
Saat Anda memasuki masa pubertas, tubuhnya akan memproduksi dan melepaskan hormon estrogen. Pelepasan hormon estrogen ini akan merangsang kelenjar susu di payudara yang menyebabkan payudara menjadi lebih besar.
Perubahan bentuk payudara pada masa pubertas ini sering kali disertai dengan munculnya rambut di area kemaluan dan ketiak.
2. Bentuk payudara pada masa menstruasi
Produksi hormon estrogen dan progesteron akan meningkat ketika Anda mengalami siklus menstruasi untuk pertama kalinya. Peningkatan kedua hormon tersebut dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan jaringan payudara, sehingga payudara akan tampak lebih besar dan padat.
Pada periode menstruasi selanjutnya, Anda akan merasa ukuran payudara menjadi lebih besar. Perubahan bentuk payudara selama menstruasi ini terjadi sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Namun, jika kehamilan tidak terjadi, payudara akan kembali ke ukuran normal.
3. Bentuk payudara saat hamil
Selama masa kehamilan, perubahan kadar hormon kehamilan, seperti hormon progesteron, estrogen, dan prolaktin, menyebabkan perubahan pada bentuk payudara sebagai persiapan masa menyusui. Kelenjar susu akan mendapatkan rangsangan untuk memproduksi ASI pada masa menjelang persalinan.
4. Bentuk payudara pada masa menyusui
Saat menyusui, kadar hormon estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan dan digantikan oleh hormon prolaktin. Hormon prolaktin berperan dalam produksi ASI serta membuat payudara menjadi lebih padat, kencang, dan besar. Selain itu, puting payudara juga akan membesar dan warna areolanya menjadi lebih gelap.
Karena ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, ukuran dan bentuk payudara setiap wanita berbeda-beda. Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika payudara tidak membesar selama masa menyusui karena ukuran payudara tidak menentukan kemampuan Anda memproduksi susu atau menyusui.
Setelah masa menyusui, jaringan payudara akan menyusut dan kembali ke bentuk sebelum melahirkan. Menyusui sering dianggap menjadi penyebab payudara kendur.
Padahal, payudara kendur bukan karena menyusui, tetapi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti perubahan berat badan yang drastis, aktivitas fisik yang berat, dan kebiasaan merokok.
5. Bentuk payudara pada masa menopause
Atrofi atau pengecilan payudara terjadi pada wanita saat berusia 40–50 tahun atau ketika masuk masa perimenopause. Pengecilan payudara ini terjadi saat hormon estrogen mengalami penurunan, yang menyebabkan kelenjar susu dan jaringan payudara kehilangan elastisitasnya sehingga menjadi kendur.
Selain kendur, penurunan hormon estrogen saat menopause dapat menyebabkan munculnya stretch marks, melebarnya jarak antara payudara kiri dan kanan, serta bentuk payudara menjadi lebih datar.
Perubahan bentuk payudara sepanjang hidup wanita umumnya merupakan hal yang normal. Namun, Anda tetap harus waspada bila mengalami ketidakseimbangan pada kedua payudara atau asimetri payudara.
Asimetri payudara merupakan kondisi ketika payudara besar sebelah. Meski bukan kondisi yang mengkhawatirkan, Anda tetap harus mengenali gejala yang menyertainya. Terlebih, jika salah satu payudara menjadi lebih besar secara tiba-tiba.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asimetri payudara dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Meski demikian, risiko kanker payudara ini juga dikaitkan dengan faktor keturunan dan usia serta faktor lain yang masih perlu dipastikan melalui penelitian lebih lanjut.
Seiring dengan bertambahnya usia, risiko mengalami penyakit payudara akan meningkat. Oleh karena itu, lakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI secara berkala dan pemeriksaan payudara ke dokter jika merasakan perubahan bentuk payudara yang tidak normal.