Masyarakat awam menganggap pikun sebagai hal yang wajar dialami oleh lansia akibat pertambahan usia. Padahal, pikun bisa saja disebabkan oleh demensia dan perlu segera diberikan penanganan. Yuk, simak pembahasan seputar pikun berikut ini.
Pikun umumnya diartikan sebagai kondisi berkurangnya daya ingat atau memori. Pikun kerap kali diidentikan sebagai efek penuaan. Hal ini karena kemampuan mengingat dan memproses sesuatu memang berkurang secara bertahap dari waktu ke waktu. Namun, tidak semua orang tua akan akan mengalami pikun.
Pada kasus tertentu, pikun perlu dicurigai sebagai gejala awal dari demensia. Demensia sendiri merupakan sindrom atau kumpulan gejala yang mengacu pada penurunan fungsi otak, seperti menurunnya daya ingat, gangguan proses berpikir dan perilaku, serta perubahan kondisi mental atau emosional.
Pikun yang disebabkan oleh demensia umumnya akan membuat penderitanya mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Jika sudah parah, lansia yang mengalami pikun parah karena demensia bahkan bisa tidak mengenal orang terdekatnya.
Beberapa Kondisi atau Penyakit Penyebab Pikun
Salah satu penyebab paling umum pikun adalah proses penuaan yang berdampak pada melemahnya fungsi otak. Hal ini biasanya hanya akan menimbulkan gangguan memori ringan. Namun, jika pikun yang terjadi cukup parah, kondisi ini patut dicurigai sebagai demensia.
Ada beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan seseorang mengalami demensia, antara lain:
1. Penyakit degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kinerja organ tubuh. Kondisi ini sebagian besar dipengaruhi oleh pertambahan usia.
Jenis-jenis penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan pikun adalah penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, diabetes yang tidak terkontrol, demensia vaskular akibat stroke, dan demensia frontotemporal, yaitu demensia akibat gangguan pada otak bagian depan dan samping (temporal lobes).
2. Cedera kepala
Cedera kepala bisa menyebabkan aliran darah di otak terganggu dan menimbulkan pikun akibat demensia (chronic traumatic encephalopathy). Pikun akibat demensia jenis ini biasanya terjadi pada orang yang sering mengalami cedera ringan berulang pada bagian kepala selama bertahun-tahun, misalnya pada petinju.
3. Kekurangan vitamin B
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin B1 atau B12 yang tidak ditangani juga bisa menyebabkan demensia dengan gejala pikun.
Bahkan, kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan sindrom Wernicke-Korsakoff, yaitu kondisi yang ditandai dengan gejala kebingungan, ataksia, gangguan pada mata, hingga koma. Kondisi ini juga sering dikaitkan dengan kecanduan alkohol.
4. Infeksi otak
Infeksi otak, seperti meningitis, dapat mengganggu fungsi otak dan akhirnya memengaruhi kemampuan mengingat. Riwayat infeksi otak juga diduga bisa menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya pikun.
5. Tumor otak
Pikun juga dapat menjadi salah satu gejala dari tumor otak. Selain pikun, tumor otak juga dapat menyebabkan beberapa gejala lain, seperti sakit kepala, kejang, otot tubuh melemah, hingga gangguan pada pancaindra.
6. Penyakit autoimun
Salah satu penyakit autoimun yang dapat menyebabkan pikun adalah multiple sclerosis. Penyakit ini terjadi akibat gangguan pada sistem imun tubuh yang justru menyerang sel dan jaringan saraf dan otak yang sehat.
7. Penyakit keturunan
Pikun juga bisa menjadi gejala dari penyakit Huntington. Ini adalah jenis penyakit keturunan yang menyebabkan berkurangnya beberapa jenis sel otak yang mengendalikan gerakan sekaligus kemampuan berpikir.
8. Penyakit langka
Penyakit Creutzfeldt-Jakob adalah penyakit langka yang menyerang dan membunuh sel otak, serta menyebabkan perubahan perilaku serta hilang ingatan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dewasa muda.
Selain penyebab di atas, pikun juga bisa terjadi akibat kebiasaan mengonsumsi alkohol berlebihan dan riwayat penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Beberapa Langkah Penanganan Pikun
Pengobatan pikun pada demensia umumnya bersifat suportif atau meringankan gejala dan mencegahnya agar tidak semakin parah. Pengobatan pikun juga dilakukan tegantung pada penyebab demensia itu sendiri.
Misalnya, dokter akan menyarankan pola makan bergizi seimbang atau meresepkan suplemen jika Anda mengalami pikun karena kekurangan nutrisi tertentu. Selain itu, dokter juga dapat memberikan penanganan pikun pada demensia berikut ini:
Meresepkan obat-obatan
Ada beberapa obat-obatan yang biasanya diresepkan dokter untuk penderita pikun pada demensia, seperti donezepil, rivastigmin, galantamine, dan memantine.
Meski tidak dapat menyembuhkan demensia secara menyeluruh, obat-obatan tersebut dapat membantu meringankan gejala pikun dan memperbaiki fungsi mental, seperti suasana hati dan perilaku.
Melakukan terapi stimulasi kognitif
Terapi yang disebut juga cognitive stimulation therapy (CST) ini merupakan salah satu metode psikoterapi untuk memperbaiki fungsi kognitif. Beberapa studi menyebutkan bahwa metode CST efektif dalam meningkatkan kualitas hidup para penderita pikun dan demensia.
Metode CST dilakukan dengan cara melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga atau permainan fisik, bermain kata atau angka, membaca buku cerita, menggambar, mewarnai, membuat karya seni, memasak, dan berbagai aktivitas kreatif lainnya.
Memberikan perawatan paliatif
Metode perawatan ini umumnya dilakukan bagi penderita pikun akibat demensia parah yang sudah sulit atau tidak dapat sembuh, misalnya pada penderita kanker stadium akhir yang juga mengalami demensia.
Berbeda dengan pengobatan untuk menyembuhkan penyakit, perawatan paliatif lebih difokuskan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita di sisa umurnya. Hal ini termasuk mengurangi rasa sakit dan membina kondisi psikisnya.
Perawatan paliatif mencakup pemberian obat-obatan, perawatan di rumah untuk melatih penderita agar dapat beraktivitas dengan lebih mandiri, serta konseling dan dukungan dari teman dan keluarga.
Menjalani gaya hidup sehat dengan olahraga teratur dan tetap menjalin komunikasi serta hubungan sosial dengan orang sekitar juga bermanfaat untuk mencegah terjadinya pikun atau demensia.
Pikun akibat demensia sering kali menyebabkan hubungan antara penderita dan orang di sekitarnya menjadi terganggu. Oleh karena itu, keluarga dan orang terdekat penderita juga perlu untuk mendapat konseling dan diberikan pemahaman mengenai kondisi ini.
Jika Anda memiliki anggota keluarga atau kerabat yang mengalami pikun atau demensia, sebaiknya bawa ia ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.