Polifagia adalah istilah medis untuk menggambarkan kondisi lapar berlebihan atau nafsu makan yang meningkat meski sudah makan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari gaya hidup yang buruk hingga kondisi medis tertentu.
Rasa lapar sebenarnya respons alami yang menjadi tanda bahwa tubuh memerlukan asupan makanan. Nafsu makan juga dapat meningkat, terutama setelah beraktivitas. Meski begitu, lapar biasanya akan hilang setelah mengonsumsi makanan.
Namun, berbeda dengan polifagia. Pada kondisi ini, rasa lapar yang muncul berlebihan dan tidak akan hilang meski sudah makan dengan porsi yang cukup.
Beberapa Penyebab Polifagia
Polifagia atau dikenal juga dengan hiperfagia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, yaitu:
1. Kurang tidur
Istirahat yang cukup setiap malam dapat menjaga keseimbangan hormon pengatur rasa lapar, yaitu hormon ghrelin dan leptin. Nah, kurang tidur dapat mengganggu keseimbangan homon tersebut sehingga Anda merasa lebih sering lapar.
2. Stres
Polifagia juga dapat terjadi saat stres melanda. Ini karena saat stres, tubuh memproduksi lebih banyak hormon kortisol yang dapat memicu rasa lapar.
Secara tidak sadar maupun sadar, banyak orang mengonsumsi makanan secara berlebihan sebagai cara untuk mengatasi stres. Jenis makanan yang dikonsumsi pun cenderung tidak sehat atau kurang bergizi.
3. Pola makan yang buruk
Pola makan yang buruk juga dapat menyebabkan polifagia. Sering mengonsumsi makanan tinggi gula atau karbohidrat sederhana, seperti makanan cepat saji dan kemasan, bisa membuat seseorang cepat lapar meski sudah makan akibat kurangnya nutrisi penting lain di dalam makanan tersebut.
4. Makan terlalu cepat
Makan terlalu cepat sering kali menyebabkan seseorang menjadi makan berlebihan. Ini dapat terjadi karena otak tidak memiliki cukup waktu untuk menerima sinyal kenyang dari tubuh, sehingga seseorang yang makan cepat akan merasa masih lapar dan makan lagi.
5. Sindrom pramenstruasi (PMS)
Pada wanita, perubahan kadar hormon selama PMS bisa membuatnya menjadi sering lapar. Hal ini terjadi akibat banyaknya produksi hormon estrogen dan progesteron serta penurunan hormon serotonin yang dapat meningkatkan nafsu makan, terutama makanan manis atau asin.
6. Hiperglikemia
Hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi terjadi karena gula tidak dapat masuk ke dalam sel akibat kurangnya jumlah atau fungsi hormon insulin. Hal ini menjadikan tubuh tidak dapat mengubah makanan menjadi energi dan kekurangan energi.
Kekurangan energi dapat menyebabkan tubuh mengirimkan sinyal ke otak agar terus makan, sehingga nafsu makan pun akan meningkat. Hiperglikemia paling umum terjadi pada penderita diabetes yang tidak terkontrol atau tidak mendapat penanganan yang sesuai.
7. Hipoglikemia
Kebalikan dari hiperglikemia, kadar gula darah rendah atau hipoglikemia juga dapat menjadi penyebab polifagia. Hal ini lebih sering dialami oleh penderita diabetes yang mengonsumsi obat tidak sesuai anjuran pemakaian yang tepat.
Rendahnya kadar gula darah dapat menyebabkan tubuh mengirim sinyal ke otak bahwa Anda memerlukan asupan makanan. Bahkan, sebagian orang dengan hipoglikemia cenderung makan lebih banyak sehingga berisiko mengalami masalah kesehatan lain.
8. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kadar hormon tiroid terlalu tinggi di dalam tubuh. Hormon ini berfungsi untuk mengontrol metabolisme, sehingga nafsu makan akan meningkat bila hormon tiroid diproduksi terlalu banyak.
Mengingat bisa disebabkan oleh berbagai hal, polifagia sebaiknya perlu mendapatkan pemeriksaan dari dokter. Penanganan yang diberikan pun akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya.
Oleh karena itu, bila Anda mengalami gejala polifagia, seperti rasa lapar berlebih dan kesulitan untuk mengendalikan rasa lapar, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.