Post power syndrome adalah kondisi ketika seseorang masih membayangkan pencapaiannya pada masa lalu dan membandingkannya dengan masa kini. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri dan menyebabkan depresi. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang yang baru pensiun dari pekerjaannya.
Sebagian orang menilai pekerjaan sebagai bentuk kepuasan atau pencapaian diri. Tidak sedikit pula orang yang menganggap pekerjaan sebagai identitasnya, atau kesempatan untuk bersosialisasi dan mengasah kemampuan berpikir.
Bagi orang-orang tersebut, perubahan rutinitas, tujuan hidup, dan kondisi keuangan saat memasuki masa pensiun dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan mental. Situasi ini dapat membuat mereka stres dan merasa seperti kehilangan jati diri. Kondisi ini disebut dengan post power syndrome.
Penyebab Post Power Syndrome
Penyebab post power syndrome secara medis memang belum diketahui. Namun, beberapa faktor berikut bisa meningkatkan risiko terjadinya post power syndrome:
- Kehilangan rutinitas dan tujuan hidup
- Penurunan pendapatan atau putus mata pencaharian
- Pensiun dari pekerjaan sehingga menganggap diri sudah menua dan muncul rasa takut akan kematian, penyakit, serta keterbatasan untuk beraktivitas
- Kekurangan interaksi sosial dengan orang lain
Post power syndrome lebih sering terjadi pada pekerja yang memasuki masa pensiun dengan kondisi berikut:
- Tidak memiliki pasangan hidup atau hidup seorang diri
- Tidak memiliki aktivitas atau kesibukan lain
- Tertekan secara finansial
- Tidak ingin pensiun
- Memiliki masalah kesehatan
Gejala Post Power Syndrome
Post power syndrome dapat menyebabkan timbulnya gejala berikut ini:
- Tubuh mudah lelah dan sakit
- Pandangan mata kosong
- Berat badan menurun atau malah naik
- Tidak bergairah atau kurang bersemangat untuk beraktivitas
- Emosi tidak stabil, misalnya mudah tersinggung atau meledak-ledak
- Perasaan tidak pernah puas
- Cemas atau putus asa
- Perasaan bersalah atau tidak berharga
- Perubahan pola tidur
- Hilang nafsu makan
- Sulit berkonsentrasi atau mengambil keputusan
- Pendiam atau sering menyendiri
- Menangis tanpa alasan tertentu
- Tidak suka keramaian atau stres saat berada di tempat ramai
Kapan harus ke dokter
Jika Anda mengalami empat atau lebih dari gejala post power syndrome di atas setiap hari selama lebih dari 2 minggu, segera cari psikiater untuk mendapatkan penanganan.
Diagnosis Post Power Syndrome
Untuk mendiagnosis post power syndrome, psikiater akan melakukan tanya jawab dengan pasien seputar hal-hal berikut:
- Jenis pekerjaan
- Durasi bekerja sebelum pensiun
- Jabatan atau pencapaian selama bekerja
- Berapa lama sudah pensiun
- Kegiatan saat pensiun
Selain itu, pemeriksaan penunjang lainnya juga dapat dilakukan untuk menetapkan diagnosis, misalnya tes tertulis MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory). Dalam tes ini, pasien akan diberikan sejumlah pertanyaan yang harus diselesaikan dalam waktu 25–90 menit.
Pengobatan Post Power Syndrome
Pengobatan post power syndrome adalah dengan mengombinasikan obat-obatan bersama terapi atau konseling. Berikut adalah penanganan post power syndrome yang biasanya dilakukan:
-
Terapi atau konseling
Konseling bertujuan untuk membantu pasien memahami dan menerima bahwa perubahan pada diri atau kehidupan mereka tidak bisa dihindari.
-
Obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat antidepresan dan anticemas untuk mengatasi cemas berlebih, rasa putus asa, kekurangan energi, atau kehilangan minat dalam beraktivitas.
Selain dengan terapi dan obat-obatan, Anda bisa mengatasi post power syndrome secara mandiri dengan menerapkan upaya di bawah ini:
- Melakukan berbagai kegiatan untuk menjaga pikiran dan tubuh tetap aktif
- Menguatkan komunikasi dan ikatan dengan keluarga
- Mewujudkan keinginan yang belum terpenuhi
- Melanjutkan kembali hobi yang sempat terhenti karena sibuk bekerja
- Berolahraga secara rutin
- Membuat jadwal harian untuk mengisi waktu luang
- Menjadi sukarelawan dalam kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain
- Bergabung dengan komunitas penderita post-power syndrome untuk berbagi pengalaman
Menghadapi Penderita Post Power Syndrome
Hidup bersama penderita post power syndrome bisa menjadi sebuah tantangan karena perubahan sifat dan perilakunya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan saat menghadapi penderita post power syndrome:
- Bersabar dan memaklumi perilaku penderita
- Menemani penderita dan mengajaknya mengobrol
- Memberinya kesibukan agar pikirannya dapat teralihkan
- Mengajaknya melakukan kegiatan yang memerlukan kerja sama
- Meminta bantuan profesional jika tidak mampu lagi menghadapinya
Komplikasi Post Power Syndrome
Post power syndrome umumnya berlangsung selama beberapa minggu. Namun, ada juga yang mengalami sindrom ini sampai bertahun-tahun. Jika dibiarkan terus-menerus, post power syndrome bisa berkembang menjadi demensia.
Penderita post power syndrome yang terkena demensia dapat mengalami masalah berikut:
- Mudah lupa akan kejadian atau informasi terkini
- Sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk berkomunikasi
- Tersesat saat mengemudi atau berjalan
- Sulit memecahkan masalah atau mengambil keputusan
- Sering terjatuh akibat gangguan keseimbangan
- Linglung atau disorientasi
- Gelisah dan emosi yang meledak-ledak
Seperti telah disinggung sebelumnya, post power syndrome dapat menyebabkan depresi dan stres. Depresi itu sendiri bisa menimbulkan komplikasi, seperti:
- Kelebihan berat badan dan obesitas, yang dapat memicu penyakit jantung dan diabetes
- Kecanduan alkohol
- Kecemasan, gangguan panik, atau fobia sosial
- Kecenderungan mengisolasi diri dari orang lain
- Pikiran atau percobaan untuk bunuh diri
- Peningkatan risiko kematian jika memiliki penyakit kronis sebelumnya
Pencegahan Post Power Syndrome
Post power syndrome sebaiknya dicegah sejak sebelum pensiun atau segera setelah pensiun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:
- Mulai mengurangi pekerjaan secara bertahap sebelum pensiun
- Mengembangkan keterampilan atau minat baru mendekati masa pensiun
- Menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga atau teman
- Mendaftarkan diri ke asuransi kesehatan usia lanjut sebelum pensiun
- Membuat daftar aktivitas yang ingin dilakukan selama masih bekerja
- Menyusun jadwal kegiatan yang akan dilakukan setelah pensiun