PPCM adalah gangguan otot jantung yang terjadi selama kehamilan. Kondisi ini ditandai dengan melemahnya otot-otot jantung sehingga bagian jantung sisi kiri melebar dan tidak mampu memompa darah secara maksimal. PPCM sering tidak disadari sehingga akhirnya terlambat untuk ditangani.
PPCM atau peripartum cardiomyopathy merupakan salah satu jenis gagal jantung saat hamil yang cukup jarang terjadi. Melemahnya otot jantung pada PPCM membuat jumlah darah kaya akan oksigen yang dipompa jantung menurun. Akibatnya sel, jaringan, dan organ tubuh, perlahan-lahan akan kekurangan oksigen.
Kondisi ini paling sering terjadi di trimester ketiga kehamilan dan bisa berlangsung hingga 6 bulan pascamelahirkan. Jadi, sebenarnya pada sebagian ibu hamil, fungsi jantung bisa kembali normal beberapa bulan setelah persalinan. Namun, tetap ada kemungkinan gangguan fungsi jantung justru menetap bahkan menimbulkan komplikasi, seperti gagal jantung kongestif, trombosis, atau aritmia.
Jadi, penting untuk mengetahui penyebab dan gejala agar bisa mendapatkan penanganan sesegera mungkin supaya janin dan Bumil tetap sehat.
Penyebab PPCM
PPCM atau kardiomiopati peripartum merupakan salah satu penyakit idiopatik, yaitu penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan jelas penyebabnya. Meski begitu, PPCM diduga bisa meningkat risikonya jika ibu hamil mengalami kondisi-kondisi di bawah ini:
- Hipertensi
- Preeklamsia
- Kehamilan kembar
- Berusia di atas 30 tahun
- Pernah mengalami PPCM di kehamilan sebelumnya
Kardiomiopati peripartum juga diduga disebabkan oleh kurangnya asupan zinc dan selenium selama hamil, walaupun penelitian tentang hal ini masih terbatas. Oleh karena itu, nutrisi selama hamil memang penting untuk dipenuhi Bumil guna mencegah beragam masalah kesehatan kehamilan dan janin.
Gejala PPCM
Ketika Bumil mengalami kardiomiopati peripartum, otot jantung yang seharusnya kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh justru melemah. Akibatnya, muncul gejala dan tanda PPCM yang serupa dengan gejala gagal jantung pada umumnya, yaitu:
- Sesak napas saat beraktivitas dan berbaring
- Pergelangan kaki hingga telapak kaki bengkak
- Batuk kering hingga nyeri dada
- Tubuh lebih mudah lelah
- Sering buang air kecil di malam hari
- Tekanan darah rendah
Gejala-gejala PPCM di atas sering terabaikan. Sebab, sebagian besar gejalanya dianggap sebagai keluhan saat kehamilan trimester tiga pada umumnya. Inilah yang membuat kardiomiopati peripartum seringkali tidak terdeteksi sejak awal dan Bumil baru mengetahuinya ketika kondisinya sudah cukup parah.
Oleh karena itu, melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin perlu dilakukan untuk memastikan kondisi Bumil dan janin sehat. Jika dokter mencurigai Bumil mengalami PPCM, nantinya akan dipastikan melalui beberapa pemeriksaan penunjang, mulai dari tes darah, rontgen dada, sampai elektrokardiogram (EKG).
Penanganan PPCM
Penanganan untuk kondisi PPCM berfokus untuk meringankan gejala atau keluhan yang dialami. Walau pada sebagian Bumil fungsi jantung bisa kembali membaik setelah melahirnya, tetapi ada yang tetap mengalami keluhan hingga 5–6 bulan setelah persalinan. Jadi, tetap perlu kontrol rutin untuk memastikan kondisi dan perlu tidaknya pengobatan.
Penanganan untuk PPCM dimulai dengan pemberian obat sampai penerapan anjuran makan yang tepat. Jika diuraikan berikut obat dan pengaturan pola hidup yang bisa diberikan oleh dokter:
- Obat digitalis untuk menguatkan fungsi jantung dalam memompa darah
- Obat diuretik untuk mengeluarkan cairan berlebih dari tubuh
- Obat antikoagulan untuk mengencerkan darah guna mencegah PPCM makin parah akibat terbentuknya gumpalan darah di jantung
- Pemantauan berkala berat badan dan pertambahannya yang tidak boleh lebih dari 1,5–2 kilogram dalam 1–2 hari
- Pembatasan asupan cairan harian
- Pembatasan natrium, dengan mengonsumsi makanan rendah garam
- Tidak boleh merokok dan konsumsi minuman beralkohol
Ibu hamil dengan PPCM tetap boleh dan aman melakukan persalinan normal, tetapi dokter mungkin akan menyarankan persalinan caesar bila kondisi PPCM sudah cukup parah. Hal ini bertujuan menyelamatkan nyawa janin yang akan lahir serta Bumil.
Oleh karena itu, Bumil sebaiknya rutin periksa kehamilan ke dokter. Setidaknya, periksa sebanyak 2 kali di trimester pertama, 1 kali di trimester kedua, dan 3 kali di trimester ketiga. Pemeriksaan kehamilan akan membuat Bumil lebih waspada dan tahu apa yang harus dilakukan saat ada masalah pada kehamilan, termasuk bila ada risiko PPCM.
Makin cepat gejalanya diketahui dan diperiksakan, PPCM bisa diatasi lebih cepat dengan penanganan yang tepat dan sesuai kondisi Bumil. Jadi, keparahan atau komplikasi dari kardiomiopati peripartum pun bisa dicegah.